Semua agama, kecuali empat agama besar, didasarkan pada filsafat. Dari empat agama besar yang didasarkan kepada kepribadian pendirinya, hanya agama Kristen yang menyatakan kubur kosong bagi pendirinya.
Tanpa kebangkitan, iman Kristen tidak mungkin muncul. Murid-murid-Nya hanya menjadi simbol kekalahan dan kehancuran. Mungkin mereka akan mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka dan penyaliban hanya akan melenyapkan harapan akan Mesias. Salib akan kelihatan menyedihkan dan memalukan sebagai akhir karier Yesus. Kekristenan mula-mula sangat bergantung kepada kepercayaan murid-murid-Nya bahwa Tuhan telah membangkitkan Yesus dari kematian.
Jika ditanya mengapa kebangkitan Yesus Kristus disebut sebagai bukti diri-Nya adalah Anak Allah? Jawabnya adalah sebagai berikut.
Dia bangkit dengan kuasa-Nya sendiri. Dia mempunyai kuasa untuk
memberikan nyawa-Nya dan untuk mengambilnya kembali (
Secara jelas Yesus telah menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah, kebangkitan-Nya dari kematian merupakan materai/persetujuan dari Allah Bapa akan kebenaran pernyataan-Nya. Jika Allah tidak menyetujui pernyataan Yesus sebagai Anak Allah, Allah tidak akan membangkitkan Yesus dari kematian. Kenyataannya Allah membangkitkan Yesus dari kematian, seolah Allah Bapa mengatakan, "Engkaulah Anak-Ku, hari ini Aku menegaskan sejelas-jelasnya."
Khotbah Petrus saat hari Pentakosta juga berdasar kepada Kebangkitan
Kristus (
Kebangkitan merupakan:
Tanpa kebangkitan, posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja tidak akan terjelaskan. Tanpa kebangkitan, pencurahan Roh Kudus akan meninggalkan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Tanpa kebangkitan, sumber kesaksian murid-murid hilang.
Kebangkitan adalah penggenapan dari nubuat mengenai Mesias yang akan
bangkit di dalam
Jelaslah bahwa khotbah pertama kekristenan didasarkan pada Yesus yang telah bangkit.
Perjanjian Baru bergaung kepada fakta kebangkitan Yesus. Kitab-kitab Injil mencatat pernyataan Yesus bahwa Ia akan dikhianati, dibunuh, dan bangkit lagi. Mereka menyaksikan bahwa kubur telah kosong dan Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya seperti yang telah dikatakan-Nya.
Kisah Para Rasul mencatat kebangkitan Kristus sebagai fakta dan membuatnya menjadi pusat pengajaran.
Surat-surat dalam Perjanjian Baru dan Kitab Wahyu menjadi tak berarti tanpa kebangkitan Yesus.
Kebangkitan diterima baik oleh:
Ada banyak kesaksian yang dapat dipercaya. Karena Perjanjian Baru adalah kesaksian sejarah yang dapat dipercaya, kebangkitan Kristus adalah fakta objektif yang dapat dipercaya.
Sejak awal, kekristenan mula-mula secara bersama-sama memberikan kesaksian mengenai kebangkitan Kristus. Ini merupakan dasar pengajaran dan iman gereja dan telah masuk ke dalam literatur Perjanjian Baru. Jika semua pasal yang berhubungan dengan kebangkitan dihilangkan, tentu akan didapatkan Perjanjian Baru yang kacau, yang tidak dapat dijelaskan. Kebangkitan secara kuat masuk ke dalam kehidupan orang Kristen mula-mula. Ini muncul dalam kubur, lukisan-lukisan dinding, dalam himne, dan menjadi tema yang kuat dalam penulisan-penulisan pembelaan iman Kristen pada empat abad pertama.
Jika kebangkitan bukan peristiwa sejarah, kuasa kematian tetap tidak dikalahkan; kematian Kristus menjadi tidak berarti, dan umat yang percaya kepada-Nya tetap mati dalam dosa. Keadaannya tidak akan berbeda dengan sebelum umat mendengar nama-Nya.
Sulit untuk menggambarkan depresi yang hebat akibat penyaliban Yesus
yang dialami para murid. Mereka tidak memiliki konsep bahwa
kebangkitan lebih berarti daripada kematian. Mereka berpikir bahwa
Mesias akan memerintah selamanya (
Kebangkitan mengubah bencana menjadi kemenangan. Karena Tuhan telah membangkitkan Yesus, Yesus secara tegas dinyatakan sebagai Mesias. Dengan demikian makna penyaliban, oleh karena kebangkitan, kematian yang memalukan itu berubah menjadi kematian yang berperan dalam penyelamatan umat manusia.
Tanpa kebangkitan, kematian Yesus hanyalah kutukan Tuhan. Tetapi dengan kebangkitan, kematian Yesus sekarang dilihat sebagai suatu peristiwa di mana pengampunan dosa bagi umat manusia sudah terjadi.
Tanpa kebangkitan, kekristenan tidak pernah terjadi, para murid hanya melihat Yesus sebagai guru yang baik dan tidak akan pernah percaya bahwa Yesus adalah mesias.
Kebangkitan adalah fakta penting karena kebangkitan menggenapkan keselamatan kita. Yesus datang untuk menyelamatkan kita dari dosa, dan sebagai akibatnya menyelamatkan kita dari kematian.
Kebangkitan juga membuat perbedaan yang tajam antara Yesus dan semua pendiri agama. Tulang-tulang dari semua pendiri agama, selain Yesus, masih berada di bumi, tetapi kubur Yesus kosong.
Dampak dari kebangkitan amatlah besar. Hidup menjadi memiliki harapan, kehidupan lebih berkuasa daripada kematian, kehidupan pada akhirnya menang. Tuhan telah menyentuh kita di sini, Tuhan telah mengalahkan kematian, musuh terakhir kita.
Kebangkitan telah mengubah hidup para murid sebelum dan sesudah kebangkitan. Sebelum melihat kebangkitan, mereka lari, menyangkal Gurunya. Mereka berkumpul dan bersembunyi dalam ketakutan dan kebingungan. Setelah melihat kebangkitan, mereka diubah dari ketakutan menjadi rasul yang berani dan percaya diri, menjadi penginjil yang memengaruhi dunia, bersedia mati martir dan bersukacita sebagai utusan Kristus.
Kepada siapakah Saudara memercayakan hidup Saudara? Apakah yang Saudara percayai mempunyai kuasa kebangkitan? Apakah yang Saudara percayai mempunyai kuasa terhadap kematian?
Jika Saudara belum memercayai Yesus, percayakan hidup Saudara sekarang juga kepada Yesus yang telah bangkit dan mengalahkan kuasa kematian. Jika Saudara mau percaya kepada Yesus, kematian bukan hal yang menakutkan bagi Saudara lagi dan kebangkitan maupun hidup yang kekal akan Saudara terima. Maukah Saudara?
Sumber:
Josh McDowell, The New Evidence that Demands a Verdict, Thomas
Nelson Publisher
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK