Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Bercerita

Jenis Bahan PEPAK: Tips

"Ceritanya menarik sekali!"
"Wah ... ceritanya benar-benar membosankan"
"Ehmm ... apa ya ceritanya tadi?"
"Ceritanya bagus sih ... tapi, maksudnya apa saya tidak tahu"
"Yaah .. kalau itu sih saya sudah tahu ceritanya ..."

Berbagai komentar anak di atas tentulah sudah tidak asing bagi para guru Sekolah Minggu. Cerita, di satu sisi, dapat memikat perhatian anak, tapi sebaliknya, cerita juga dapat menjauhkan perhatian anak dari guru yang bercerita. Oleh karena itu seorang guru harus benar-benar mempersiapkan diri dengan baik sebelum memberanikan diri bercerita di depan anak-anak. Sedikitnya ada 3 hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

A. Orang Yang Bercerita

  1. Penampilan
    Meskipun bukan yang utama, penampilan tetap harus dijaga. Guru harus tampak rapi, bersih, mengenakan baju yang pantas dan membuatnya merasa nyaman serta mudah bergerak, bersikap wajar dan rileks.
  2. Gerakan Tubuh
    Gerakan tubuh harus dijaga supaya tidak mengalihkan perhatian anak dari fokus cerita. Beberapa orang memiliki kecenderungan melakukan gerakan-gerakan yang "mengganggu" tanpa disadarinya, seperti: memasukkan tangan ke dalam saku celana, menggaruk-garuk kepala, pandangan selalu ke atas, dsb. Guru sebaiknya memang bergerak selama menyampaikan cerita, asal tidak berlebihan sehingga malah membingungkan anak karena harus menoleh dan memutar kepalanya.
  3. Ekspresi
    Idealnya pandangan mata mengarah pada mata murid, asal jangan menatap dengan terlalu tajam atau melihat pada murid-murid tertentu saja. Dalam bercerita, gunakanlah ekspresi muka (takut, marah, benci, senang). Ubahlah tekanan suara (berat, ringan), kecepatan suara (cepat, lambat), dan volume suara (keras, kecil), serta bentuk suara (gagap, serak). Perhatikan setiap jeda kalimat.
  4. Pilihan Kata
    Pilihan kata harus tepat, dan di sinilah letak pentingnya persiapan yang matang. Dalam bercerita kepada anak pilihlah kata-kata dan pakailah bahasa yang sederhana menurut tingkatan pemahaman mereka. Hindari istilah yang sulit, kecuali istilah tersebut memang merupakan bagian penting dalam cerita, misalnya: akan menjelaskan mengenai sinagoge.
Arahkan setiap komentar dan pertanyaan agar tujuan pengajaran dapat disampaikan serta hindarilah cerita yang panjang lebar. Buatlah agar cerita yang disampaikan seringkas mungkin, untuk menjaga konsentrasi dan perhatian anak-anak, selain itu setelah cerita berakhir masih ada waktu untuk diskusi.

B. Keseluruhan Cerita

  1. Pendahuluan
    Bagian ini sangat menentukan keberhasilan seluruh cerita anda, karena merupakan momen penting untuk mengikat perhatian anak. Pendahuluan harus dibuat semenarik mungkin sehingga menimbulkan rasa ingin tahu anak. Kalimat pendahuluan dengan menanyakan, "Siapa yang masih ingat cerita minggu lalu?" sepertinya bukan ide yang baik.
  2. Perubahan
    Meskipun telah dipersiapkan dengan matang, tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubahan saat anda menyampaikan cerita, misalnya, ada anak yang memotong cerita anda dengan pertanyaan, ada anak yang menangis, ada anak yang berkelahi, dsb. Di sini anda dituntut untuk "menyelamatkan situasi" dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan situasi yang sedang berkembang sebagai bahan cerita.
  3. Fokus
    Hindarilah menyisipkan ajaran moral lain di tengah-tengah cerita, selain akan mengaburkan cerita utama, hadirnya "pesan sponsor" tersebut akan membuat cerita utama kehilangan daya tariknya.
  4. Penutup
    Cerita harus diakhiri dengan situasi yang membuat anak menahan napas serta menanti-nantikannya. Begitu sampai pada klimaks, segeralah akhiri, karena bila terlau pamnjang lebar, anak-anak biasanya akan merasa jenuh dan letih. Berikan kesan yang mendalam pada anak saat anda menyampaikan penutup karena inilah bagian penting yang perlu anda tekankan pada mereka.
C. Pengaturan Tempat Dan Suasana

Cerita dapat disampaikan dengan duduk mengelilingi meja, di atas lantai/tikar, atau berkerumun di dekat api unggun. Yang penting pastikan bahwa anak-anak merasa nyaman sebelum cerita dimulai dan bahwa setiap anak memiliki pandangan yang jelas (tidak terhalang) pada guru yang akan menyampaikan cerita.

Pendengar anak-anak cenderung untuk mendekat pada orang yang bercerita selama cerita berlangsung, khususnya jika ada alat bantu yang menarik, seperti: orang-orangan, boneka maupun wayang. Jadi, buatlah aturan tertentu sebelum cerita disampaikan.

Hubungan yang akrab dapat dibangun antara guru dan anak-anak dengan kontak mata dan interaksi. Untuk memelihara hubungan ini usahakan kelas terdiri dari sekelompok kecil anak, dan anak yang memiliki fisik paling kecil dapat duduk di bagian depan.

Bila cerita harus disampaikan dalam kelompok besar, maka posisikan guru-guru yang lain untuk duduk di tengah anak-anak, supaya dapat menjaga dan memberikan contoh pada anak bagaimana sikap mendengarkan yang baik.

Jika anda memikirkan kemungkinan terjadinya pengalihan perhatian anak, misalnya oleh anak-anak lain yang berkeliaran di lokasi cerita, rencanakan agar setiap anak membawa sesuatu sepanjang anda bercerita. Misalnya untuk cerita "domba yang hilang", anda dapat memberikan masing-masing anak stiker bergambar domba untuk direkatkan di tengah cerita. Gunakan gerakan tangan, nyanyian atau tanda yang sama sebagai tanda dimulainya cerita atau sebagai usaha menarik kembali perhatian anak pada anda.

Pada akhirnya, selain berbagai usaha di atas, banyak berlatih juga turut membantu "keberhasilan" anda bercerita. Latihan bercerita di depan cermin akan sangat membantu, terutama bagi para guru yang baru memasuki dunia pelayanan anak. Anda juga dapat merekam suara (audio) atau penampilan anda (audio visual) untuk kemudian didengarkan dan atau dilihat kembali guna melihat kekurangan serta melakukan perbaikan.

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar

Sumber
Judul Buku: 
Pembaruan Mengajar
Pengarang: 
Dr. Mary Go Setiawani
Halaman: 
92 - 94
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung