"Setiap orang harus pergi Sekolah Minggu, Sekolah Minggu, Sekolah Minggu. Ibu, ayah, dan anak-anak, semuanya harus pergi Sekolah Minggu." Jika Anda membaca kalimat-kalimat lama ini, gambaran apa yang ada di dalam benak Anda? Ayah dan ibu bersama satu atau dua orang anak mereka dengan bahagia melangkah memasuki gereja? Seorang ibu yang berjuang seorang diri menyuruh anaknya untuk pergi ke gereja tepat waktu? Suatu perdebatan yang terus menerus terjadi antara seorang ibu dan anaknya yang memberontak dan setiap minggu selalu mengatakan, "Sekolah Minggu itu M-E-M-B-O-S-A-N-K-A-N?"
Bagaimanapun keadaan Anda, ada saatnya Anda sebagai orangtua atau guru dihadapkan pada keengganan anak untuk datang Sekolah Minggu. Bagi para orangtua, kejadian seperti ini bisa mulai terjadi di awal- awal tahun ketika Anda melepaskan rangkulan anak Anda yang sudah mulai belajar berjalan atau saat Anda mendengarkan rengekan keputusasaan yang biasa Anda dengar ketika Anda tergesa-gesa keluar dari ruang anak-anak di gereja. Kemudian, ketika anak Anda tumbuh, Anda bertanya-tanya bagaimana menanggapi anak Anda ketika mereka secara tidak diduga berkata, "Apakah hari Minggu ini kami boleh di rumah saja?" Para guru Sekolah Minggu pun juga merasakan saat-saat yang mengecewakan dan membuat mereka frustasi ketika mereka merasakan keengganan anak-anak untuk datang Sekolah Minggu.
Lalu, siapakah yang akan hadir di Sekolah Minggu? Semua orang! Berikut ini kami berikan beberapa tuntunan tentang bagaimana menjadikan ini bisa terjadi di keluarga ataupun kelas Anda.
Ketika pertama kali Anda mendengar teriakan, keluhan, atau pertanyaan seperti di atas. Ingatlah bahwa sentuhan yang lembut adalah pendekatan terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Seorang guru atau orangtua yang memperlakukan seorang anak yang enggan untuk pergi Sekolah Minggu dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan atau dengan kemarahan, akan berisiko seperti yang dikatakan pepatah, "sekepal menjadi segunung". Fakta menunjukkan bahwa respon yang biasa-biasa saja malah akan lebih membantu dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, sebagai orangtua Anda bisa menjawab, "Dalam keluarga kita, kita selalu merencanakan untuk Sekolah Minggu. Kamu tahu, ada satu hal yang sangat menarik ketika ikut Sekolah Minggu, yaitu bertemu dengan teman-teman. Siapa saja teman-temanmu di Sekolah Minggu?"
Mengubah suatu keluhan menjadi suatu pernyataan yang positif adalah salah satu cara untuk meningkatkan antusias anak terhadap Sekolah Minggu. Bagi anak yang usianya lebih dewasa, mungkin diperlukan pendekatan-pendekatan yang hangat. "Saya tahu kamu tidak mau datang Sekolah Minggu saat ini. Tetapi menurut saya, Sekolah Minggu merupakan cara yang tepat untuk tetap belajar tentang Firman Tuhan dan bagaimana Dia menghendaki kita untuk hidup. Jadi kita akan tetap ber-Sekolah Minggu."
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan bersama-sama oleh orangtua dan guru untuk menimbulkan antusiasme anak terhadap Sekolah Minggu. Orangtua bisa mengambil tindakan yang pertama, khususnya jika anak tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan teman- teman Sekolah Minggunya, atau anak Anda adalah anak baru di Sekolah Minggu tersebut. Rencanakan untuk menyediakan waktu khusus agar bisa lebih mengenal anak-anak Anda. Dengan demikian, anak-anak akan merasa lebih nyaman di kelas. Undanglah anak lain atau keluarganya untuk makan malam atau pesta kebun. Bahkan akan sangat menolong pula untuk mengajak guru murid Anda mampir sebentar ke rumah Anda. Buatlah anak Anda menyadari bahwa Anda juga tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi di kelasnya. Periksalah PR yang telah diselesaikan oleh anak Anda. Sediakanlah waktu untuk bisa bercakap-cakap dengan mereka dan menghafal ayat- ayat Alkitab bersama. Sebelum Sekolah Minggu dimulai, berdoalah bersama-sama agar Tuhan menolong setiap orang dalam keluarga Anda untuk bisa menikmati dalam belajar dan memuji Tuhan di gereja.
Mungkin, terkadang orangtua akan mendapati anak mereka tidak menikmati Sekolah Minggu karena faktor-faktor yang tidak bisa diubah. Anak Anda mungkin adalah satu-satunya anak perempuan di kelas yang semuanya anak laki-laki atau mungkin karena acara di kelasnya yang tidak bervariasi. Dalam keadaan seperti ini, yang pertama kali harus Anda lakukan adalah mengetahui perasaan tidak senang yang dirasakan oleh anak Anda. Dengarkan apa yang dipikirkannya tentang Sekolah Minggu. Kemudian Anda bisa menyarankan beberapa ide kepada anak Anda. Bisa juga Anda membantunya dengan menjadi sukarelawan (buatlah kegiatan-kegiatan khusus, mengingat sesuatu, menyapa, dll.) di kelas. Atau Anda dan anak Anda memutuskan untuk membuat pesta di rumah dan mengundang teman-teman sekelasnya. Doronglah anak Anda untuk mengundang seorang teman untuk mengikuti Sekolah Minggu dengannya. Sementara itu, berikan pengertian kepada anak Anda bahwa kelas itu mungkin bukan kelompok yang paling "menyenangkan" yang pernah ia ikuti. Sangatlah penting untuk memfokuskan pada hal-hal yang positif daripada faktor-faktor negatif. Seorang guru yang memperhatikan keenganan seorang anak untuk datang Sekolah Minggu bisa membicarakannya dengan anak tersebut atau dengan orangtua mereka untuk menemukan minat atau kemampuan khusus dari anak tersebut.
Merencanakan untuk mengadakan suatu kegiatan belajar dimana anak bisa menggunakan kemampuan mereka, akan membesarkan minat dan kecakapan yang dimiliki oleh anak tersebut. Mengadakan kelas di luar gereja (rumah Anda atau taman) akan menguatkan persahabatan di antara anak-anak, dan akan menolong untuk mengatasi perilakunya yang tidak memperhatikan.
Mungkin tidak akan mengejutkan Anda bahwa perilaku dan tindakan orang dewasa dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh terbesar kepada perilaku anak terhadap Sekolah Minggu. Keputusan-keputusan Anda sebagai orangtua adalah tanda-tanda bagi anak Anda bahwa Sekolah Minggu itu penting. Pola kehadiran dan pernyataan-pernyataan yang konsisten mengenai Sekolah Minggu akan lebih mempengaruhi partisipasi anak Anda daripada hal-hal lainnya. Guru yang menunjukkan betapa mengasyikannya Sekolah Minggu itu dan menunjukkan perilaku yang mengasihi terhadap setiap anak akan mendapatkan respon yang positif di kelas mereka. Baik orangtua maupun guru, keduanya bisa mengalirkan antusiasme anak untuk ber-Sekolah Minggu dalam kehidupan anak.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK