Samuel adalah seorang anak laki-laki yang hidup pada zaman dahulu. Ia tidak tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah rumah seperti kalian. Ia tinggal di sebuah gereja yang indah.
Ketika Samuel masih bayi, ibunya telah berjanji kepada Allah bahwa ia akan mengajar anaknya untuk mengasihi Allah. Ia berjanji bahwa kelak, bila Samuel sudah cukup besar, ia boleh tinggal bersama Eli, seorang pendeta/imam. Di sana ia akan menolong imam itu memelihara rumah Allah.
Eli merasa sangat senang menerima Samuel tinggal di gereja bersamanya karena Samuel dapat membantunya. Samuel senang tinggal di gereja karena ia mengasihi Allah. Ia melakukan banyak hal untuk membantu Eli karena imam yang baik itu sudah semakin tua dan matanya hampir buta.
Setiap hari Samuel bangun pagi-pagi sekali untuk menyapu lantai Bait Allah -- gereja. Ia membuka dan menutup pintu dengan perlahan-lahan. Ia mengisi semua pelita dan kaki dian emas dengan minyak supaya dapat menyala. Kemudian Samuel membuka pintu Bait Allah -- gereja agar orang-orang dapat masuk untuk menyembah Allah. Pada malam hari ia menutup pintu Bait Allah -- gereja. Kadang-kadang Samuel membersihkan perkakas-perkakasnya dari debu dan menggosok pelita- pelita serta piala-piala emas sampai menjadi mengilat.
Setiap kali Eli memanggil, Samuel segera datang, berlari-lari secepat-cepatnya. Kemudian Samuel akan berkata, "Ya, Pak. Apakah yang Bapak inginkan?"
Pada suatu malam ketika Samuel sedang tidur, tiba-tiba ia terbangun. Dalam kesunyian ia mendengar seseorang memanggil dia, "Samuel! Samuel!" Dengan segera Samuel melompat dari tempat tidurnya dan berlari kepada Pak Eli karena ia pikir Pak Eli memanggil dia.
"Aku tidak memanggilmu, Nak!" kata Eli. Lalu Samuel kembali ke tempat tidur.
Tak lama kemudian terdengarlah suara itu lagi, "Samuel! Samuel!"
Sekali lagi Samuel pergi kepada Eli dan berkata, "Ya, Pak Eli, bukankah tadi Bapak memanggil saya?"
"Aku tidak memanggil kamu," kata Pak Eli. "Kembalilah ke tempat tidurmu."
Akan tetapi, baru saja Samuel naik ke tempat tidur dan memejamkan matanya, ia mendengar suara itu memanggil lagi, "Samuel! Samuel!"
Sekali lagi ia lari kepada Pak Eli. "Ya, Pak! Bukankah Bapak tadi memanggil saya?" kata Samuel.
Kemudian sadarlah Pak Eli bahwa itu pasti Allah yang memanggil Samuel. "Tidurlah kembali," kata Eli, "dan bila Allah memanggil kamu lagi, katakanlah , "Bicaralah, ya Allah, sebab hamba-Mu mendengar."
Jadi Samuel kembali tidur. Tak lama kemudian suara Allah memanggil lagi, "Samuel! Samuel!" Kali ini Samuel menjawab, "Bicaralah, ya Allah, sebab hamba-Mu mendengar."
Samuel mendengarkan dengan penuh perhatian ketika Allah berbicara kepada dia. Allah memberitahukan banyak hal kepada Samuel tentang apa yang akan dilakukan-Nya. Pada pagi hari Samuel bercerita kepada Eli apa yang telah dikatakan Allah kepada dia.
Setelah Samuel bertumbuh menjadi dewasa, Allah banyak berbicara kepadanya. Setiap orang mengetahui bahwa Allah mengasihi Samuel dan Samuel mengasihi Allah. Jika kita taat kepada Allah dan pergi ke rumah-Nya, Ia juga akan berbicara kepada kita. Dengan duduk tenang di dalam gereja, kita dapat menolong orang lain mendengarkan suara Allah.
Audio: Anak Laki-laki yang Tinggal di Bait Allah
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK