Anak-anak juga terkadang mengalami depresi dalam kehidupannya. Bagaimana kita para pendidik dapat membimbing mereka dalam masa depresi? Bahan mengajar berikut ini semoga dapat membantu Anda.
Refleksi untuk Orangtua dan Guru:
Dalam sebuah buku cerita anak-anak The Never Ending Story (Kisah yang Tak Pernah Berakhir), sebuah kerajaan antah berantah ditelan sebagian demi sebagian oleh "kekosongan." Ketika seorang anak yang membaca buku itu kehilangan mimpi-mimpinya, kekosongan melanda seluruh negeri dan menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya.
Depresi juga mirip dengan kekosongan. Saat kita berada dalam cengkeramannya, sebuah dinding seakan memisahkan kita dari perasaan kita. Hal ini tidak selalu buruk; karena kadang-kadang situasi hidup ini terlalu berat untuk kita tanggung. Bahayanya ialah bila kemudian kita tidak mampu berbuat apa-apa dan terlumpuhkan, tak mampu bergerak maju, hingga keputusasaan melingkupi hidup kita.
Namun di tengah gerakan arus kekosongan ini, bahkan di tengah gurun keputusasaan, kita tetap dapat menemukan Roh Allah. Allah bukanlah Roh yang dengan pasif berdiam diri menunggu kembalinya semangat kita. Dia adalah Roh yang penuh kasih, yang mengejar kita dengan tak mengenal lelah.
Refleksi untuk Seluruh Anggota Keluarga/Kelas SM:
Ada kalanya kita merasa tidak begitu bahagia. Kadang-kadang kita menangis dan merasa sangat kesepian. Terkadang kita bahkan tidak mengerti mengapa kita merasa demikian! Saat tertekan, kita tidak hanya merasa sedih tetapi juga seakan-akan kita tak akan pernah dapat merasa bahagia lagi. Bahkan saat kita merasa tidak lagi memiliki kasih untuk diberikan, kita boleh tetap meyakini bahwa kita dikasihi oleh Allah dan tidak akan dibiarkan mengatasi segala masalah kita seorang diri.
HARI 1: MUSA MEMIKUL BEBAN BERAT
(HARI 2: AYUB PATAH SEMANGAT
(HARI 3: KERINDUAN AKAN ALLAH DALAM KESUKARAN
(HARI 4: KEMATIAN SEORANG ANAK
(Daud memperdaya Uria, prajuritnya. Ia mengirim Uria ke garis depan agar ia mati dalam peperangan sehingga Daud dapat memperistri Batsyeba, istri Uria.
HARI 5: MENGINGAT KEMBALI KELUH KESAH AYUB: KEPEDIHANNYA SECARA PRIBADI
(Ini adalah sebuah refleksi pribadi atas kepedihan umat Ibrani, yang ditinggalkan setelah Yerusalem hancur. Penulis menggunakan keluh kesah Ayub untuk menjelaskan kepedihan penduduk kota.
HARI 6: MARIA DAN MARTA BERDUKA
(Aktivitas Khusus:
PERASAAN
Pikirkanlah sejenak tentang anggota keluarga atau anak-anak SM Anda dan hal-hal yang paling berarti bagi setiap pribadi. Sementara Anda berpikir, mulailah membuat sebuah dinding dengan menggunakan balok- balok mainan atau apa saja di tengah meja. Lalu tanyakanlah kepada seseorang di antara mereka "Apa yang sesungguhnya kamu rasakan tentang ...?" atau "Bagaimana perasaanmu bila ...?" Tanpa memberikan kritik atau saran, dengarkanlah sungguh-sungguh setiap respon yang diberikan. Berilah kesempatan pada setiap orang untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Setiap kali jawaban diberikan, singkirkan sebuah balok dari dinding tadi.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK