Keluarga Dan Anak

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Anak Umum

(B.S. Sidjabat)

I. Anak Sebagai Berkat Tuhan.

Betapa senangnya keluarga apabila memperoleh kehadiran anak, apalagi jika telah lama diidamkan. Menurut ajaran Alkitab, anak merupakan pemberian Tuhan. Tuhan Campur tangan dalam kejadian setiap orang di kandungan ibunya (Yeremia 1:5; Mazmur 139:13-16)

Anak adalah pribadi yang bertumbuh dan berubah. Ada banyak kebutuhan dirinya yang perlu mendapat pemenuhan dari orangtua. Jika pemenuhan kebutuhan itu terhambat, maka tentu anak menderita dalam hidupnya. Adapun kebutuhan anak yang harus dipenuhi antara lain adalah:

  1. Kebutuhan Jasmani: gisi, kesehatan, lingkungan biologis, termasuk sandangnya.
  2. Kebutuhan emosional: Sentuhan kasih orangtua (ibu dan ayah); perhatian, dorongan, penghargaan, penerimaan, dorongan dan bimbingan.
  3. Kebutuhan sosial: orang-orang yang biasa diajak bicara dan bermain. Mengisolasi anak dari lingkungan pergaulan sangat berbahaya bagi kesehatan kepribadiannya.
  4. Kebutuhan Intelektual: Informasi tentang pengetahuan di sekitarnya; kemampuan berbicara dan berhitung, serta memberi nama.
  5. Kebutuhan Rohani: didoakan, diajari, dan dibawa untuk mengenal kebenaran Tuhan. Tugas ini dijelaskan oleh Firman Tuhan sendiri. (Ulangan 6:4-9; Efesus 6:4; Matius 18:6,7,10-11)

Jika anak mempunyai kebutuhan demikian, maka orangtua harus memberikan tenaga (energi) serta waktu bagi pertumbuhan pribadi anaknya. Permasalahan terjadi apabila orangtua sepenuhnya menyerahkan pembinaan dan pemenuhan kebutuhan anaknya kepada orangtua pengganti seperti pembantu, pengasuh, dan media, dll. Relasi kakek dan nenek terhadap anak pun harus dijaga sedemikian rupa agar orangtua masih berperan aktif di dalam memberikan bimbingan.

II. Cara Belajar Anak.

Anak memandang dirinya sebagai dunianya sendiri. Karena itu anak bersifat egois (berpusat pada diri sendiri), ingin memuaskan keinginannya. Sebab itu anak cenderung menarik perhatian orang di sekitarnya. Sekalipun demikian, keluarga harus mendidik anak untuk keluar dari egosentrismenya seiring dengan pertumbuhannya. Caranya tidak cukup dengan memberikan "kotbah" atau "ceramah"!

Demi efektifitas pembinaan kita bagi anak, maka kita harus mengerti cara belajar anak yang sedikit banyak berbeda dengan cara belajar orang dewasa.

  1. Anak belajar melalui peniruan.
  2. Anak belajar melalui penyamaan diri dengan pengasuhnya (identifikasi).
  3. Anak belajar melalui relasi yang baik dengan pengasuhnya.
  4. Anak belajar melalui adanya penjelasan yang tepat dan benar.
  5. Anak belajar melalui jalur pemberian pahala, pujian, hadiah; serta melalui penegakkan hukuman (fisik, sosiologis).
  6. Anak belajar melalui konsistensi (ketetapan). Kalau orangtua memberikan nasehat dan dorongan, hal itu perlu dilakukan secara terus menerus.

III. Keunikan Anak.

Hal lain yang juga penting diperhatikan dalam pembinaan anak ialah berkaitan dengan keunikannya.
A. Setiap anak mempunyai temperamennya.

  1. Kolerik : Bersemangat, aktif, "pemaksa keinginannya".
  2. Sanguin : Ceria, mudah berubah (sedih dan gembira)
  3. Melankolis: pendiam, cenderung menyendiri, melamun, tampak murung, mudah tersinggung, perasa.
  4. Plegmatis : tenang, tidak mudah terpengaruh, lamban, usil.

B. Setiap kepribadian anak juga dipengaruhi oleh urutan kelahirannya di dalam keluarga.

  1. Anak pertama : cenderung pendiam , patuh pada aturan dan kurang fleksibel.
  2. Anak kedua : perasa, mudah menduga-duga, mudah menyatakan pikiran dan isi hatinya.
  3. Anak ketiga : mudah berelasi dengan kakak dan adik atau dengan anggota keluarga lain.
  4. Anak keempat : Kukuh pada prinsip atau pendiriannya, sehingga
  5. agak sulit menerima saran, merasa tak berdaya.
  6. Anak tunggal : jika tidak mempunyai sosialisasi yang baik maka cenderung sangat egois.

IV. Pentingnya ayah sebagai kepala rumah tangga.

Alkitab mengajarkan bahwa kepala dalam suatu rumah tangga adalah suami (ayah). Ayah menjadi lambang (simbol) otoritas, wibawa dan kekuasaan yang dimiliki Allah. Ibu adalah pendamping ayah (Kej 2:18). Ketetapan Allah ini amat perlu diperhatikan oleh Keluarga Kristen. Jika sebuah keluarga, sang ayah lemah atau tak berdaya terhadap istrinya, maka anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan itu mengalami gangguan kepribadian. Anak yang menjadi homo biasanya datang dari keluarga dimana figur ayah lemah. Tetapi ayah juga jangan otoriter, agar anak tidak menjadi penakut, histeris dan merasa serba salah di kemudian hari.

Oleh sebab itulah di dalam Keluarga Kristen, perlu terjadi relasi yang baik dan benar di antara suami-istri. Istri harus terus belajar memberi peluang atau kesempatan bagi suaminya untuk hadir dan berperan sebagai kepala rumah tangga. Karena itulah firman Allah menegaskan bahwa istri harus tunduk kepada suami dan suami harus menjaga nama baik istrinya (Efesus 5:22-33). Bagaimana kualitas relasi suami dan istri dalam rumah tangga itu semua akan dipelajari oleh anak untuk dibawa di dalam kehidupannya.

Pembinaan anak bukanlah merupakan perkara ringan. Bagaimana kelak karakter dan kehidupan anak dipegaruhi oleh banyak faktor, termasuk situasi yang dihadapinya. Meskipun demikian, segala benih kebaikan yang sudah diterima anak akan menjadi modal yang teguh di dalam menjalankan tugas kehidupan berikutnya.

Karena faktor si jahat juga tidak diam terhadap pembinaan anak kita, maka penting kita terus berdoa bagi anak-anak. Orangtua bertindak sebagai:

  1. Imam, membawa anak kepada Allah dalam doa dan ibadah.
  2. Nabi, memberikan teguran, dorongan, nasehat, dll.
  3. Guru, menjadi pengajar dan pemberi arah.

Tuhan Memberkati.