Takut sekolah terjadi bukan hanya pada anak-anak yang baru pertama kali sekolah, ada juga anak-anak yang sudah seminggu, dua minggu, atau bahkan beberapa bulan pertama sekolah, tetapi masih mengalami rasa takut sekolah.
Berikut ini adalah ciri-ciri anak yang takut sekolah.
Ciri-ciri secara fisik: Kadang-kadang, anak baru bangun saat sudah jam berangkat sekolah. Saat dibangunkan orang tua di pagi hari, anak-anak mulai mengeluh sakit, baik sakit perut, pusing, ingin ke belakang, dsb.. Kadang, saat sudah sampai di sekolah, anak-anak mengeluh ingin muntah, sakit, dsb..
Ciri yang lain: menangis. Tidak mau pisah dengan orang tuanya. Untuk anak yang ikut antarjemput, mungkin saat naik ke mobil jemputan saja sudah mulai ketakutan dan menangis.
Bisa juga yang tadinya tidak mengompol jadi mengompol.
Nilainya juga mulai merosot.
Anak merasa takut sekolah biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
Bagi anak-anak yang pertama kali sekolah, misal masuk kelompok bermain atau TK, rasanya memang pengalaman berpisah cukup lama dengan orang tua, ini menjadi hal yang tidak enak untuk anak-anak.
Masuk dalam sebuah lingkungan baru yang belum diketahui sama sekali, teman-temannya baru, guru-gurunya baru, ruangannya baru. Jadi, itu menimbulkan kecemasan atau hilangnya rasa aman pada anak-anak.
Bagi yang sudah sekolah, mungkin pengalaman menghadapi guru yang galak, dimarahi, atau ditegur guru.
Memiliki teman yang agresif, begitu dia di sekolah dipukuli atau diancam dengan hal-hal tertentu.
Anak-anak yang takut dengan pelajaran tertentu, misalnya matematika, atau terhadap guru tertentu, misalnya guru olahraga.
Anak takut ke sekolah karena anak takut meninggalkan rumah. Ada anak yang tahu bahwa di rumah, orang tuanya sering bertengkar. Ada di antara mereka yang merasa khawatir bahwa, misalnya, ayahnya akan memukuli ibunya. Jadi, saat berada di sekolah, ia merasa cemas dan tidak tenang sehingga ia menjadi enggan ke sekolah karena ia merasa bertugas untuk ada di rumah.
Hal-hal di atas bisa menjadi pemicu ketakutan anak.
Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk menolong anak yang takut ke sekolah?
Mencari penyebabnya. Sebagai orang tua, kita sangat perlu terlibat supaya kita lebih bisa mengenali penyebab perilaku anak kita. Jadi, kedekatan itu penting sekali. Jika anak tidak merasa dekat dengan orang tua, dia mungkin juga enggan untuk berterus-terang tentang apa yang membuat dia tidak mau ke sekolah. Jadi, sekali lagi, keterbukaan dan hubungan yang erat antara orang tua dan anak memang sesuatu yang mutlak, bukan suatu pilihan yang boleh ada atau boleh tidak ada.
Anak tetap dianjurkan untuk ke sekolah. Jangan sampai orang tua membiarkan atau mengizinkan anak untuk tidak berangkat ke sekolah, kecuali memang ada keluhan fisik serius yang dialami anak, misalnya buang air terus-menerus, muntah-muntah, dsb.. Namun, pendampingan sangat tetap diperlukan oleh anak.
Kita mau mengakui bahwa ketakutan merupakan reaksi yang wajar, tidak ada yang harus malu dengan rasa takut ini, dan ketakutan terhadap penyebab itu juga merupakan hal yang wajar.
Secara rohani, mungkin orang tua bisa mengajak anak untuk berdoa bersama atau membaca satu atau dua ayat Alkitab sebelum berangkat ke sekolah, ini akan menolong si anak.
Galatia 6:1, "Saudara-saudara kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut."
Orang tua perlu memimpin anak kembali ke jalan yang benar, tidak hidup dalam ketakutan, tetapi lakukanlah itu dalam roh lemah lembut, jangan malah memarah-marahi anak.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | TELAGA |
Alamat URL | : | http://www.telaga.org/audio/membantu_anak_yang_takut_sekolah |
Penulis | : | Esther Tjahja, S.Psi. (Narasumber) |
Tanggal akses | : | 23 Juli 2013 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK