Masalah Penyajian Bahan Pelajaran


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

"Murid-murid saya tidak mau mendengarkan apa yang saya katakan!" Sebaiknya jangan terburu-buru dulu menyalahkan anak-anak, mungkin saja bukan mereka tidak mau mendengarkan perkataan Anda. Masalahnya mungkin ada pada cara Anda menyajikan bahan pelajaran yang sudah Anda siapkan. Mari kita lihat kasus berikut ini.

"Siapa yang tahu apa yang kita pelajari minggu yang lalu?" Ibu Tini bertanya pada murid-murid kelas SM-nya yang terdiri dari murid perempuan kelas lima.

Susan memutar-mutar gelangnya yang bagus dan berusaha untuk membaca tulisan-tulisan yang kecil di atasnya. Paula mencoret-coret buku kerja madyanya. Lilik dan Nunik berbisik dan tertawa terkikih-kikih.

"Tak adakah seseorang yang mendengarkan?" guru berkata dengan suara serak dan dengan tidak sabar sebelum melanjutkan, "Minggu ini kita akan mempelajari tentang Yusuf. Yusuf adalah hamba Allah yang hidup dahulu kala ...."

Susan mulai menyortir barang dalam dompetnya. Nunik membersihkan kuku jarinya. "Anak-anak, marilah kalian memperhatikan pelajaran!" Ibu Tini menjadi jengkel. "Kalian tak pernah mendengarkan apa yang saya katakan!"

Di tempat lain, seorang guru lain memulai kelasnya, "Apa yang kalian lakukan apabila orangtua kalian pilih kasih terhadap saudara kalian?" Ibu Maria bertanya. Setiap mata memandang padanya.

Setelah mendapatkan perhatian setiap anak dia melanjutkan, "Ester menyangka orangtuanya pilih kasih, `Jangan lupa piring-piring sudah harus selesai dicuci sebelum kami pulang!` Kakaknya mengejeknya ketika ibu mereka membawa kakaknya berbelanja. Ketika mereka kembali dengan sebuah mantel baru untuk kakaknya, hal itu sudah keterlaluan bagi Ester!"

"Saya benci padanya," desis Ester. "Saya harap kakakku mati!"

"Kedengarannya seperti di rumah kami!" sela seorang murid.

"Dalam Alkitab kita membaca tentang beberapa orang bersaudara yang merasa bahwa ayah mereka pilih kasih dengan adik mereka, Yusuf. Terutama ketika ayah mereka memberi dia jubah yang bagus." Lalu, Ibu Maria langsung menyampaikan pelajaran Alkitabnya.

PENDEKATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHIDUPAN

Apa perbedaan antara kedua guru tersebut? Keduanya menyajikan bahan yang sama dalam pelajaran mereka. Tetapi, anak-anak gadis dalam kelas Ibu Maria mendengarkan dengan penuh perhatian. Murid-murid dalam kelas Ibu Tini sedang memikirkan banyak hal yang lain.

Hal ini disebabkan Ibu Tini langsung menyajikan pelajarannya. Ia tidak memberi kesempatan pada anak-anak itu untuk mengalihkan pikiran mereka kepada pelajaran. Akan tetapi, Ibu Maria mendapatkan perhatian gadis-gadis itu dengan sebuah pertanyaan yang memancing. "Apa yang akan kalian lakukan, seandainya. Dia melanjutkan dengan cerita yang bergerak cepat dan asli yang menghubungkan pelajaran Alkitab dengan keadaan-keadaan dalam kehidupan zaman modern.

Minggu depan, jangan langsung masuk dalam pelajaran Sekolah Minggu dengan berkata, "Sekarang kita akan mempelajari tentang ...." Rangsanglah pemikiran kelas Saudara dengan pendekatan yang direncanakan dengan baik yang ada hubungan dengan hidup sehari-hari. Saudara akan heran melihat murid-murid Saudara menjadi sangat berminat!

CERITA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHIDUPAN

Tetapi jangan berhenti di situ. Murid-murid Saudara sedang mendengarkan. Saudara harus tetap memikat perhatian mereka sepanjang cerita Alkitab itu.

Percayakah Saudara bahwa Alkitab ada hubungan dengan hidup pribadi mereka? Kalau begitu, tunjukkanlah hal itu kepada mereka! Seringkali kemukakan pernyataan-pernyataan seperti ini, "Barangkali kalian diperlakukan tidak adil seperti halnya Yusuf."

"Pernahkah kalian merasa bahwa kalian adalah satu-satunya orang yang hidup bagi Tuhan? Elia juga merasakan demikian. Yoyakim menyobek gulungan Firman Allah dan membakarnya. Tahukah kalian seorang yang ingin melakukan hal yang sama dengan Alkitab?"

Apabila keadaan pelajaran itu terlampau berbeda dari apa yang mereka alami, pikirkanlah sebuah persamaan yang sejajar.

Misalnya, barangkali mereka tidak pernah diperintahkan untuk berhenti sembahyang seperti halnya Daniel. Tetapi, mereka mungkin takut untuk berdoa dalam rumah makan atau barangkali di rumah bilamana mereka dari keluarga yang belum diselamatkan! Mereka mungkin tidak pernah akan menghadapi kurungan singa, tetapi seharusnya mereka mengerti bahwa jika mereka berdoa dengan setia sebagaimana halnya Daniel, Allah yang telah mengatupkan mulut singa akan berdiri dengan mereka menghadapi ejekan dan cemoohan. Banyak kali keadaan cerita itu tak memerlukan perubahan. Jubah Yusuf yang indah telah membangkitkan rasa iri hati dalam diri kakak-kakaknya, seperti halnya sebuah mantel yang baru bagi seorang putri akan membangkitkan rasa iri hati dalam diri saudaranya.

Mempunyai tujuan pengajaran bagi setiap pelajaran akan menolong Saudara untuk menghubungkan cerita itu pada kehidupan. Tujuan Saudara harus merupakan tujuan utama dari pelajaran. Tujuan itu menguraikan apa yang Saudara inginkan untuk diketahui, dirasa, dan dilakukan oleh murid-murid Saudara.

Sangatlah menolong untuk menulis tujuan ini jauh sebelumnya. Hal ini membantu untuk menerapkannya dalam pikiran saya sehingga saya tidak menyimpang dari sasaran ajaran saya.

Andaikata pelajaran minggu depan adalah tentang hal Allah menyediakan air dan makanan bagi orang-orang Israel yang bersungut- sungut dan berkeluh-kesah pada perjalanan mereka dari Mesir ke Sinai, Tujuan pelajaran Saudara adalah: menunjukkan kepada anak-anak bahwa menggerutu dan mengeluh adalah berdosa; supaya mereka mengucap syukur atas berkat-berkat yang telah mereka terima; supaya mereka bertindak, yakni berhenti mengeluh!

PENERAPAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHIDUPAN

Setelah Saudara menyajikan pelajaran Alkitab, Saudara ingin menerapkannya. Sebenarnya Saudara telah menerapkan Alkitab pada kehidupan selama pelajaran. Tetapi sekarang Saudara ingin meringkaskan dan menjelaskan sejelas-jelasnya tujuan pelajaran itu.

Ada suatu penerapan yang selalu saya lakukan, dan itu paling erat berhubungan dengan kehidupan ini. Kalau saya tidak yakin betul bahwa setiap orang di dalam kelas saya sudah diselamatkan, saya selalu memberikan undangan untuk menerima Yesus Kristus. Tetapi, ada cara- caranya untuk melakukan ini juga pada tingkat kepribadian.

Ibu Tini barangkali akan mengatakan, "Adakah seseorang di sini yang mau menerima Kristus?" Ibu Maria akan mengatakan, "Maukah kalian menerima Kristus?"

Undangan Kristus dalam Kitab Suci bagi orang berdosa bersifat pribadi dan demikianlah seharusnya kita lakukan dalam pengajaran kita.

Maukah Saudara agar murid-murid Saudara mendengarkan apa yang Saudara katakan? Maka, mulailah dengan tujuan yang tertentu. Tunjukkan bagaimana pelajaran itu berhubungan dengan kehidupan dalam pendekatan, dalam cerita Alkitab, dan dalam penerapannya.

Jikalau Saudara melaksanakan hal ini, tidak seorang pun akan mendengar Saudara mengeluh, "Murid-murid saya tidak pernah mendengarkan apa yang saya katakan!"

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar

Sumber
Judul Buku: 
Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 2
Halaman: 
277 - 278
Penerbit: 
Yayasan Penerbit Gandum Mas
Kota: 
Malang
Tahun: 
1996

Published in e-BinaAnak, 08 June 2005, Volume 2005, No. 232


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar