Apakah yang Menjadi Hak Anak-anak?

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Ada hak-hak sipil, hak-hak wanita, hak-hak mahasiswa -- ke mana pun Anda bergerak, Anda pasti akan berhubungan dengan salah satu dari hak-hak tersebut. Dan, sekarang kita mendengar tentang adanya hak-hak anak-anak?

Jika Anda ragu-ragu untuk membaca terus, itu dapat dimengerti. Menaruh perhatian yang sungguh-sungguh pada masalah hak ini merupakan satu dari nilai-nilai fundamental yang dijunjung tinggi, dan pada umumnya kita ingin meneruskannya kepada anak-anak kita. Jika Anda tidak merasa ingin meneruskannya, cobalah mengingat kejadian terakhir dalam pengalaman hidup Anda, ketika ada seseorang yang ingin membatasi kebebasan Anda.

Bagaimanapun juga, apabila tiba pada soal anak-anak, nampaknya hak asasi manusia itu menjadi kabur di balik prinsip (yang sah dan wajar) mengenai wewenang orang tua. Sering kali kita, orang tua [atau guru], menghapuskan hak-hak anak-anak kita tanpa mengadakan diskusi atau mempertimbangkan apa-apa, oleh karena begitu tipisnya garis yang memisahkan antara "hak-hak" mereka dan tanggung jawab kita.

Sekalipun demikian, banyak reaksi negatif dan perasaan sakit hati, dan sikap-sikap melawan dan memberontak di kalangan anak-anak itu berpangkal pada suatu perasaan bahwa hak-hak mereka dilanggar oleh orang lain. Perhatikanlah protes-protes yang lazim diucapkan oleh anak zaman sekarang: "Saya berhak untuk...", "Mengapa saya tidak boleh mengambil keputusan sendiri...?"

Merumuskan apa yang menjadi hak anak-anak di dalam keluarga mungkin agak sulit. Tetapi dengan melakukannya bersama-sama, maka hal itu dapat merupakan proses yang sangat menguntungkan. Berikut ini terdapat beberapa hak yang dapat dipertimbangkan agar diikutsertakan.

  1. Hak untuk Menjadi Anak -- Bukan Orang Dewasa Kecil

  2. Sebelum seseorang menjadi dewasa, masa kanak-kanak bukanlah jangka waktu yang "terbuang". Sesungguhnya, kita seharusnya mengharapkan bahwa ada fase-fase tertentu dari masa kanak-kanak kita yang akan tetap ada di dalam diri kita, tetap aktif sepanjang umur hidup kita. Tetapi, sering sekali orang-orang tua menjadi begitu memusatkan perhatian untuk mempersiapkan anak-anak menjalani kehidupan sebagai orang dewasa dan untuk menghadapi dunia yang nyata ini. Kita tidak mengizinkan mereka untuk menikmati masa kanak-kanak mereka yang berharga itu. Hak untuk menjadi anak -- yaitu untuk menjadi sebagaimana adanya mereka sekarang ini -- sangatlah penting demi keutuhan hidup mereka. Setiap anak memerlukan kebebasan untuk dapat bertumbuh sebagai suatu mukjizat yang unik, yang cuma satu-satunya, dan yang tidak dapat diulangi lagi.

  3. Hak untuk Bermain

  4. Bermain itu lebih penting daripada yang kita sadari. Bermain itu pekerjaan anak-anak. Adalah pekerjaannya untuk merangkak, menyusun balok-balok, membuat kue dari tanah lempung, mengosongkan laci, main dengan papan luncur, atau berselancar. Menjadi mahir bermain adalah sama pentingnya dengan terampil dalam membereskan tempat tidur, membersihkan kamar, membabat rumput, atau membuang sampah. Mungkin kebiasaan kita untuk menyampaikan gagasan bahwa bermain itu suatu hak istimewa, yang hanya dapat diberikan sesudah pekerjaan yang sebenarnya dilakukan, agaknya lebih didorong oleh perasaan iri hati dan bukan merupakan soal prinsip.

  5. Hak untuk Mengemukakan Pendapat dalam Urusan Keluarga

  6. Dapatlah dimengerti bahwa anak-anak ingin diikutsertakan dalam suatu proses yang akan memutuskan apa yang terjadi dengan diri mereka, dan hal ini menjadi lebih penting lagi bagi anak-anak yang berumur 10 tahun atau lebih. Sesungguhnya, hak untuk didengar adalah sangat penting untuk membangun suatu gambaran yang sehat tentang dirinya sendiri. Ikut berpartisipasi waktu mengambil keputusan akan menimbulkan kerelaan yang lebih besar untuk ikut menanggung akibat dari keputusan itu.

    Tentunya, hal ini sama sekali bukan berarti bahwa orang tua harus menyerahkan wewenang mereka kepada anak. Namun, orang tua harus tetap memegang kendali sambil memperkenankan anak-anak mengambil peranan yang cukup berarti dalam proses pengambilan keputusan dengan cara mendengarkan dengan sungguh-sungguh segala kegemaran dan pendapat mereka, dan kemudian mempertimbangkan semuanya itu.

  7. Hak atas Milik Pribadinya

  8. Sayangnya, banyak orang tua berkeyakinan bahwa mereka berhak untuk membuka surat-surat yang dialamatkan kepada anak-anak mereka, membaca buku harian pribadi, meminjam barang-barang kepunyaan mereka tanpa meminta izin terlebih dahulu, atau memasuki kamar mereka tanpa harus mengetuk pintu. Jika seseorang tidak menghormati diri pribadi kita dengan cara-cara seperti ini, kita mungkin akan merasa tersinggung dan itu memang dapat dimengerti. Mengapa anak-anak kita tidak berhak untuk menerima penghargaan yang serupa dengan kita?

    Pelanggaran terhadap hak anak-anak untuk memiliki sesuatu yang bersifat pribadi merupakan langkah-langkah pertama yang memungkinkan terjadinya inses. Kini inses terjadi dalam proporsi yang mengerikan dan sangat mengkhawatirkan di dalam keluarga-keluarga setiap golongan ekonomi, sebagaimana disimpulkan berdasarkan penelitian yang akhir-akhir ini dilakukan di Amerika Serikat.

  9. Hak atas Suatu Peradilan yang Adil Sebelum Dihukum

  10. Setiap anak harus mendapat kesempatan untuk membela diri sebelum dikenakan tindakan disipliner. Keadaan-keadaan yang tidak kita ketahui, mungkin dapat membuat respons kita menjadi jauh berbeda terhadap kelakuan buruk anak yang sedang kita tangani.

  11. Hak-Hak Lain yang Patut Dipertimbangkan

  12. Berikut ini ada beberapa hak bagi anak yang patut dipertimbangkan oleh orang dewasa.

    - Hak untuk diperlakukan dengan adil.

    - Hak untuk dikasihi.

    - Hak untuk dihargai.

    - Hak untuk kadang-kadang mengatakan tidak.

    - Hak untuk memunyai pendapat yang berbeda dengan Anda.

    - Hak untuk diampuni atas kesalahannya.

    - Hak untuk dididik secara rohani sesuai iman Anda.

    - Hak untuk mengatakan apa yang disangkanya baik.

    - Hak untuk sekali-sekali mengubah pikiran.

    - Hak untuk menjadi dirinya sendiri dan bukan sekadar perluasan dari keakuan orang dewasa.

    Singkatnya, kita harus memberikan banyak hak dasar kepada anak-anak yang sering kita pertahankan untuk diri kita sendiri.

Jika Anda adalah orang tua yang cenderung merasa bahwa anak-anak tidak layak untuk memunyai sesuatu hak oleh karena mereka masih terlalu kecil atau bahwa mereka belum pantas menerimanya, sebaiknya Anda memikirkan kembali hal ini. Jauh lebih baik jika anak-anak Anda belajar mengenai prinsip-prinsip tentang hak ini dari Anda sendiri daripada melalui orang lain.

Sejalan dengan ini, rumah merupakan tempat yang terbaik untuk belajar mengenai hak yang disertai dengan tanggung jawab, dan mengenai perbedaan antara hak dan hak-hak istimewa atau kemudahan-kemudahan. Sekarang ini, kita sering mendengar tentang orang yang menuntut hak, padahal sebenarnya tidak lain daripada minta izin untuk bertindak secara tidak sopan, tidak bertanggung jawab, atau bertindak secara tidak bermoral (umpamanya hak mengembuskan asap rokok ke wajah seseorang yang sedang antre di tempat umum). Pepatah lama yang berbunyi: "Hak-hak saya berakhir di tempat hak-hak Anda berawal", merupakan suatu prinsip yang patut dipelajari di rumah.

Banyak orang menuntut hak-hak istimewa atau dukungan dari masyarakat, padahal sebenarnya itu sama sekali bukan hak, melainkan hadiah atau anugerah. Anak-anak kita harus mengetahui bahwa orang-orang lain tidak harus memelihara kehidupan mereka, dan bahwa hak-hak sebagai warga negara itu diperoleh karena disertai dengan suatu komitmen.

Ada baiknya untuk membuat rapat "dewan keluarga" yang pertama dalam keluarga Anda. Setelah berdiskusi secara luas, susun konsep "peraturan hak-hak dan kewajiban keluarga". Kebiasaan untuk sewaktu-waktu mengadakan acara guna menjelaskan tentang hak dan garis-garis kekuasaan yang sesuai dengan firman Tuhan, akan dapat menimbulkan semangat bekerja sama yang indah dan segar di dalam keluarga Anda.

Diambil dan disunting seperlunya:

Judul asli buku : 40 Ways to Teach Your Children Values
Judul buku terjemahan : 40 Cara Mengarahkan Anak
Penulis : Paul Lewis
Penerjemah : Gerrit J. Tiendas
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, 1997 Bandung
Halaman : 169 -- 173

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Anak Umum