Sering kali kita mendapati anak-anak di Sekolah Minggu kita tidak
antusias dalam belajar. Mungkin hal ini terjadi karena kita / guru
Sekolah Minggu memiliki persepsi yang salah tentang belajar. Untuk
itu kita perlu mengubah persepsi kita tentang belajar sehingga
dapat menolong anak-anak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan
dalam "belajar" Firman Tuhan di Sekolah Minggu.
Menurut McKeachie (1986), kemampuan seorang guru untuk menjadikan
dirinya sendiri 'model' yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu
dan kesanggupan dalam diri anak didik, merupakan aset utama dalam
memotivasi seorang anak untuk belajar. Hal-hal apa yang perlu
dilakukan guru untuk mendorong anak lebih giat belajar?
Guru harus menunjukkan semangat mencintai "bahan pengajaran" dan
Firman Tuhan yang disampaikan.
Guru harus memperdalam penguasaannya terhadap materi dan
meningkatkan kemampuannya untuk dapat menyajikan bahan
pelajaran tersebut secara menarik, kreatif, hidup dan
bersemangat. Hal ini dapat meningkatkan minat, hasrat dan
motivasi dalam hati anak agar tertarik dengan materi yang akan
diajarkan.
Guru harus menghargai, memahami dan berempati kepada setiap anak
didiknya.
Selanjutnya beberapa langkah nyata untuk mendorong anak agar
termotivasi belajar, antara lain:
Hargailah pendapat anak didik dan berikan penghargaan atas
keberaniannya untuk berpendapat. Berikan pujian yang tulus
("reinforcement") pada tiap-tiap anak agar mereka semakin
bersemangat dan termotivasi untuk belajar.
Hargai anak-anak sebagai suatu pribadi yang memiliki keunikan
sendiri. Selain itu berikan perhatian khusus pada masing-masing
anak secara pribadi.
Binalah persahabatan dengan anak didik dengan memelihara suasana
kelas yang akrab dan dinamis. Tanamkan pada mereka perasaan
bahwa mereka diterima oleh teman sekelas dan gurunya ("sosial
acceptance"), sehingga mereka tidak merasa kesepian di dalam
kelas.
Berikan pengertian bahwa mereka sangat berarti ("personal
meaning"), baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi
temannya maupun bagi gurunya.
Tanamkan rasa percaya diri ("self confidence") dalam dirinya
agar proses belajar semakin meningkat.
Jauhkan dari perasaan takut gagal atau takut salah dalam
melakukan sesuatu. Untuk itu biarkan dia mencoba sesuatu secara
pelan-pelan supaya tidak merasa takut melakukan kesalahan.
Berikan kesempatan pada mereka untuk menjawab pertanyaan anda
(cari pertanyaan yang kira-kira bisa dijawab dengan benar), dan
berikan pujian bila mereka dapat menjawabnya. Perasaan sukses
dalam mengerjakan sesuatu pada diri anak dapat mendorong
semangat mereka dalam belajar.
Berikan motivasi untuk mau mencapai nilai tertinggi ("achieving
high grades").
Di atas semuanya ini, tetaplah bersandar pada Roh Kudus sebagai
Transformator Agung kita.