Bagaimana Mengajar Anak Pratama


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Saran-saran berikut ini secara langsung mengarah pada sifat-sifat anak pratama dan bagaimana sifat-sifat itu memengaruhi proses belajar-mengajar.

Anak pratama lebih senang belajar dari apa yang dapat mereka alami secara konkrit dan fisik daripada secara lisan -- misalnya berbicara dengan mereka. Mereka sangat memerhatikan kepekaan fisik dan mereka menggunakannya untuk mendapatkan ide-ide dan informasi baru. Itulah sebabnya, mengapa penggunaan alat-alat peraga visual, kaset rekaman, tape, alih peran (role play), dan drama sangat penting bagi mereka. Seorang anak akan belajar lebih banyak dengan memainkan peran sebagai anak yang harus memilih daripada melaksanakan perintah dari gurunya yang mengatakan, "Kita semua harus memilih apa yang Tuhan ingin kita lakukan." Saat seorang anak melihat gambar tentang bangsa Israel yang berjalan di Laut Teberau, ia mendapatkan pelajaran yang lebih banyak daripada saat dijelaskan mengenai peristiwa tersebut.

Anak-anak menyukai cerita! Sungguh bersyukur kita mendapatkan kesempatan untuk mengajarkan Alkitab yang memuat berbagai cerita terbaik! Bersikaplah yakin saat menekankan bahwa peristiwa-peristiwa itu benar-benar ada dalam Alkitab. Bila peristiwa itu tidak begitu dikenal, anak pandai akan bertanya, "Apakah cerita itu benar-benar ada di Alkitab?" Sangat baik untuk tidak menceritakan cerita imajinatif dengan menggunakan latar belakang Alkitab bila tidak dalam keadaan yang terdesak. Ada banyak legenda dan mitos Natal yang menarik bagi anak-anak yang lebih besar, tetapi cerita-cerita itu membingungkan anak pratama.

Sebagai aturan umum, jangan gunakan objek pelajaran. Anak-anak ini berpikir secara konkrit, secara literal. Tidak mungkin bagi mereka untuk memahami bahwa menara bisa melambangkan Alkitab atau karang melambangkan dosa. Anak yang lebih dewasa memang tertarik pada simbol-simbol, tetapi tidak bagi anak pratama.

Alkitab adalah sumber buku bagi keseluruhan pendidikan Kristen. Setiap pelajaran harus didasarkan pada Alkitab! Namun, jika Anda tidak sedang berencana untuk menyusun kurikulum -- ini bukanlah tugas yang mudah -- Anda disarankan untuk mengikuti materi yang telah disediakan untuk anak-anak ini. Penyusun kurikulum biasanya melakukan penelitian yang mendalam sebelum memutuskan pelajaran Alkitab apa yang sesuai untuk anak pratama. Mereka memilih bahan-bahan Alkitab yang mudah dipahami dan efektif bila dihubungkan dengan pengalaman anak. Hanya ada sedikit hal dari cerita janji Yefta yang bisa diterapkan pada anak karena situasi dari cerita itu adalah situasi orang dewasa dan tindakan konsekuensi dari tokoh utama secara emosional sangatlah membingungkan. Selain itu, karena seorang anak akan belajar banyak melalui cerita, penyusun kurikulum memilih peristiwa-peristiwa Alkitab yang memiliki cerita berkualitas. Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Paulus dalam Perjanjian Baru secara umum sebaiknya diajarkan pada anak-anak yang lebih dewasa.

Apa yang diperlukan anak pratama? Sama seperti anak lainnya, mereka memerlukan penyembahan, belajar, ekspresi, dan persekutuan Kristen.

Anak-anak pratama siap untuk belajar semua dasar kebenaran dalam Alkitab bila prinsip-prinsip itu disampaikan sesuai dengan tingkatan anak dan dihubungkan dengan kehidupan mereka. Saat mereka merasa bersalah, kesepian, atau frustasi, mereka perlu memahami dan mengalami pertolongan Tuhan. Saat mereka bahagia, mereka perlu menghubungkan Tuhan dengan hal-hal baik yang ada di dunia ini.

Apa yang sebaiknya kita ajarkan secara spesifik? Kita tidak bisa mengajarkan apa yang kita sendiri tidak pelajari kepada anak-anak. Ingatlah, "Agama lebih mudah ditangkap daripada diajarkan." Mungkin kebanyakan dari anak-anak ini berpikir bahwa Tuhan memiliki bentuk secara fisik. Pemahaman mereka tentang Tuhan dihubungkan dengan pengalaman mereka bersama orang dewasa. Mereka sudah bisa memberi respons terhadap pemikiran bahwa Tuhan adalah Pencipta, tetapi pemikiran Tuhan yang masih tetap bekerja dalam ciptaan-Nya masih sulit untuk mereka pahami. Jika pendidik Kristen menekankan atribut-atribut, misalnya Tuhan itu kasih, kemurahan hati, kebijakan, kesempurnaan, dan kebaikan, kedewasaan akan memberikan pemahaman yang sebenarnya bahwa Allah adalah Roh. Saat anak bertanya, "Seperti apakah Tuhan itu?", guru harus mengatakan, "Tuhan tidak membutuhkan tubuh seperti kita. Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa Ia mengasihi kita dan ingin kita juga mengasihi-Nya."

Beberapa anak pratama biasanya sudah siap menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Pada usia ini, seorang anak mulai mengumpulkan dan menghubungkan cerita tentang kehidupan Yesus -- sejak dari bayi di palungan hingga bangkitnya Juru Selamat. Anak ini sudah bisa memahami bahwa dia memiliki tanggung jawab pribadi kepada Tuhan. Ia bisa merasa aman dalam kasih dan pengampunan Tuhan.

Bagaimana sebaiknya kita mengajar anak-anak ini? Kita mengajar mereka melalui cara-cara di mana mereka bisa belajar dengan sebaik-baiknya. Kita menyampaikan cerita Alkitab karena mereka menyukai cerita dan mereka bisa dengan mudah mengikuti tindakan/perbuatan dalam cerita itu. Kita minta mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman mereka tentang bagaimana mereka menerapkan apa yang sudah mereka ketahui. Kita meminta mereka untuk mengekspresikan diri mereka sendiri melalui permainan alih peran (role play), tugas-tugas, kegiatan seni, dan menulis, karena kesan (impression) -- dari pengajaran kita -- harus selalu diikuti dengan tindakan (expression). Kegiatan-kegiatan pengekspresian diri membantu anak mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari. Melalui berbagai kegiatan ini, guru bisa mempelajari apa yang telah dipahami oleh seorang anak dan pengalaman apa yang diinginkan oleh anak ini.

Berbagai jenis pengalaman adalah lebih penting daripada suatu jadwal yang kaku. Cerita, "filmstrips", dan menyanyi bisa dilakukan dalam kelompok besar -- hingga lima puluh anak. Namun drama singkat (atau drama-drama lainnya), kegiatan kreatif, misalnya menyusun lagu, menulis puisi, kerajinan tangan, atau diskusi, harus dilakukan dalam kelompok kecil antara lima sampai sepuluh anak.

Ingatlah bahwa setiap anak memasuki pengalaman belajar sebagai pribadi yang seutuhnya. Beberapa kegiatan memerlukan penglihatan dan pendengarannya; tetapi kegiatan lain membutuhkan gerakan tubuh, berpikir kreatif, dan kontrol otot kecil. Anak-anak membutuhkan kegiatan yang berubah -- berbagai pengalaman belajar. Anak-anak jarang bisa menghabiskan waktu selama satu jam dengan satu kegiatan saja. Ukurlah minat anak-anak dan gantilah dengan kegiatan-kegiatan yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Kira-kira dua puluh menit sudah cukup lama bagi sebagian besar anak-anak dan kadang-kadang memang disarankan untuk melakukan kegiatan yang hanya membutuhkan waktu yang singkat. Beberapa anak akan lebih bisa belajar melalui alih peran (role play), sedangkan anak-anak lainnya dengan melihat "filmstrip". Buatlah metode pengajaran yang bervariasi supaya bisa menghasilkan berbagai gaya mengajar murid-murid Anda.

Membaca buku tentang anak-anak tentu jauh lebih mudah daripada mengajar mereka. Namun, tinggal bersama anak laki-laki dan perempuan akan sangat membantu dan bermanfaat daripada hanya membaca. Jadikan bacaan Anda sebagai tuntunan dan sebagai alat untuk menyediakan informasi yang sebanyak mungkin. Tetapi ujian dalam mengajar adalah mengajar itu sendiri! Sama seperti anak-anak yang belajar melalui apa yang dikerjakannya, demikian pula dengan Anda. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar

Sumber
Judul Artikel: 
How to Teach First and Second Graders
Judul Buku: 
Childhood Education in the Church
Pengarang: 
Robert E. Clark, Joanne Brubaker, & Roy B. Zuck
Halaman: 
130 -- 133
Penerbit: 
Moody Press
Kota: 
Chicago
Tahun: 
1986

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar