Anda dapat Menanamkan Keberanian di dalam Diri Anak Anda

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Bagaimanakah caranya sehingga anak Anda dapat mempunyai keberanian? Apakah hal ini dapat diajarkan di ruang kelas, atau ditelan seperti pil vitamin? Jelas tidak. Sama seperti nilai-nilai lainnya, hal ini harus diajarkan dengan cara memberi teladan. Berikut ini ada beberapa cara untuk membuat agar anak menjadi berani:

  1. Pertama-tama, anak-anak (dan orang dewasa) perlu menginsafi bahwa ketakutan itu bukanlah sesuatu yang memalukan; bahwa seseorang sewaktu-waktu merasa takut itu merupakan sesuatu yang normal. Berani bukan berarti tidak pernah merasa takut -- melainkan berarti bertindak walaupun takut. Perbedaan antara pemberani dan pengecut ialah pemberani bersedia menghadapi masalah dan pengecut melarikan diri dari masalah.
  2. Mulailah mengajarkan agar anak Anda menjadi berani pertama-tama, dengan menanggulangi ketakutan-ketakutan tertentu yang ada pada anak Anda. Seorang anak kecil mungkin akan takut terhadap kegelapan, takut suara, takut ditinggalkan sendiri atau takut terhadap orang-orang yang belum dikenalnya. Anak yang sudah agak besar akan mempunyai perasaan takut untuk ditolak oleh teman- teman sebaya, takut gagal, takut kehilangan orang yang dikasihi, atau (menurut hasil survai terakhir) takut terhadap kemungkinan bencana nuklir.
  3. Apapun yang ditakuti anak itu, langkah pertama untuk dapat menghadapi hal itu dengan berani ialah dengan menyebutkan hal itu. Tolonglah anak Anda mengindentifikasikan apa yang ditakutinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyelidiki alasan-alasan di balik tingkah laku yang penuh ketakutan yang dapat Anda lihat seperti misalnya, tidak mau memasuki ruangan gelap sendirian; kegelisahan yang berlebihan tentang "apa yang akan dikatakan oleh teman-teman tentang diri saya", sering menyebut-nyebut soal perceraian orang tua kawannya.
  4. Jika ketakutannya itu merupakan ketakutan yang bersifat lahiriah (seperti takut terhadap anjing atau kegelapan) cobalah dengan mengadakan pendekatan bersama-sama -- tetapi jangan paksakan hal ini pada anak yang tidak mau. Tentu saja memberikan julukan seperti "pengecut" atau "penakut" justru akan membuat masalahnya menjadi lebih parah lagi. Biarkan anak itu selama beberapa waktu, setelah beberapa hari atau kalau perlu, beberapa minggu, untuk mengatasi masalah ketakutan itu secara berangsur-angsur. Setiap kali Anda melihat bahwa ia menjadi bertambah berani, berilah pujian atas keberaniannya itu.
  5. Jika ketakutannya itu mengenai sesuatu yang tidak dapat diraba (misalnya takut seseorang yang dikasihi itu akan meninggal dunia), Anda perlu berbicara secara realistik tentang kasus itu, tanpa menyangkali bahwa kejadian atau keadaan yang ditakuti memang dapat terjadi. (Anak itu biasanya mengetahui bahwa hal menyedihkan memang mungkin terjadi, walaupun Anda mengatakan secara tersamar.) Anda dapat membicarakan tentang kecilnya kemungkinan kejadian semacam itu, tetapi Anda juga perlu membahas bagaimana anak dan keluarga Anda seharusnya menanggulangi hal itu.
  6. Pada tahap ini kepercayaan pribadi Anda pada kasih Allah sangatlah menentukan. Anak Anda perlu melihat bahwa keyakinan Anda dalam menghadapi masa depan, apapun yang akan terjadi, dilandaskan pada keyakinan bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu. Memang dunia kita ini sangat menakutkan, dengan masa depannya yang tak menentu -- tetapi kita dapat hidup dengan penuh keberanian karena Allah berjanji akan menjadikan kita "lebih daripada orang-orang yang memang" (Roma 8:37) dalam setiap keadaan.
  7. Lebih daripada sekadar menolong seorang anak untuk menghadapi ketakutan-ketakutannya yang spesifik, kita perlu mengajar anak itu untuk menjadi berani dengan menempatkan dia dalam keadaan yang penuh tantangan. Anak kadang akan menjadi berani jika ia harus menghadapi sesuatu yang mempunyai risiko dan yang mempunyai kemungkinan untuk gagal.
  8. Salah satu cara yang terbaik untuk memupuk keberanian ialah dengan menempatkannya di dalam suatu situasi yang secara fisik berbahaya tetapi yang masih dapat dikendalikan, karena kita dapat dengan lebih cepat menambahkan kesanggupan fisik kita. (Lihat saja, bagi para pemula, berapa kali "push-up" dapat Anda lakukan?). Lain halnya dengan kesanggupan emosi dan kesanggupan rohani kita, kita memerlukan lebih banyak waktu untuk dapat mencapai batas kesanggupan yang maksimal.
  9. Coba kenakan sepasang sarung tinju pada anak Anda. Dalam waktu hanya beberapa detik saja suatu "pukulan" yang tepat pada hidung anak itu akan memberikan kesempatan yang baik untuk membahas apa artinya keberanian. Atau cobalah menawarkan suatu hadiah yang sangat disukai oleh anak itu kalau ia berhasil menyelesaikan suatu maraton yang disesuaikan dengan batas-batas kemampuan fisiknya. Bicarakan tentang apa yang harus dibayar untuk dapat berhasil, atau apa sebabnya terjadi kegagalan.
  10. Pada suatu hari libur mintalah suami atau istri Anda meninggalkan Anda berdua dengan anak anak Anda yang agak besar di suatu jalan untuk naik kendaraan umum. Anda dapat belajar sesuatu. Tugas yang Anda harus lakukan ialah: Pulang ke rumah sebelum gelap. Keadaan tegang yang masih dapat dikendalikan ini akan memberikan cukup waktu untuk membicarakan soal keberanian yang praktis.
  11. Lanjutkan pembahasan tentang pengalaman seperti ini dengan pembicaraan di sekeliling meja waktu makan. Bahaslah tentang kejadian-kejadian dalam surat kabar yang mengungkapkan keberanian dalam kehidupan yang nyata. Ajukan pertanyaan- pertanyaan seperti: Apa yang akan kamu lakukan kalau kamu yang menghadapi keadaan yang seperti itu? Bagaimana perasaanmu kalau kamu sudah mengambil risiko dan gagal? Perkara apa yang paling sulit yang pernah kamu lakukan? Apa yang paling menantang yang pernah saya minta kamu lakukan?

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Buku: 
40 Cara Mengarahkan Anak
Pengarang: 
Paul Lewis
Halaman: 
195 - 197
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung
Tahun: 
1993