Natal Pertama untuk Budi


Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Cerita ini terinspirasi dari buku "Kinza" yang diterbitkan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Anda dapat mengadaptasi kisah ini untuk ibadah Natal sekolah minggu, drama SM, atau cerita Natal.

Natal Pertama Untuk Budi

Ada seorang anak bernama Budi. Dia seorang anak yatim piatu, tidak punya ayah dan ibu. Umurnya sekitar 7 tahun. Dia tidak sekolah, tidak punya rumah, dan hidup di jalanan. Kalau lapar dan tidak punya uang, Budi biasanya pergi ke rumah singgah. Di situ ada suster Ami yang melayani anak-anak jalanan. Biasanya, suster akan memberi Budi makanan dan pakaian. Selain Budi, ada banyak anak-anak jalanan yang datang juga ke tempat suster Ami, dan dirawat olehnya.

Pada suatu hari, suster Ami mengajak Budi ke perayaan Natal sekolah minggu di gereja. "Besok sore kamu ke sini. Kita berangkat sama-sama ke Natal," kata suster Ami. Dia memberikan sepasang kemeja dan celana untuk dipakai ke Natal besok. Budi mengangguk. Dia senang ke Natal karena biasanya ada makanan dan kado. Besoknya Budi datang agak siang. Suster Ami sedang memeriksa seorang bayi yang demam. "Tunggu sebentar, ya Budi," kata Suster Ami. Dia mau ganti baju sebelum berangkat. Budi menunggu di dapur. Wah, banyak sekali makanan di situ. Ada pisang, jeruk, kue-kue, dan roti kaleng. Tetapi yang paling menarik hati Budi adalah telur. Dia sudah lama tidak makan telur. Dia sudah lupa rasanya. Dia ingin sekali mengambil satu dan merebusnya jadi sarapan untuk besok pagi. Tiba-tiba terdengar suara suster Ami, "Oke. Saya sebentar lagi, sedang mengunci pintu klinik." Maka, tanpa berpikir panjang, Budi langsung mengambil sebutir telur dan menyembunyikannya dalam saku celananya.

Jalanan gelap dan becek karena beberapa jam sebelumnya hujan sangat deras. Suster Ami membawa senter yang cahayanya kuat dan juga payung. Budi jalan di belakang suster Ami dengan takut-takut. Apa yang dia takutkan?

"Ayo, Budi. Kamu jalan dekat saya. Di sini ada lampu yang terang dan kamu akan terlindung dari hujan," kata suster Ami.

Suster Ami menggapai Budi serta mengajaknya dalam lindungan payung dan cahaya lampu senter. Budi tidak bergerak. Dia sangat takut kalau telur di tangannya ketahuan. Bagaimana kalau suster yang baik hati ini marah dan mengusirnya? Dia tidak akan punya tempat berlindung lagi. Padahal selama ini suster Ami sangat baik padanya. Makin lama, Budi makin merasa bersalah. Dia makin ketakutan. Budi tidak berani mendekati suster Ami. Ia tetap berjalan di belakang, dalam kegelapan dan hujan rintik-rintik. Baju Budi jadi basah.

Mereka makin dekat dengan gereja. Terdengar suara nyanyian: "Dengarlah Malak Nyanyi" (Ajak semua anak bernyanyi).

Dengarlah malak nyanyi, "Mulia bagi Raja!"

Dib`ri s`lamat atas bumi. Anak Allah lahirlah.

S`kalian bangsa sukaria, ikut nyanyian di surga

"Yesus Anak Ar Rahim, jadinya di Betlehem!"

Dengarlah malak nyanyi, "Mulia bagi Almasih."

Isi surga senantiasa bersembah di had`ratNya

S`karang Yesus t`lah menjelma, Allah jadi manusia

Raja ini b`ri sentosa, mengampuni yang berdosa

Allah beserta kita, nama-Nya Immanuel

Dengarlah malak nyanyi, "Mulia bagi Almasih!"

Lagu itu membuat Budi makin sedih. Dia sudah bersalah, mengambil telur yang bukan miliknya. Dia juga merasa sudah menyalahgunakan kepercayaan suster Ami. Karena sedih, takut, dan kedinginan, Budi tidak memerhatikan jalan. Tiba-tiba, bruuk! Terdengar suara sesuatu yang jatuh. Suster Ami menoleh ke belakang. Benar. Budi jatuh, tergelincir di jalan yang licin. Suster Ami segera menghampiri Budi. Dia mengangkat senternya dan melihat Budi terjatuh, sangat ketakutan. Telurnya pecah, mengotori celana dan bajunya. Suster Ami mengerti apa yang terjadi. Dia tidak berkata apa-apa. Dia membantu Budi berdiri.

"Ayo, kita pulang dulu," kata suster Ami. "Kita tidak bisa ke gereja dengan baju kotor berlumpur dan berlumur telur mentah seperti ini." Budi berdiri, tidak berani memandang wajah suster Ami. Dia sangat malu. Lutut dan tangannya luka. Sekarang dia mau dituntun, kembali ke rumah suster Ami. Mereka berjalan di bawah cahaya lampu.

Suster Ami membersihkan serta mengobati tangan dan lutut Budi yang luka. Dia juga memberikan baju bersih dan handuk untuk mengeringkan badan. Sekarang mereka siap berangkat lagi. "Budi," kata Suster Ami. "Kamu sudah melakukan kesalahan. Kamu sudah mencuri telur milik saya. Seharusnya kamu saya usir dan tidak saya terima lagi di rumah singgah ini." Budi menundukkan kepalanya. Dia memang patut disuruh pergi. Tapi nampaknya Suster Ami tidak mengusirnya. "Tetapi saya tidak mengusir kamu," kata suster Ami lebih lanjut. "Saya mau mengampuni kamu dan menerima kamu kembali. Malam ini kita akan merayakan hari kelahiran Tuhan Yesus. Dia mau menerima kita saat kita berbuat dosa. Kasih Yesus itulah yang saya harap kamu pikirkan."

Mereka berangkat. Sekarang Budi berjalan dalam terang lampu senter. Dia tidak takut lagi. Dosanya sudah diampuni. Langkahnya ringan. Tiba di gereja acara sudah dimulai. Mereka disambut oleh petugas yang memberikan sebatang lilin dan lagu "Kesukaan Bagi Dunia" (dinyanyikan bersama).

Kesukaan bagi dunia! Tuhan Yesus datang

Bumi t`rimalah Rajamu, sediakan tempat bagi Hu

Surga, alam nyanyi Surga, alam, nyanyi! Surga, surga, alam nyanyi

Tiada lagi kesusahan dan dosa lenyaplah

Berkat-Nya liputi makhluk, yang tertindih agar luput

Dari hukuman maut, dari hukuman maut,

Dari, dari hukuman maut.

Kemudian, bersama-sama jemaat yang lain, Budi dan Suster Ami menyalakan lilin dan bernyanyi (semua lilin dinyalakan) "Malam Kudus".

Malam kudus, sunyi senyap

Bintang-Mu gemerlap

Juru`slamat manusia ada datang di dunia

Kristus Anak Daud, Kristus Anak Daud

Malam kudus, sunyi senyap

Bintang-Mu gemerlap

Aku datang ya Tuhanku, ku menyembah di kandang-Mu

Dan mengucap syukur, dan mengucap syukur

Budi sangat senang. Dia berterima kasih atau pengampunan suster Ami. Dia bertekad akan menjadi penolong bagi teman-temannya yang lain, yang juga membutuhkan Juru Selamat.

Anak-anak, kita sudah mendengar cerita tentang Natal pertama si Budi. Kita juga tahu bahwa walaupun Budi melakukan kesalahan, suster Ami mengampuni dia. Tuhan Yesus mengasihi Budi. Tuhan Yesus juga mengasihi kalian.

Tuhan Yesus sudah mau datang ke dunia, lahir di tengah kesederhanaan, bahkan mau mati untuk kita semua. Dia sangat mengasihi kita semua! Mari kita menyambut kelahiran-Nya dengan penuh sukacita dan penuh ucapan syukur atas kasih yang amat besar dari Dia.

Acara Natal ini diakhiri dengan doa bersama memohon pengampunan Kristus dan bersalaman satu dengan yang lain.

Diambil dan disunting dari:

Judul buku : Mendisiplin Anak dengan Cerita
Judul asli artikel : Cerita untuk Acara-acara Khusus dalam Keluarga
Penulis : Roswitha Ndraha
Penerbit : Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), Jakarta
Halaman : 73 -- 81

Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar