Pertobatan Moody Muda


Ketika saya di Boston, saya pergi ke sekolah minggu. Suatu hari sang guru datang ke toko tempat saya bekerja, lalu menaruh tangannya di bahu saya serta bercerita mengenai Kristus dan jiwa saya.

Saya berujar, "Betapa anehnya lelaki ini, ia belum benar-benar mengenal saya, tetapi ia sudah meratapi dosa-dosa saya. Padahal saya sendiri tak pernah menitikkan air mata untuk dosa saya."

Namun, kini saya mengerti apa arti meratapi jiwa-jiwa manusia. Saya tak ingat apa yang ia ucapkan, tetapi hingga malam ini, saya dapat merasakan kuasa tangan seorang guru yang ditaruh di bahu saya. Sebab tak lama setelah kejadian itu, saya dibawa menjadi anggota Kerajaan Allah. Sejak itu saya banyak bepergian, tetapi saya sering berpikir ingin bertemu guru saya itu lagi. Bertahun-tahun kemudian, saya berada di Boston untuk berkhotbah. Seorang pria muda tampan berjalan di lorong gereja dan berkata, "Saya harus berbicara dengan Anda, Pak Moody; sebab saya sering mendengar ayah saya berbicara tentang Anda."

"Siapa ayahmu?" tanya saya.

"Edward Kemble," jawabnya.

"Guru sekolah minggu saya dulu!" saya berseru.

Anak muda itu bernama Henry dan usianya 17 tahun kala itu. Saya menaruh tangan di bahunya persis seperti yang pernah dilakukan ayahnya dan berkata, "Kamu seusiaku dulu ketika ayahmu menaruh tangannya di bahuku. Apa kamu pengikut Kristus, Henry?"

"Bukan, Pak," katanya. Namun, saat saya berbicara mengenai jiwanya, dengan tangan saya di bahunya, air matanya mulai mengalir.

"Marilah," kata saya, "aku akan menunjukkan bagaimana kamu dapat diselamatkan," saya berdoa dengannya dan membaca Yesaya 53:6. `Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri`. Apa kamu percaya itu, Henry? Apakah ini tampak sebagai kebenaran bagimu?" tanya saya.

"Ya, Pak, saya tahu itu benar. Justru itulah yang menyulitkan saya: saya menyukai jalan saya sendiri."

"Tetapi, ada kalimat selanjutnya di sini, Henry: `tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.` Apa kamu percaya itu, Henry?"

"Tidak, saya tidak percaya, Pak."

"Mengapa kamu percaya pada satu bagian dari firman Tuhan, tetapi tidak percaya pada bagian yang lain? Di ayat ini ada dua hal yang menentangmu dan kamu memercayainya. Tetapi di sini juga ada satu ayat yang berpihak kepadamu, tetapi kamu tidak mau percaya. Mengapa kamu memperlakukan firman Allah demikian?"

"Ya, dan kalau saya percaya, saya bisa diselamatkan."

"Aku tahu kamu bisa diselamatkan," jawab saya, "dan itulah yang aku ingin kamu lakukan. Jangan hanya terima yang pahit, tetapi terima juga yang manis bersamanya."

Saya mengingatkannya dan terus mengingatkannya bahwa "Allah telah menimpakan kepada Kristus kejahatan kita sekalian".

Diambil dari:

Judul buku : Orang Buta yang Membawa Lentera
Penulis : D.L. Moody
Penerjemah : Dji Shanwi
Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2010
Halaman : 42 -- 43

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar