Berikut ini adalah ciri khas anak-anak Balita secara jasmani, mental,
emosi, sosial dan rohani beserta penerapan praktisnya.
A. Ciri Khas secara Jasmani
Pertumbuhan amat cepat dan banyak bergerak. Otot besar dan otot
kecilnya berkembang. Karena itu, buatlah acara dengan memberikan
kesempatan pada anak untuk bergerak sebanyak mungkin. Mereka juga
sudah memiliki beberapa ketrampilan yang lebih rumit dibanding
sewaktu masih berusia 3 tahun. Anak Balita sudah bisa menggunting
dan menempel sendiri dengan baik, mengambar, mewarnai, atau
melipat.
Pita suara sudah berkembang dengan baik. Mereka sudah dapat
menyanyi dengan nada yang tepat bila mendapat contoh dan
bimbingan yang baik. Sebaliknya, bila Guru tidak bisa menyanyi
dengan nada yang tepat akibatnya akan berpengaruh juga pada anak
terhadap pengenalan nada.
Biasanya mereka cenderung melakukan hal-hal yang terlalu sulit.
Biarkan mereka mencoba, dan berikan saran atau pertolongan hanya
pada waktu mereka mendapat kesulitan atau meminta pertolongan
anda. Anak Balita harus bereksperimen untuk mengetahui
keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Mereka senang
menggunakan ketrampilan yang telah dimilikinya untuk melaksanakan
sebuah gagasan, namun apabila gagasan itu tidak terlaksana,
mereka harus dibimbing untuk mencoba lagi dengan gagasan lain.
B. Ciri Khas secara Mental
Rasa ingin tahunya besar sekali. Ia senang sekali apabila ada
orang dewasa yang dapat membantunya memahami "Alkitab" secara
sederhana. Ia ingin tahu cara kerja sebuah benda (fungsinya),
mengapa benda itu bekerja (sebab dan akibatnya), serta apa dan
bagaimana benda itu bekerja (rinciannya).
Imajinasinya kuat sekali. Ia dapat bersandiwara menjadi tokoh apa
saja yang diinginkannya. Benda apa saja yang dilihat dapat
dijadikan mainan olehnya. Usahakan agar anda lebih banyak
memberikan ide-ide untuk bermain daripada memberikan mainan kepada
anak-anak ini. Jika memberikan mainan, berikan yang murah dan
sederhana, tapi harus kuat dan tahan lama karena pada usia ini
anak belum dapat berhati-hati dengan mainannya (cepat rusak).
Mereka belum dapat membedakan antara cerita yang sungguhan dengan
dongeng atau khayalan. Untuk mengatasi hal ini peganglah Alkitab
di tangan saat menyampaikan cerita Alkitab dan jelaskanlah bahwa
Firman Allah sangat berbeda dengan dongeng atau fabel.
Konsep terhadap "waktu" dan "ruang" masih terbatas. Sebaiknya
pakailah istilah "hari ini", besok", "dahulu kala", "di tempat
yang jauh" dan lain-lain, untuk melukiskan waktu dan ruang. Oleh
karena itu usahakan untuk tidak menjanjikan/menjelaskan sesuatu
pada anak yang melibatkan panjangnya waktu karena anak pada usia
ini masih belum bisa mengukur panjang/lamanya waktu dengan jelas.
Suka mendengarkan cerita. Cerita untuk anak Balita haruslah
mengandung pengertian etis yang jelas dan mudah dimengerti.
Anak-anak ini menyukai cerita yang mempunyai pola yang jelas dan
tetap serta mengandung unsur-unsur berhitung, perbandingan
(kontras), pengulangan dan fakta-fakta konkrit.
Dapat mengulang-ulang istilah-istilah Alkitab yang didengarnya,
tanpa memahami arti yang sesungguhnya. Jangan mengira mereka
pasti memahami istilah Alkitab hanya karena mereka mengucapkannya.
Oleh karena itu, mintalah anak mengulang/menceritakan kembali apa
yang telah anda sampaikan padanya sehingga anda dapat mengetahui
apa yang sesungguhnya ada di dalam pikiran mereka (pemahaman
mereka terhadap Firman Tuhan yang telah didengarnya).
Suka mengajukan pertanyaan karena rasa ingin tahu cukup besar.
Oleh sebab itu, berikanlah jawaban yang sederhana pada
pertanyaan-pertanyaan mereka. Apabila seorang anak berulang kali mengajukan
pertanyaan yang itu-itu juga, maka ada kemungkinan ia membutuhkan
kepastian emosional, minta perhatian, atau masih bingung.
C. Ciri Khas secara Emosi
Emosi masih berimbang, mudah marah namun juga cepat reda. Mereka
juga bertambah kaya dengan berbagai pengalaman emosional.
Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran anak tentang masa yang
akan datang, pengharapan dan kekuatiran mulai timbul dalam
dirinya. Ia membandingkan dirinya dengan orang lain dan
menunjukkan rasa iri atau simpati. Ia menilai kelebihan dan
kekurangan dalam dirinya serta memperlihatkan rasa bangga atau
malu. Karena anak Balita sudah mulai sadar akan
kekurangan-kekurangan dirinya, mereka memerlukan bantuan khusus untuk
belajar menerima dirinya sendiri. Sangat baik kalau pada usia ini
anak sudah diajarkan untuk mengenal emosinya sendiri dan
mengekspresikannya dengan sehat, khususnya dengan mengungkapkan
lewat kata-kata, misalnya "Saya senang lagu ini", "Saya tidak
suka warna ini", "Saya sedih mendengar cerita ini", "Saya sangat
marah dengan dia", "Saya takut..." dll.
Ada suatu perasaan takut tertentu. Ketakutan yang dialami pada
usia ini biasanya melekat pada si anak untuk jangka waktu yang
lama. Untuk mengatasi hal ini hindarilah bagian-bagian cerita
yang menakutkan, dan jangan terlalu mendramatisir
peristiwa-peristiwa tertentu yang bisa membuat anak ketakutan (misal:
peristiwa penyaliban Yesus, Daniel dimasukkan ke gua singa),
juga jangan mengajar anak dengan cara menakut-nakutinya (mis.
"Kalau nakal nanti pak polisi akan datang!" dan sejenisnya).
D. Ciri Khas secara Sosial/Pergaulan
Anak Balita senang bermain dengan teman sebayanya, namun juga
perlu waktu untuk bermain sendiri. Mereka sudah bisa bermain
bersama dalam kelompok kecil yang terdiri 5-6 anak, mereka juga
bisa melakukan aktivitas dalam kelompok besar yang dipimpin oleh
orang dewasa.
Sering timbul pertengkaran pada saat bermain dan mereka akan
"mengadukan" kepada orang dewasa sebagai cara untuk mendapatkan
perhatian. Oleh karena itu, ketika menyelesaikan masalah antar
anak balita, guru harus bersikap sama rata memberikan perhatian.
Sifat keakuan masih sangat kuat, sering menyebut "aku" dalam
pembicaraannya. Dalam diri anak Balita berkembang perasaan ingin
bersaing, dan hal ini biasanya mereka ekspresikan dengan cara
menyombongkan diri dengan apa yang dimilikinya atau kepandaiannya.
Kesadaran tentang "kepemilikan" mulai berkembang. Ia sudah dapat
membedakan milikku, milikmu, dan miliknya. Sebenarnya, yang
menjadi dasar dari konsep "membagi" (share) adalah konsep
kepemilikan pribadi. Oleh karena itu, sebelum bisa belajar membagi
ia perlu sudah memiliki beberapa benda bagi dirinya sendiri.
Anak Balita sedang belajar membuat pilihan-pilihan yang benar.
Hati nuraninya mulai bertumbuh. Ia menggunakan aturan-aturan
moral yang dimilikinya. Ia menilai besar kecilnya kesalahan yang
telah dilakukannya dari berat/ringannya hukuman yang diterimanya.
Karena itu penting sekali bagi Guru untuk menanamkan nilai-nilai
yang benar dan konsisten, kalau perlu dengan memberikan disiplin
(hukuman) tapi harus dengan perhitungan (tidak terlalu ringan atau
terlalu berat). Pengajaran dan keteladanan juga harus berjalan
beriringan.
E. Ciri Khas secara Rohani
Dapat mengenal Yesus/Allah melalui kasih orang dewasa terhadap
diri mereka. Oleh karena itu, melayani dengan kasih yang tulus
kepada anak akan menolong mereka untuk belajar mengenal Yesus,
karena anak mengasosiasikan Yesus/Allah dengan segala sesuatu yang
baik, benar, dan indah. Anak juga perlu mengerti bahwa Kristus
bisa tinggal dalam hati dan menjadi sahabat kita jika kita mau
mengundang Dia untuk masuk dalam hati kita. Dengan pengarahan yang
benar (secara individu), maka pada usia ini anak bisa dibimbing
untuk menerima Kristus.
Memiliki kesadaran moral tentang hal-hal yang salah dan benar.
Tekankan bahwa Allah melihat semua yang kita lakukan oleh karena
itu jika kita tahu telah berbuat salah kita harus bertobat dan
minta pengampunan atas dosa mereka pada Tuhan.
Dapat belajar berdoa. Ajarkanlah pada mereka bahwa Allah mendengar
doa, namun demikian tidak berarti semua permintaan mereka akan
dijawab sesuai dengan keinginannya. Allah mengetahui yang terbaik
bagi kita, karena itu kadang Tuhan menjawab doa kita dengan "ya"
tapi bisa juga dengan jawaban "tidak" atau "tunggu".