Panggilan Sebagai Guru Sekolah Minggu


Kategori Bahan PEPAK: Kesaksian Guru

Sumber kesaksian: Parulian Simarmata

Sampai sekarang, saya rasanya seperti mimpi. Saya masih terheran-heran, mengapa saya bisa ikut bergabung di Komisi Anak (KA), padahal sebelumnya tidak terpikir oleh saya dan tidak pernah ada niat untuk menjadi guru sekolah minggu.

Semua berawal saat saya mengalami suatu titik terendah di hidup saya. Secara tiba-tiba, saya merasa hidup dalam kehampaan. Saya "nervous" dan terguncang, ke mana saya melangkah selalu ada yang berbisik, "Ayo tinggalkan pekerjaanmu, pergi jauh (luar negeri atau luar pulau), mulailah menata hidup dari awal, dari titik nol dan tinggalkan semuanya termasuk saudara dan orang tua." Saya benar-benar kalut. Bisikan itu datang berulang-ulang, hari demi hari, mengguncangkan hati dan pikiran (belakangan, saya tahu itu adalah bisikan Iblis).

Dalam situasi yang hampa, saya teringat dua puluh tahun lalu, saya sering ke toko buku Kristen Kalam Hidup di Dago, Bandung, dan ikut anggota perpustakaan di sana. Jadi, saya meluangkan waktu untuk datang ke toko buku itu. Setibanya di sana, saya kalut sekali, teringat kembali dulu saya sering meminjam buku dan kaset khotbah di perpustakaan itu. Saya bertanya kepada pegawai toko buku, "Apakah perpustakaannya masih ada?" "Masih ada, tetapi sekarang hari Sabtu tutup," jawabnya. Saya meminta izin untuk masuk ke dalam. Sebelumnya, saya menceritakan bahwa saya aktif sebagai anggota perpustakaan dua puluh tahun lalu. Lalu, pintu perpustakaan dibuka dan lampu dinyalakan, saya masuk ke dalam seorang diri, saya duduk diam selama 20 menit di situ dengan pikiran yang kacau. Kemudian, saya keluar perpustakaan untuk melihat buku-buku yang dijual. Saya menemukan satu kata kunci: "Sesuai kehendak Allah". Maka, saya mulai membeli dan membaca buku yang judul atau isinya membahas kata kunci tersebut. Saya pun berburu ke toko-toko buku Kristen lainnya.

Anehnya, sejak membaca buku-buku itu, selalu ada yang membangunkan saya saat saya tidur, seperti ada yang menyuruh saya untuk baca Alkitab. Itu benar-benar membuat saya merasa tambah kacau. Saya tidur jam 12 malam, setengah jam kemudian, seperti ada yang membangunkan dan menyuruh saya untuk baca alkitab. Setelah lelah, saya tidur kembali dan dibangunkan kembali. Saya tidak mengerti, mengapa hidup saya begini? Sehari-hari, saat berjalan, saya merasa seperti melayang-layang, seolah kaki saya tidak menginjak tanah karena kurang tidur (tidur hanya 2 jam setiap hari). Semua itu berlangsung hingga seluruh Alkitab, dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu, selesai saya baca. Setiap hari, saya dihantui pikiran, "Hei, sebentar lagi kamu pasti jatuh sakit karena jam tidur yang sangat sedikit."

Dengan kondisi yang serba kacau, saya coba berkonsultasi dengan seorang hamba Tuhan. Beliau menjelaskan bahwa saya sedang dituntun Tuhan seperti seorang bayi. Nanti, saya akan dilepaskan setelah Tuhan menganggap saya sudah matang secara rohani. Dan, benar saja, setelah enam bulan, saya dilepas. Setelah membaca buku-buku tersebut, bisikan Iblis itu sudah dikalahkan oleh bisikan Roh Kudus, "Kalau kamu tinggalkan semua terus bagaimana? Kamu tetaplah beraktivitas seperti biasa, tetapi berbuatlah sesuai dengan kehendak Tuhan, filternya adalah apakah ini untuk kemuliaan Tuhan? Jika tidak untuk kemuliaan Tuhan, berarti tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang artinya jangan lakukan". Ayat pegangan titik balik rohani saya adalah Roma 12:1-2. Dari semua buku rohani yang saya baca, hampir semuanya menganjurkan agar setiap orang yang percaya mengaktifkan diri di gereja untuk bergabung di salah satu komisi. Jadi, saya mulai berpikir di komisi mana saya dapat bergabung. Saya pikir Komisi Anak sepertinya tidak sulit. "Apa susahnya menjadi guru sekolah minggu?" pikir saya.

Kemudian, saya mencoba mendiskusikannya dengan teman di jejaring sosial. Kami sudah 8 tahun berteman di dunia maya, tetapi belum pernah ketemuan langsung. Dia sudah berpengalaman selama sepuluh tahun menjadi guru sekolah minggu. Dengan entengnya, teman saya itu berkata, "Masuk saja sekolah minggu, gampang kok ngajar sekolah minggu." Saya tahu teman saya itu berbohong setelah saya benar-benar menekuni pelayanan sekolah minggu. Sebenarnya, dia hanya mendorong saya untuk terjun ke sekolah minggu. Setelah bergabung menjadi guru sekolah minggu, saya baru menyadari bahwa untuk bisa menjadi seorang guru sekolah minggu yang ideal sangat sulit sekali, harus tekun belajar untuk memahami dunia sekolah minggu, menguasai "story telling", psikologi anak, problema anak, konseling anak, bahasa anak, lagu-lagu sekolah minggu, dll..

Mulailah saya "searching dan download" tentang sekolah minggu, berburu buku-buku tentang sekolah minggu. Hingga sekarang, saya terus membaca buku tentang anak dan sekolah minggu, baik buku dari dalam maupun luar negeri. Saya pun menyempatkan untuk ikut seminar atau pelatihan dan pembekalan guru sekolah minggu, baik dari gereja maupun biaya sendiri. Terkadang, pengetahuan yang dibaca menempel di kepala, tetapi karena miskin pengalaman, saya belum tahu cara mengaplikasikan pengetahuan itu di sekolah minggu. Saya sudah dua tahun bergabung di KA, tetapi baru sekali saya tidak mengikuti sekolah minggu karena saat itu, saya sedang berada di sekolah minggu, HP saya berkali-kali berbunyi tetapi tidak bisa saya angkat karena "hang". Oleh karena itu, saya langsung pulang dan ternyata memang ada berita yang tidak mengenakkan. Saya juga berusaha mengikuti acara-acara khusus sekolah minggu. Setelah saya refleksikan kembali kehidupan saya, sekarang saya menyadari dan menyakini bahwa hidup saya dipulihkan Tuhan dan sekaligus saya dipanggil Tuhan dengan jalan berliku untuk menjadi guru sekolah minggu, menjadi utusan surgawi mengabarkan Injil, kabar keselamatan dari Tuhan Yesus kepada anak sekolah minggu.

Diambil dan disunting dari:

https://www.facebook.com/groups/binaanak/permalink/680720675274569/?comm...

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar