Salah satu bentuk kekhawatiran yang ditemui pada kebanyakan anak-anak adalah takut jika gagal. Anak yang memiliki ketakutan untuk gagal yang berlebihan dapat dikatakan mengidap "kakorafiofobia". Ingin mengetahui lebih banyak tentang hal ini? Silakan simak artikel selengkapnya berikut ini.
Sebuah pertanyaan bagi Anda, mana yang lebih buruk, takut akan kegagalan atau kegagalan itu sendiri? Dalam kenyataannya, ketakutan kita terhadap kegagalan dan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang mungkin kita alami jika kita gagal itulah yang lebih banyak menyebabkan kita tidak berdaya dibandingkan dengan kegagalan itu sendiri. Ada orang yang begitu takut terhadap kegagalan sehingga mereka seolah-olah dihantui oleh hal itu, sehingga hal itu menjadi suatu fobia, yaitu kakorafiofobia! Hal itu malah menjadi semacam ramalan yang justru sungguh-sungguh terlaksana.
Ketakutan semacam ini sangat menonjol dalam masyarakat kita karena kita cenderung memuja keberhasilan atau sukses itu. Keadaan ini bahkan sangat berbahaya karena hal itu dapat menyebabkan kita terkucil dan tidak berdaya. Pada saat kita memulai suatu proyek, kita menghadapi risiko untuk mengalami kegagalan, dan satu-satunya cara untuk menjamin agar kita tidak gagal adalah dengan tidak melakukan sesuatu. Kita mungkin akan menjadi pasif dan enggan terjun ke dalam suatu bidang kehidupan yang baru. Dan jika kita dipaksa oleh keadaan untuk berprestasi atau bersaing, ketakutan kita dapat menimbulkan segala macam gangguan fisik maupun kejiwaan karena tekanan yang dialaminya itu.
Banyak di antara kita yang harus bergumul dengan perasaan takut gagal yang kuat karena mungkin kita sedang terus mencoba untuk memenuhi standar-standar yang tidak masuk akal yang sudah ditanamkan pada waktu kita masih kanak-kanak, mungkin oleh orang tua kita atau malah oleh diri kita sendiri. Kita mungkin sedang berusaha agar dapat berkenan di hati orang yang kita anggap penting, dan kita merasa bahwa kita tidak akan sanggup memerolehnya betapapun kerasnya kita berusaha.
Demikian juga, besarnya ketakutan anak-anak kita akan kegagalan sangat banyak ditentukan oleh tuntutan kita dan tanggapan-tanggapan kita terhadap usaha mereka untuk meraih sukses. Jika anak-anak kita sering mengalami kegagalan (di sekolah, dalam pekerjaan, atau dalam menjalin persahabatan), mereka dapat mulai merasa seolah-olah mereka memang sudah gagal. Mereka akan kehilangan rasa harga diri mereka dan merasa diri mereka "tidak cukup baik". Sering sekali hal ini diikuti dengan berbagai macam keputusasaan dan perasaan bersalah yang paling parah dan paling merusak, kecuali kalau kita turun tangan untuk mencegahnya.
Sebagai orang tua dan guru, tugas kita ialah menolong anak itu agar melihat diri mereka sebagai ciptaan Tuhan yang indah, sekalipun jika mereka gagal. Berikut ini terdapat beberapa strategi untuk menolong anak Anda.
Amati dan pastikan apa yang merupakan segi-segi yang baik dan kuat yang ada di dalam diri anak Anda, apa bakatnya, dan di dalam bidang apa ia perlu bertumbuh. Kemudian dengan lembut, bimbinglah agar ia dapat mengikuti berbagai kegiatan di mana ia memunyai kesempatan besar untuk dapat berhasil, dan dengan demikian, berbagai kegagalan yang tidak perlu, dapat dielakkan.
Jika anak Anda sampai mengalami kegagalan, tolonglah anak itu untuk dapat melihat apa yang yang benar yang sudah dilakukannya, walaupun ia memang gagal. Tolonglah anak itu untuk menentukan apa yang salah yang telah dilakukannya dan apa yang sebenarnya harus dilakukannya dengan cara yang lain. Terutama sekali, hargailah usaha yang sudah dilakukannya. Jika dalam keadaan demikian, ia diajari dan ditangani dengan lemah lembut, maka hal itu membuahkan keberhasilan pada masa yang akan datang.
Tolonglah anak Anda jika ia mengalami kegagalan dengan jalan Anda sendiri bersedia menerima kegagalan itu, yaitu kegagalan Anda maupun kegagalan anak Anda!
Janganlah mengungkit-ungkit kegagalan anak Anda atau memakainya sebagai senjata bila Anda sedang marah. Lupakan kegagalannya dan perhatikanlah sukses atau keberhasilan yang sudah dicapainya.
Secara aktif, perhatikanlah apakah ada indikasi bahwa anak Anda merasa dirinya sebagai seorang yang gagal. Ingatkan dia bahwa gagal melaksanakan suatu tugas itu tidaklah berarti bahwa ia merupakan seorang yang gagal. Tunjukkanlah bahwa Anda menghargai anak Anda karena dia adalah anak Anda dan bukan karena kemampuannya dalam melakukan sesuatu.
Tanamkan di dalam diri anak Anda kesadaran bahwa kegagalan itu merupakan sesuatu yang lumrah, dan setiap orang sekali waktu pasti akan mengalaminya juga. Sama halnya dengan diri Anda sendiri, anak Anda perlu memunyai keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa dirinya tidak sempurna.
Waspadalah terhadap cara Anda mengungkapkan ketidaksenangan Anda, misalnya dengan jalan berpaling dan pergi, memerlihatkan raut muka yang muak, mengata-ngatainya, tidak mengajaknya bicara, atau memberi lebih banyak perhatian pada anak-anak lain -- semuanya ini merupakan cara yang paling efektif untuk merusak perasaan harga diri dan rasa berharga yang ada pada seorang anak.
Ingatlah bahwa seorang anak yang sudah lebih besar belum tentu lebih toleran dalam menghadapi kegagalan dibandingkan dengan anak yang lebih kecil. (Adanya sifat memberontak dan menonjolkan diri atau pamer secara berlebihan pada masa remaja merupakan bukti yang cukup jelas tentang ketidakmampuan mereka untuk menangani kegagalan.)
Hendaknya Anda sendiri menjadi teladan dalam hal bersikap positif dalam menghadapi kegagalan yang Anda alami di dalam kehidupan Anda sendiri. Apabila Anda gagal, janganlah menyembunyikan kegagalan Anda dari anak Anda; dengan jujur bicarakan hal itu dengan anak Anda, dan jelaskan bahwa Anda merencanakan untuk "mencoba kembali" dengan suatu tekad baru untuk berhasil.
Seorang anak yang sudah memunyai anggapan atau pola berpikir yang sudah kronis bahwa ia akan gagal, sering kali akan berusaha untuk gagal lagi. Ia begitu merasa putus asa sehingga ia sudah melepaskan segala harapannya dan merasa dirinya sudah sama sekali tidak dapat dikasihi dan dihargai lagi. Karena sudah putus asa dalam usaha mencari perhatian, anak itu telah kehilangan harapan untuk merasa cukup penting untuk dapat melukai perasaan orang tuanya. Anak semacam ini senantiasa akan mencoba membuktikan ketidakmampuannya agar ia dapat dibiarkan saja, tidak usah diganggu lagi.
Satu hal terakhir yang harus diingat, bagaimanakah perasaan Anda apabila Anda gagal dalam menolong anak Anda untuk menangani kegagalannya? Janganlah terkena kakorafiofobia. Sebaliknya, ingatlah akan petunjuk-petunjuk di atas dan pandanglah Allah, mintalah pertolongan supaya Anda berhasil.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK