Pernahkah Anda bertanya-tanya dalam hati bagaimana malam Natal yang pertama itu dirayakan? Apakah kerubim dan serafim -- para malaikat dengan tugas yang berbeda -- begitu sibuk mempersiapkan kedatangan Tuhan yang turun ke bumi dalam wujud bayi laki-laki?
Mungkin di suatu tempat di surga, para malaikat surgawi saat itu sibuk mempersiapkan pertunjukan yang luar biasa untuk dinyatakan kepada para gembala. Sementara, malaikat lain menyusun rencana untuk menampakkan sebuah bintang khusus yang akan menuntun orang-orang majus. Mungkin pula, malaikat lainnya sedang mengawasi Yusuf dan Maria tatkala mereka sedang menuju kandang domba.
Tentu saja, kita takkan pernah tahu dengan pasti apa yang
sesungguhnya terjadi, namun yang kita ketahui adalah bahwa ketika
semua telah siap, "Allah mengutus Anak-Nya" (
Persiapan yang dilakukan di surga begitu rumit, namun orang-orang di dunia yang terlibat dalam Natal yang pertama itu menyambut-Nya dengan sederhana.
Hati dari beberapa orang yang tidak meremehkan Natal itu adalah
Maria, Yusuf, para gembala, orang majus -- tampak sangat bersahaja.
Tempat kelahiran-Nya pun sederhana, yakni sebuah kandang kecil di
sebuah kota yang kecil pula. Perayaannya juga sederhana: para
gembala, para pekerja keras meninggalkan pekerjaan mereka selama
beberapa jam untuk pergi dan "melihat apa yang terjadi di sana"
(
Persembahan yang mereka berikan pun begitu sederhana, namun tak ternilai:
Namun, pada saat yang sama ada juga orang-orang yang kehilangan makna Natal yang pertama:
Saya bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah dalam beberapa tahun
terakhir ini saya juga telah kehilangan makna Natal yang
sesungguhnya. Apakah saya terlalu sibuk dan terlalu dikuasai oleh
hal-hal yang berbau materi dan pujian orang? Apakah saya terancam
kehilangan makna Natal yang sejati? Saya kira Tuhan tak pernah
menghendaki kita mengurangi kesenangan di hari Natal. Lagi pula, Dia
sendiri telah "memberikan kepada kita segala sesuatu untuk
dinikmati" (
Mungkin, sebaiknya tahun ini, kita membuat daftar baru di hari Natal yang berisi:
Lalu, bagaimana dengan hadiah kita bagi Pribadi yang ulang tahun-Nya kita rayakan? Yang diminta-Nya adalah penyerahan diri kita, dengan segala kesalahan dan kegagalan, masalah dan ketakutan. Dan inilah Natal yang sejati:
Allah memberi, kita menerima, Allah menggenapi.
Sungguh Natal yang penuh berkat!
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK