Teori dan Model yang dihasilkan oleh para ahli mengenai Gaya Belajar memang sangat beragam. Dalam bukunya, "Cara Mereka Belajar", Cynthia Ulrich Tobias menjelaskan bahwa ada empat gaya atau cara belajar anak. Dia mendasarkan pokok pikirannya itu dari hasil riset Dr. Anthony F. Gregorc. Model yang dikembangkannya memberikan wawasan yang sangat berharga mengenai bagaimana pikiran kita MENERIMA dan MENGGUNAKAN informasi.
A. Menurut Dr. Gregorc, ada dua hal penting yang perlu diketahui tentang bagaimanakah anak menangkap pelajaran. Dia membagi fungsi otak dalam dua macam, pertama PERSEPSI, yaitu cara kita menerima informasi, kedua PENGATURAN, yaitu cara menggunakan informasi yang kita persepsikan.
1. PERSEPSI
Persepsi adalah cara kita menerima informasi atau menangkap sesuatu hal, secara pribadi atau individu. Persepsi-persepsi ini membentuk apa yang kita pikirkan, mendefinisikan apa yang penting bagi kita, dan selanjutnya juga akan menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. Menurut Gregorc, persepsi yang dimiliki setiap pikiran/pribadi ada dua macam, yaitu Persepsi Konkret dan Persepsi Abstrak.
2. PENGATURAN
Setelah anak menerima informasi yang masuk, maka anak akan mengatur dan menggunakan informasi yang dipersepsikan tersebut. Menurut Gregorc, kedua kemampuan anak untuk mengatur persepsi adalah sekuensial (teratur, menurut suatu aturan bertahap) dan random (acak, yang mana saja).
1. SEKUENSIAL KONGKRET (Kongkret Berurutan)
Anak yang bertipe Kongkret Berurutan biasanya mengalami
kesulitan apabila diminta untuk menangkap suatu pelajaran yang
bersifat abstrak dan yang memerlukan daya imajinasi yang kuat.
Ia cenderung menangkap pelajaran yang dopresentasikan secara
verbal dan yang dapat ia lihat. Dengan kata lain, ia membutuhkan
banyak contoh atau peragaan dan semua ini disajikan dalam bentuk
yang sistematis dan berurutan.
Anak ini tidak bisa diburu-buru untuk menyelesaikan tugasnya, karena dia harus benar-benar memahami informasi yang diterimanya satu demi satu. Ini tidak berarti bahwa ia lebih lamban daripada anak yang lain. Ketertarikannya terhadap kerapian, membuat dia sukar menerima beberapa informasi yang datang bersamaan. Istilah kunci baginya adalah SATU DEMI SATU dan NYATA.
2. SEKUENSIAL ABSTRAK (Abstrak Berurutan)
Anak yang bertipe Abstrak Berurutan dilengkapi Tuhan dengan
kemampuan penalaran yang tinggi. Anak ini cenderung kritis dan
analitis karena dia memiliki daya imajinasi yang kuat. Pada
umumnya ia menangkap pelajaran atau informasi secara abstrak dan
tidak memerlukan peragaan yang kongkret. Biasanya ia bersifat
pendiam dan menyendiri karena ia sibuk berpikir dan menganalisa.
Ia pun lebih menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan
secara sistematis. Istilah kunci baginya adalah SATU DEMI SATU
dan IMAJINATIF.
3. RANDOM ABSTRAK (Abstrak Acak)
Anak yang bertipe Abstrak Acak, pelajaran yang disajikan secara
berurutan atau sistematis tidaklah menarik. Cara belajar anak
model ini tidak teratur dan penjadwalan sangat menyiksa dirinya.
Ia tidak terbiasa terpaku oleh pengajaran di dalam kelas;
baginya semua pengalaman hidup merupakan pelajaran yang
berharga. Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan IMAJINATIF.
4. RANDOM KONGKRET (Kongkret Acak)
Anak yang bertipe Konkret Acak adalah anak yang penuh dengan
energi dan ide-ide yang segar. Ia belajar banyak melalui
pancaideranya dan tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang
memerlukan penalaran abstrak. Ciri praktisnya yang diperkuat
oleh kemampuannya menerima pelajaran secara acak membuatnya
menjadi orang yang penuh dengan ide-ide yang baru. Kesulitannya
adalah melakukan hal-hal yang sama, sebab baginya hal ini sangat
membosankan. Anak bertipe ini cenderung mengalami masalah dalam
sistem pengajaran di sekolah sebab ia bukanlah tipe penurut.
Istilah kunci baginya adalah SPONTAN dan NYATA.
Sebagaimana kita melihatnya, setiap anak (dan juga kita) belajar dengan cara yang berbeda. Untuk itu sangatlah penting bagi orangtua atau guru untuk mengenal gaya belajar anak-anak dan murid-muridnya, agar memiliki pemahaman yang benar terhadap mereka sehingga menghasilkan buah yang maksimal. Demikian pula sebagai Guru Sekolah Minggu, kita harus waspada dengan kelemahan Gaya Belajar kita sendiri serta berusaha untuk mengembangkan beberapa teknik mengajar yang mungkin "secara alami" kurang kita sukai.
Disinilah peran dan tanggung jawab kita sebagai guru untuk mengajarkan Kebenaran Firman Tuhan dengan cara yang mudah dipahami oleh murid-murid kita.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK