Masa Anak-Anak
Untuk mengembangkan anak, kita harus memahami ciri-ciri khusus anak sesuai dengan kelompok usianya. Secara khusus, usia anak dibagi dalam tiga masa.
1. Masa Kanak-Kanak (Di Bawah 7 Tahun)
2. Masa Pratama (7 -- 9 Tahun)
- Ciri mental: Rasa ingin tahunya besar, mulai bisa membedakan antara yang nyata dan yang khayal, yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
- Ciri sosial: Suka meniru tetapi tidak lagi asal meniru perbuatan siapa saja, namun hanya meniru perbuatan orang yang dia sukai saja.
- Ciri rohani: Sudah mulai dapat menerima pemikiran tentang Allah walaupun hanya dalam hal-hal yang praktis.
Bagi mereka, Allah ialah Yang Mahakuasa dan Mahamengasihi kita semua. Mereka juga dapat diajar menjadi seperti Yesus atau menirukan Yesus dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, asalkan diajarkan secara praktis.
3. Masa Madya (10 -- 12 Tahun)
- Ciri mental: Haus akan bacaan, bersikap lebih realistis, dan mulai kritis.
- Ciri sosial: Mulai suka berkelompok dengan teman sejenisnya, sangat memuja orang yang menjadi pahlawannya.
- Ciri rohani: Mulai sanggunp memahami hal-hal serius dalam kehidupan, dan mudah menerima Injil. Sebab itu, masa ini sangat tepat untuk mempersiapkan mereka menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat mereka. Usahakanlah agar Yesus menjadi pahlawan dalam hidup mereka.
"Umur 0 -- 12 tahun adalah penentu utama kerohanian seseorang untuk seumur hidupnya." Sebesar 85% kepribadian orang dewasa dibentuk pada 6 tahun pertama dalam hidupnya. Setelah itu, sisanya yang 15%, tinggal dipoles agar menjadi remaja Kristen yang ideal. Sampai usia 11 tahun, anak-anak hanya dapat berpikir secara konkret, sementara konsep abstrak belum dapat dipahami.
Orang dewasa di sekitar anak-anak menjadi alat peraga yang memperjelas siapa diri Allah sebenarnya bagi anak-anak itu. Anak-anak butuh perhatian yang lebih besar daripada kelompok usia mana pun karena masa anak-anak butuh perhatian yang lebih besar daripada kelompok usia mana pun dan masa anak-anak akan cepat berakhir.
Berdasarkan piramida luasnya pengaruh orang dewasa terhadap anak-anak, ternyata yang terbesar adalah melalui: teladan (karena anak dapat melihatnya). Sebab itu, diperlukan konsistensi dan konsekuensi dari apa yang kita ucapkan dan lakukan. Berikutnya, disusul oleh hubungan yang baik dengan si anak (karena anak dapat merasakannya). Dan yang terakhir adalah pengajaran/penjelasan (di mana anak dapat mendengarkannya).
Anak dan Gereja
Mengingat semua hal di atas, maka gereja (secara khusus) dan orang-orang percaya (secara umum) punya peran yang sangat vital dalam pembentukan seorang anak menjadi manusia yang utuh di hadapan Tuhan dan sesama manusia -- bdk. Lukas 2:52, "Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." Yesus telah bertumbuh dalam segi hikmat, jasmani, rohani, dan pergaulan dengan sesama manusia. Setiap anak manusia perlu mengalami pertumbuhan yang sehat seperti itu.
Mendidik anak-anak sebagai generasi penerus akan menjamin pertumbuhan gereja secara alamiah. Kualitas gereja kita pada masa mendatang ditentukan oleh bagaimana kita mendidik anak-anak kita sekarang. Pertumbuhan gereja secara kualitas dan kuantitas tergantung pada pendidikan generasi penerusnya. Bila pendidikan bagi generasi penerus diutamakan, gereja dapat meletakkan dasar yang kokoh untuk hakikat kerohanian jemaat Tuhan yang akan datang. Mereka tidak akan mudah terbawa arus. Selain itu, hal ini akan memengaruhi pertumbuhannya dari segi kuantitas juga.
Inilah daftar yang harus gereja sediakan bagi anak-anak: makanan rohani, pemuridan, kasih dan perhatian, kesempatan melayani, ruang kelas yang layak, guru yang berkualitas, kelas dan kurikulum berbasis usia dan kompetensi, perlindungan/pembelaan, dan usaha memperlengkapi atau melatih orang tua mereka.
Anak dan Misi
Bill Bright berkata: "Pekerjaan terbesar yang dapat dilakukan orang Kristen adalah memperkenalkan Yesus Kristus kepada orang lain."
Mengapa kita harus memiliki misi bagi anak-anak?
Amanat agung Tuhan Yesus mencakup anak-anak sebagai targetnya.
Anak-anak punya sifat lebih mudah menerima Injil dibandingkan kelompok usia sesudahnya.
Kepribadian seorang dewasa terbentuk pada saat ia masih kanak-kanak.
Hampir 50% penduduk kita terdiri dari anak-anak berusia di bawah 18 tahun.
Anak-anak adalah generasi penerus masa depan kita.
Saat kita memenangkan seorang anak, kita punya kesempatan besar untuk memenangkan orang tuanya juga.
Bukan saja kita harus memiliki misi bagi anak-anak, tetapi anak-anak pun juga harus memiliki misi bagi sesamanya. Banyak cara dapat kita lakukan demi membuat anak-anak terbiasa untuk bersaksi. Walaupun mereka masih kecil, mereka juga punya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Jika kita, sebagai pendidik, tidak "memancing" mereka untuk menyaksikan pengalaman-pengalaman pribadi mereka, maka letupan pertumbuhan rohani mereka dalam hal bersaksi perlahan-lahan dapat memudar, bahkan akhirnya bisa padam. Inilah cara praktis yang guru-guru SM lakukan dalam membiasakan atau mendorong anak-anak untuk bersaksi.
Menyanyi di depan kelas: membiasakan anak mengucapkan pujian bagi Tuhan.
Ayat hafalan: selain membiasakan menghafalkan ayat suci, anak-anak juga perlu diajar untuk "merefleksikan" ayat-ayat tersebut dalam hidup sehari-hari mereka.
Menggambar dan menulis: anak akan belajar mengekspresikan perasaannya tentang Tuhannya.
Anak diajar untuk memberi persembahan bagi misi penjangkauan jiwa.
Anak diajar untuk berdoa bagi jiwa-jiwa yang terhilang, mulai dari anggota keluarganya.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK