Tamu-Tamu yang Istimewa


Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Benyamin menarik jubah wol berwarna merah terang lebih erat menyelimuti tubuhnya, saat dia menatap langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang. Bintang terang itu masih ada di sana. Pasti itulah dia. Naim mengikutinya ke atap. "Masih di sana, temanku."

"Ya, kita harus pergi."

"Baiklah. Mari kita ikuti bintang itu dan membiarkannya menuntun kita. Juru Selamat telah lahir."

Kedua sahabat itu berbicara kepada beberapa teman lainnya yang juga melihat bintang itu. Pada suatu malam, mereka bersiap-siap untuk perjalanan mereka, mengemas bekal-bekal mereka, mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga mereka dan pergi ke arah timur. Sepanjang malam mereka terus berjalan. Suara tak-tik-tuk tapak kaki unta yang menghentakkan pasir menggema dengan lembut. Melchizar menunggang unta di samping Naim.

"Malam ini dingin ya?"

"Ya. Tapi kegembiraan melihat Juru Selamat menyelimutiku dengan kehangatan yang luar biasa."

"Aku tahu." Melchizar menarik ujung-ujung jubah wol ungunya. Matanya tertuju kepada bintang terang. "Tampaknya bintang itu menuntun kita," katanya.

"Aku dan Benyamin baru saja membicarakannya," ujar Naim. "Bintang itu sangat besar, sangat terang, dan tampaknya bintang itu memang bergerak di depan kita, memimpin kita ke arah barat untuk menjumpai Mesias yang Dijanjikan."

Benyamin bergabung dengan kedua kawannya. Nafasnya membentuk awan-awan kecil ketika dia berbicara. "Secepatnya, teman-temanku. Kita akan segera melihat Dia yang dijanjikan oleh Allah bertahun-tahun yang lalu. Kita telah melihat bintang-Nya. Kita akan mengikutinya menuju Juru Selamat kita."

"Allah benar-benar memberkati kita," ujar Naim pelan-pelan.

"Tentu saja," ujar Benyamin.

Malam demi malam mereka berkelana melewati bentangan pasir gurun yang dingin. Ketika siang mereka beserta unta-unta mereka melepas lelah. Perjalanan itu panjang, tetapi bintang hanya bersinar setiap malam hari. Orang-orang majus dan karavan mereka dari Persia mengikuti bintang itu.

Berminggu-minggu kemudian, mereka menginjak tanah Israel. Setelah menyeberangi Sungai Yordan, mereka berangkat menuju Yerusalem pada suatu malam yang agak larut. Mereka bergegas menuju istana raja Herodes. Para penjaga istana mengabarkan kedatangan mereka ketika mereka masuk dan membungkuk untuk memberi salam.

"Ya," ujar Herodes dengan nada suara yang jenuh.

"Mengapa kamu datang? Ini adalah waktu yang aneh bagi pengembara-pengembara berdarah biru untuk berkunjung ke istana. Sekarang hampir jam makan malam."

"Kami datang dari timur. Kami bepergian cukup jauh untuk bertemu dengan raja orang Yahudi. Di manakah Dia yang telah lahir? Kami telah melihat bintang-Nya. Bintang itu memenuhi langit timur kami. Kami ingin menyembah Raja."

Raja Herodes mengangkat kepalanya. Orang-orang majus itu dapat melihat bahwa Herodes terkejut dengan kata-kata mereka.

"Raja orang Yahudi?" Tanyanya pelan.

"Ya. Kami telah melihat bintang-Nya. Kristus telah datang. Kami ingin menyembah-Nya." Raja Herodes mengelus-elus jenggotnya. "Beri aku beberapa hari lagi. Maafkan saya, saya tidak dapat mengatakan keberadaan-Nya sekarang dengan tepat kepada Anda, tetapi saya akan menemukan-nya."

"Baiklah," kata Melchizar. "Perjalanan panjang membuat kami lelah. Kami butuh istirahat malam ini. Bisakah Anda segera mengabarkan keberadaan Raja itu jika Anda sudah mengetahuinya?"

"Ya, ya, tentu saja" jawab Herodes. "Saya juga sangat penasaran bertemu dengan Raja itu sendiri. Saya akan membawa kabar untuk Anda dalam waktu dekat."

Setelah sedikit membungkuk, ketiga orang itu berbalik dan berjalan dari ruangan para pembesar. Pelayan menyediakan kamar-kamar di istana untuk mereka dan mereka cepat tertidur.

Satu, dua, tiga hari lewat begitu saja dan mereka tidak mendengar sesuatu dari raja Herodes. Akan tetapi, terjadi semacam kegaduhan di antara para pelayan. Pada pagi hari keempat mereka di sana, Benyamin menghentikan langkah seorang pelayan wanita. "Kami telah berjalan sangat jauh untuk bertemu dengan raja orang Yahudi. Kami telah menunjukkan rasa hormat kami kepada Herodes dengan bertanya kepadanya tentang Raja muda itu. Tetapi kami belum mendengar berita dari Herodes tentang keberadaan Raja. Apa yang terjadi? Apakah kamu mendengar sesuatu atau bertemu dengan Raja itu?"

Pelayan tersebut mengamati sekeliling tempat itu, sebelum dia berkata dengan sangat pelan, "Istana ini dipenuhi dengan kekacauan. Raja Herodes meminta setiap kepala imam dan juru tulis menghadapnya. Saya mendengarnya berteriak kepada salah satu kepala imam tadi malam. "Di mana bayi Kristus yang dicari orang majus dari timur? Siapa Dia?"

"Dan apakah kamu dengar jawaban mereka," tanya Naim dengan lembut.

"Tidak," jawab pelayan muda itu. Tapi saya tahu mereka memberikan jawaban bagi Herodes. Dia telah menyusahkan seluruh Yerusalem untuk menemukan-Nya."

"Bagus, mungkin sekarang kami dapat bertemu Raja" ujar Benyamin.

"Ya," tambah Naim.

"Kami datang sejauh ini dan berada sangat dekat dengan dengan bayi itu. Tapi kami tidak kunjung bertemu anak kecil itu itu. Ini sangatlah mengecewakan"

"Kurasa kita tidak perlu menunggu lebih lama lagi." ujar Melchizar. "Pelayannya Herodes menuju kemari."

"Ya ampun!" ujar pelayan wanita itu. "Dia akan sangat marah jika dia tahu saya bermalas-malasan berbicara dengan tamu bangsawan kami."

"Kami tidak ingin kamu kena masalah. Gunakan pintu lain itu saja" ujar Melchizar. Sambil mengangkat rok panjangnya, wanita itu pergi. Beberapa detik kemudian, pelayan itu tiba.

Setelah membungkuk kepada pria-pria itu, pelayan tersebut berkata, "Raja Herodes memerintahkan saya untuk membawa Anda ke hadapannya."

"Bagus. Panggil yang lain juga. Kami ingin cepat-cepat pergi." Beberapa menit kemudian, ketiga orang majus itu berdiri di hadapan Raja Herodes.

"Tuan-tuan, saya bertanya-tanya apakah Anda bisa memberi tahu saya kapan Anda melihat bintang yang mengabarkan kepada Anda bahwa Raja orang Yahudi telah lahir?

Naim melihat ke arah Benyamin yang menjawab, "Hampir dua tahun yang lalu dari sekarang. Kami telah melakukan perjalanan panjang yang memakan waktu beberapa bulan untuk sampai di sini."

"Oh, begitu," kata Herodes. "Saya memunyai kabar untuk Anda. Saya kira Anda bisa bertemu dengan anak yang anda cari di Betlehem. Jaraknya sekitar 5 mil ke arah selatan dari sini. Pergilah dan carilah anak itu dengan sepenuh hati. Lalu, jika Anda telah menemukannya, kembalilah kemari agar saya bisa menyembah-Nya juga. Saya sangat ingin bertemu dengan Raja orang Yahudi."

"Terima kasih, Raja Herodes. Anda sangat baik. Nah, kami permisi dulu, kami harus pergi.Kami telah lama menanti. Kami telah membawa banyak hadiah untuk Raja dan tidak sabar untuk berjumpa dengan-Nya."

"Tentu saja, pergilah. Pergilah secepatnya," herodes menjawab. "Unta-unta Anda telah disiapkan. Saya telah memerintahkan pelayan untuk membawanya ke halaman kandang." Ketiga orang majus itu bergegas meninggalkan ruangan raja dan melaju dengan cepat keluar dari gerbang kota pada sore hari.

"Itu dia!" ujar benyamin.

"Bintang itu! Kita dapat mengikuti bintang itu lagi!" ujar Melchizar dengan riang.

Mereka tiba di Betlehem saat langit berwarna sangat gelap. Mereka berjalan berliku-liku di jalanan yang tidak mereka kenal. Akan tetapi, mata mereka tertuju pada bintang yang mengantarkan mereka ke sebuah rumah.

"Bintang itu tidak bergerak lagi," bisik Benyamin.

"Kita sudah sampai! Kita telah menemukan Raja!" seru Naim.

Mereka segera turun dari unta mereka. Setelah menyiapkan hadiah-hadiah yang mereka bawa, mereka mendekati rumah dan mengetuk pintu. Seorang pemuda menjawab.

"Ya?" katanya.

"Kami telah melihat bintang-Nya di sebelah timur. Kami datang untuk menyembah Dia yang telah lahir menjadi Raja orang Yahudi." Dengan terheran-heran pria itu membukakan pintu lebih lebar.

"Masuklah. Yesus di sini." Orang-orang majus itu masuk dan melihat wanita muda duduk menggendong bayi kecil di depan perapian.

"Inilah Dia," Melchizar menarik napas penuh kekaguman.

"Inilah Dia," yang lainnya mengikutinya dan masing-masing orang majus itu berlutut di hadapan anak itu.

"Kami membawakan Raja muda ini hadiah-hadiah terbaik dari kami," kata Benyamin.

"Tentu saja, kami berharap kami dapat membawa sesuatu yang lebih mulia untuk Raja," tambah salah satu dari mereka.

"Ini emas," ujar salah satu orang majus yang meletakkan sebuah tas beludru besar di lantai di hadapan si ibu dan Anak.

"Dan ini kemenyan," kata yang lainnya. Lalu, dia meletakkan sebuah kotak besar yang berisi minyak urapan yang mahal di samping tas yang berisi emas di lantai.

"Dan ini mur," Naim berkata saat dia meletakkan kotak harta di samping kedua hadiah sebelumnya.

"Ini adalah hadiah-hadiah kami kepada-Nya, yang lahir sebagai Raja orang Yahudi." Lalu, mereka menyembah anak kecil itu beberapa kali.

Akhirnya, Maria berkata, "Anda pasti lelah. Silakan tuan-tuan, saya dan suami saya ingin Anda tinggal dan beristirahat sebentar. Anda telah menghormati kami dengan persembahan dan kehadiran Anda saat ini. Rumah kami sangatlah sederhana, tetapi hangat. Silakan tinggal dan beristirahatlah."

"Kami lelah," ujar Melchizar.

"Ini adalah hari yang sangat menyenangkan. Terima kasih. Kami mau beristirahat beberapa jam saja sebelum kami berangkat." Ketiga orang majus ini mencari posisi nyaman di kasur yang disediakan Maria dan Yusuf. Mereka menyelimuti diri mereka sendiri dengan jubah-jubah berbulu domba yang mahal, mereka segera terlelap. Tetapi mereka tidak tertidur lama. Sebuah mimpi mengganggu mereka. Karena terbangun pada tengah malam, mereka membangunkan Maria dan Yusuf.

"Kami harus pergi."

"Mengapa?"

"Kami bermimpi."

"Kalian semua?" tanya Yusuf heran.

"Ya. Herodes menginginkan kami kembali ke Yerusalem untuk mengatakan kepadanya di mana anak ini. Tapi malaikat memperingatkan kami untuk tidak melakukannya. Kami perlu pergi secepatnya, sekarang ke negara kami sebelum Herodes tahu bahwa kami tidak akan mengabarkan kepadanya keberadaan Raja orang Yahudi."

Lalu dalam beberapa menit, ketiga orang majus itu pergi. Bahkan Maria dan Yusuf tidak mendengarkan suara tapak unta ketika mereka meninggalkan desa itu.

Setelah mereka kembali tidur, Yusuf kedatangan tamu. "Maria! Maria!" Dia menggoncang-goncangkan tubuh istrinya sampai terbangun.

"Yusuf! Ada Apa? Apa Herodes datang?" Ketakutan memenuhi suaranya, sesaat dia melihat sepintas ke tempat tidur Anaknya.

"Tidak. Dia belum kemari. Tapi seorang malaikat memperingatkanku dalam mimpi bahwa kita harus pergi juga. Dia berkata pergilah sekarang bersama kamu dan Yesus."

"Tapi ke manakah kita akan pergi?" tanya Maria.

"Mesir," jawab Yusuf. "Kita punya emas, kemenyan dan mur. Allah telah menyediakannya bagi kita. Kita akan hidup dengan harta yang melimpah yang diberikan orang-orang majus untuk Yesus."

"Cepatlah. Sebentar lagi, Herodes akan menyadari bahwa orang-orang majus itu tidak kembali ke istana. Herodes bukanlah jenis orang yang mau menerima pesaing tahtanya, bahkan seorang anak kecil. Kita pergi malam ini. Sekarang."

Yusuf dan Maria mengemas sedikit barang mereka dan meletakkannya di punggung keledai. Setelah menggendong anaknya yang tertidur lelap di tangannya, Maria dan Yusuf diam-diam meninggalkan rumah mereka. Bahkan anjing tetangga pun tidak menggonggong saat mereka diam-diam berjalan menuju selatan, ke padang gurun dan Mesir. Ini adalah perjalanan yang panjang, tetapi Anak Allah akan selamat dari kemarahan dan kebencian Herodes.

(Kisah Alkitab terambil dari Matius 9:35-11:1)

Diterjemahkan dari:

Judul asli artikel : Special Visitors
Judul terjemahan : Tamu-tamu yang Istimewa
Judul buku : The Early Life of Jesus
Penerbit : Accent Publications, Denver, Colorado
Halaman : 10 -- 18

Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar