Semoga Sukacita Natal Membarui Hidup Anda


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Natal adalah masa untuk tertawa dan bersukacita, masa ketika kebahagiaan kita meluap-luap. Tetapi, kita semakin sering mendengar kata-kata sumbang, yaitu bahwa masa Natal telah menimbulkan beban yang berat.

Ini menunjukkan ada sesuatu yang salah, entah di mana, karena Kristus tidak pernah bermaksud agar kelahiran-Nya menjadi peristiwa yang mulia. Kekristenan dirancang untuk meneruskan kuasa dari Yesus Kristus kepada setiap pribadi; karena itu, perayaan Natal yang berpusat pada Kristus seharusnya merupakan pengalaman puncak dalam acara satu tahun.

Mungkin kita memerlukan lebih banyak imajinasi supaya merasakan kembali pengalaman ini secara pribadi, seperti yang dilakukan orang- orang yang kreatif.

Contohnya, pada bulan Desember yang lalu, di depan sebuah pompa bensin digantung sebuah papan yang besar. Di situs tertulis, "Selamat hari Natal dan Tahun Baru bagi semua pelanggan. Dana 150 dolar yang semestinya dipakai untuk membeli kartu-kartu Natal untuk Anda telah diserahkan kepada Pendeta Bill Harrod untuk memeriahkan perayaan Natal di West Dallas."

Di negara bagian lain, sebuah jemaat diminta menyumbang pakaian bekas untuk orang-orang yang membutuhkannya. Ada satu keluarga yang menyerahkan pakaian baru, yang dibeli dengan uang yang mereka kumpulkan sepanjang tahun untuk membeli hadiah Natal.

Pemberian seperti itu tentunya mencerminkan arti Natal yang sesungguhnya. Cara yang terbaik bagi kita untuk memuliakan Dia ialah dengan meniru teladan-Nya. Tindakan yang berbelas kasihan yang merefleksikan inspirasi yang sudah diberikan-Nya kepada kita, akan mendatangkan kepuasan kebahagiaan yang lebih mendalam daripada memberi atau menerima hadiah yang paling mahal.

Sepuluh tahun yang lalu, anak perempuan dari Bapak dan Ibu Carl Hansen di San Bernardino, California meninggal karena penyakit kanker. Ia berusia tujuh tahun. Setelah perjalanan waktu mengikis sebagian dari kesedihan mereka, keluarga Hansen menyadari bahwa anak mereka sudah mengajarkan banyak hal tentang kasih seorang anak, sehingga mereka bermaksud mengabadikan apa yang sudah diajarkan oleh anaknya. Mereka memutuskan, Pak Hansen berpakaian seperti Sinterklas dan mereka akan mengunjungi setiap anak di kota itu yang harus berbaring di tempat tidur, yang tidak dapat melihat Sinterklas di toko-toko.

Selama dua tahun, mereka sangat sibuk pada setiap hari Natal, sehingga keluarga Elk membawa hadiah untuk setiap anak yang dikunjungi. Pak Hansen belajar sulap untuk menghibur anak-anak. Mereka mengumpulkan penghibur amatir dan mengadakan pertunjukan pada setiap kunjungan. Di rumah tinggal dan rumah sakit ada banyak anak yang haus akan kasih sayang sehingga keluarga Hansen akhirnya memutuskan untuk membuat kunjungan Natal mereka menjadi suatu proyek sepanjang tahun.

Pemazmur berkata, "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala." Orang Kristen yang mula-mula merayakan hari Natal dengan mengingat perbuatan Tuhan dan keajaiban di masa lalu. Natal memang waktu untuk bergembira, tetapi bukan dengan cara yang berlebihan. Menggunakan perayaan kelahiran Yesus sebagai alasan untuk memberi hadiah dan minuman berlebih-lebihan untuk memperoleh keuntungan, sama saja dengan menghina Tuhan dan menyembah berhala. Berapa banyak orang yang kita tahu merasa dibebani dengan pemberian hadiah karena menghabiskan uang melebihi kemampuan mereka? Dalam usaha mereka untuk bersaing dengan tetangga, banyak orang yang berhutang. Lebih baik mereka mengungkapkan semangat Natal dengan cara yang lebih berarti daripada sekadar menghabiskan uang. Ini sebuah contoh yang saya maksudkan:

Di Hewlett, Long Island, di lingkungan orang Yahudi dibentuk suatu jemaat, tetapi mereka tidak mempunyai gereja dan berkumpul di sebuah toko. Anggota jemaat semakin bertambah di toko tersebut dan tepat sebelum hari Natal tiba, mereka mulai membangun sebuah gereja. Pada hari Natal dan Tahun Baru, salah seorang tetangga mereka yang bernama Ricky Cardace, seorang Katholik menyerahkan pompa bensinnya kepada teman-temannya, orang Yahudi. Mereka akan menjalankannya dan semua penerimaan pada waktu itu akan dipakai untuk dana pembangunan gereja.

Jadi, memberi pada hari Natal dapat melalui berbagai bentuk yang tidak diukur dengan uang. Ini beberapa usulan pemberian yang tidak diukur dengan uang:

Hadiah yang Anda buat sendiri lebih dihargai -- sesuatu yang sederhana, seperti kue buah, atau alat pembuka surat, foto rumah seseorang, bayi atau hewan peliharaan, itu akan lebih dihargai. Kami mengenal pasangan yang mengecat serambi dan pintu depan rumah orangtuanya. Bagi yang memberi, hal itu merupakan suatu tindak kasih, sedangkan bagi yang menerimanya, hal itu merupakan suatu persembahan kasih.

Pada waktu terjadi krisis keuangan, seluruh anggota keluarga membuat sendiri hadiah untuk masing-masing anggota keluarga. Natal yang istimewa ini merupakan saat yang penuh sukacita dan sejak itu, kebiasaan ini dilakukan rutin setiap tahun.

Apabila Anda mengenal seorang ibu yang mau pergi ke gereja atau mengikuti kegiatan lain, tetapi tidak bisa menanggung biaya secara menusiawi, mengapa tidak memberikan selembar cek untuk ongkos mengasuh anak selama beberapa jam untuk tahun berikutnya?

Kirimlah kenang-kenangan Natal untuk orang yang tidak mengira akan memperolehnya dari Anda, orang yang sering kita jumpai, tetapi tidak terlalu kita kenal: tetangga yang mengucapkan selamat pagi setiap hari; orang yang membersihkan kantor atau ruang kerja Anda; atau petugas lalu lintas. Terutama orang yang paling menjengkelkan Anda.

Mengetahui lebih banyak tentang orang-orang menjadi pengalaman yang memperkaya kehidupan. Alami kunjungan yang menyentuh hati ke rumah sakit, panti asuhan, dan penjara. Membantu keluarga yang kurang mampu juga merupakan pengalaman yang indah.

Sering anak-anak memperlihatkan kepada kita cara untuk merayakan Natal dengan kegembiraan yang lebih besar. Murid-murid SMP di New Jersey memutuskan untuk memberikan uang, yang semula mereka kumpulkan untuk hadiah Natal kepada orang yang lebih memerlukannya. Atas bantuan dan nasihat ibu kepala kantor pos setempat, mereka menyumbangkannya untuk pasien yang menderita akibat melemahnya otot.

Di salah satu sekolah dasar, anak-anak kelas enam diberitahu bahwa di negara-negara lain, ungkapan rohani pada hari Natal adalah unsur yang terpenting. Sedangkan pemberian hadiah merupakan bagian kecil dari Natal dan sering dirayakan secara terpisah, biasanya diadakan pada hari Sinterklas. Karena anak-anak ini mendapat kesan bahwa hadiah merupakan ungkapan yang paling utama pada hari Natal, maka dapat dimaklumi bila mereka terkejut, dan bertanya, "Kalau begitu bagaimana kita harus merayakan Natal?"

Guru mereka menyuruh mereka semua mencari jawabannya di Alkitab: salah seorang murid laki-laki menuliskan jawabannya dari Matius 25:35,40:

"Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum ... segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."

Itu merupakan awal yang baik, kata guru mereka, dan ia menyarankan supaya mereka menemukan saudara mereka yang paling hina di kota mereka sendiri. Mereka melakukannya, dan mulai mengumpulkan sumbangan Natal dalam sebuah kotak yang besar.

Pada hari Natal sudah terkumpul cukup uang untuk makan malam dan hadiah untuk dua keluarga. Anak-anak sendiri yang mengantarkan hadiah itu untuk kedua keluarga tersebut. Dalam perjalanan pulang, salah seorang guru melihat seorang anak perempuan menggenggam erat- erat kotak kosong yang digunakan untuk mengumpulkan sumbangan itu.

"Saya akan menaruhnya di bawah pohon di rumah," ia menjelaskannya dengan mata berbinar-binar. "Supaya saya mengingat Natal yang paling menyenangkan yang pernah saya rayakan."

Semoga Anda dapat mengalami hari Natal yang berpusat pada Kristus seperti itu. Anda akan menyukainya lebih daripada Natal mana pun.

Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen

Sumber
Judul Artikel: 
Semoga Semangat Natal Membarui Hidup Anda
Judul Buku: 
Kisah Nyata Seputar Natal
Pengarang: 
-
Halaman: 
164 - 167
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung
Tahun: 
1989

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar