Perjanjian Baru memuat banyak metode yang dipakai Tuhan Yesus dalam mendidik murid-murid-Nya. Semua metode yang dipakai-Nya masih sangat cocok untuk diterapkan pada pendidikan Kristen untuk anak-anak didik zaman ini.
Tuhan Yesus mengajar melalui hidup dan perbuatan-Nya.
Segala kelakuan-Nya sesuai dengan kehendak Allah dan menyatakan
kasih dan kebenaran Allah kepada murid-murid-Nya. Tiap orang yang
datang kepada-Nya mendapat perhatian-Nya. Dengan penuh kasih Ia
menolong yang memerlukan pertolongan-Nya. Ia tidak segan melawan
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Contoh
yang konkrit dalam hidup seorang guru selalu lebih mengesankan
daripada segala kata yang diucapkannya.
Tuhan Yesus memakai pengalaman pendengar-pendengar-Nya untuk
mengajar mereka.
Sebagai dasar untuk ajaran yang baru, Ia menyebut hal-hal yang
lazim dialami tiap orang, peristiwa-peristiwa dari hidup sehari-
hari yang pasti akan dimengerti oleh setiap pendengar-Nya.
Umpamanya menanam benih (Matius 13:1-9), memasang lampu (Matius
5:15-16), mencari sesuatu yang hilang (Lukas 15:1-10). Hal-hal
seperti itu dapat dimengerti, dan juga akan mengingatkan mereka
kepada ajaran itu tiap kali mereka melakukannya lagi.
Tuhan Yesus terkadang menunjukkan obyek-obyek yang konkrit untuk
dilihat.
Ia memakai mata uang (Matius 12:13-17), burung di udara dan
bunga-bungaan di padang (Matius 6:25-34) yang kelihatan di mana-
mana sehingga akan mengingatkan pendengar-Nya akan ajaran-Nya
tiap kali mereka melihat barang itu kelak.
Tuhan Yesus memakai cerita yang tepat dan sederhana untuk
mengajar.
Cerita-cerita berupa perumpamaan dan perbandingan yang sangat
mengesankan dipakai-Nya utuk memikat perhatian orang dan
menekankan kebenaran. Cerita-cerita itu sering dipakai-Nya untuk
menjawab pertanyaan dan pendengar-Nya diajak berpikir sendiri
mengenai maksud dan arti cerita itu (misalnya Lukas 10:25-37 dan
12:13-21). Cerita yang mengesankan tak akan terlupakan, sehingga
ajaran yang terdapat di dalamnya makin mendalam bagi pendengarnya.
Tuhan Yesus menyatakan motif-motif yang kuat untuk menerima
ajaran-Nya.
Tiap manusia cenderung menaruh perhatian besar pada kepentingan
dirinya sendiri. Apa saja yang akan menolongnya untuk mencapai
tujuannya, akan menarik perhatiannya. Tuhan Yesus selalu
menunjukkan hubungan antara ajaran yang diberikan-Nya dengan
kebutuhan yang sedang digumuli oleh para pendengar-Nya (misalnya
Matius 11:28-29 dan Yohanes 11:25-26). Tetapi perhatikanlah:
Persaingan atau harapan untuk memperoleh sesuatu yang berharga
dalam dunia materi tak pernah dipakai-Nya sebagai motif untuk
menerima ajaran-Nya.
Tuhan Yesus selalu mengaktifkan pendengar-pendengar-Nya.
Ia mengajak mereka bersoal-jawab; Ia mengajukan kepada mereka
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong mereka untuk berpikir
menemukan jawaban yang tepat. Ia memberikan kesempatan untuk
berbuat sesuatu; murid-murid diajak memberi makan orang banyak
(Matius 14:16-19). Mereka ditugaskan pergi meneruskan ajaran yang
telah disampaikan-Nya kepada mereka (Lukas 10:1-9). Kita belajar
jauh lebih banyak lewat apa yang kita lakukan daripada yang hanya
kita dengarkan.
Tuhan Yesus selalu memberikan kepada pendengar-Nya tanggung jawab
untuk mengambil keputusan secara pribadi.
Dengan jelas Ia menunjukkan akibat dari pilihan yang tepat dan
yang tidak tepat. Tanggung jawab untuk memilih diserahkan
sepenuhnya pada tiap pendengar-Nya. Ia tidak menyuruh mereka
menghafalkan apa yang dikatakan-Nya dan taat secara mutlak tanpa
berpikir. Sebaliknya, Ia mendorong mereka untuk berpikir sendiri
dan mengambil keputusan dengan penuh kesadaran mengenai akibat
pilihannya, yakin untuk mengikuti-Nya atau tidak. Ketaatan yang
dipaksakan atau dilakukan tanpa pikir bukanlah ketaatan sejati.
Keputusan yang sah ialah keputusan yang diambil dengan penuh
pengertian dan kerelaan.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK