Menangani Anak yang Egois

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Pada dasarnya, setiap anak yang lahir ke dunia memiliki sikap egois atau sikap mementingkan diri sendiri. Kita sebagai orang tua harus dapat menciptakan pertumbuhan yang sehat, yang dapat mendorong anak untuk bukan hanya mementingkan dirinya, namun juga mementingkan orang lain. Perlu pula menciptakan keseimbangan antara mementingkan diri sendiri dan juga mementingkan orang lain. Secara tidak sadar, ada kalanya orang tua malah memberikan perlakuan kepada anak yang menumbuhkembangkan sikap egois anak.

Pada dasarnya, setiap anak yang lahir ke dunia memiliki sikap egois atau sikap mementingkan diri sendiri. Kita sebagai orang tua harus dapat menciptakan pertumbuhan yang sehat, yang dapat mendorong anak untuk bukan hanya mementingkan dirinya, namun juga mementingkan orang lain. Perlu pula menciptakan keseimbangan antara mementingkan diri sendiri dan juga mementingkan orang lain.

Secara tidak sadar, ada kalanya orang tua malah memberikan perlakuan kepada anak yang menumbuhkembangkan sikap egois anak. Sehingga anak akhirnya tidak pernah berhasil memerhatikan kebutuhan orang lain; ia malah hanya mengutamakan kepentingannya sendiri. Ada beberapa perlakuan orang tua yang bisa membuat anak-anak itu menjadi anak-anak yang egois.

Beberapa Ciri Anak yang Egois

  1. Anak-anak yang egois adalah anak-anak yang tidak bisa menyeimbangkan kedua hal ini, dia hanya bisa mengutamakan dan hanya mengutamakan kepentingannya, bahkan kadang-kadang tidak bisa menomorduakan kepentingan orang lain sebab baginya tidak ada kepentingan orang lain; yang ada hanyalah kepentingan diri sendiri.

  2. Menganggap diri sebagai kasus khusus. Dalam arti keinginannya harus didahulukan sebab dia merupakan kasus perkecualian.

  3. Anak yang egois tidak harus manja, yang jelas nyata adalah dia menuntut. Dan ciri ketiga ini juga sangat dominan, yaitu tuntutannya memang tidak mengenal batas. Seolah-olah kapan pun dia memintanya, di mana pun dia memintanya, apa pun yang dimintanya, harus dituruti.

Dua Kondisi Utama yang Menyebabkan Anak-Anak Menjadi Egois

1. Orang tua atau keluarga yang memberi perhatian kepada anak secara berlebihan. Kadang kala itu terjadi tanpa disengaja.

Saya akan berikan beberapa ciri-cirinya.

  1. Orang tua yang memberikan perhatian berlebihan kepada anak adalah orang tua yang terlalu memuja-muja anak, baik secara langsung atau tidak langsung.

  2. Ada kalanya orang tua kurang menyoroti kelemahan anak karena terlalu meninggikan dan mengagungkan si anak. Sehingga jarang membicarakan kelemahan si anak, dan akibatnya kurang menuntut anak memperbaiki dirinya di dalam kekurangan-kekurangannya.

  3. Orang tua terlalu bergantung pada anak sebagai pemenuh kebutuhan emosional mereka sendiri.

  4. Orang tua kurang mendisiplin anak.

2. Orang tua tidak mendisiplin anak dengan baik sehingga semua yang anak-anak minta dituruti tanpa batas.

Kejadian 22:11-12, "Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: 'Abraham, Abraham.' Sahutnya: 'Ya, Tuhan.' Lalu Ia berfirman: 'Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.'"

Kita tahu ini adalah cerita Abraham ketika Tuhan meminta dia mengorbankan anaknya, Ishak, tapi Abraham tidak segan-segan memberikan putranya dan ternyata memang Tuhan hanya menguji dia. Janganlah kita sampai terlalu sayang pada Ishak-Ishak kita sehingga kita menomorduakan Tuhan; tidak bisa. Prinsip itu harus kita pegang dengan patuh. Tuhanlah yang nomor satu, anak tidak boleh menjadi yang nomor satu. Sekalipun dalam keluarga sendiri, anak tidak boleh menjadi yang nomor satu, anak perlu dididik dan dibatasi.

Beberapa ciri orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anak.

  1. Orang tua yang memberikan sedikit waktu pada si anak, jadi waktu yang diberikan benar-benar sangat minim. Misalnya mereka repot bekerja, pulang sudah malam, akhir pekan juga mungkin bekerja. Kalaupun tidak bekerja, orang tua sudah terlalu letih sehingga ia tidak memberikan waktu yang lebih kepada si anak.

  2. Orang tua yang terlalu banyak menolak atau terlalu memberikan banyak penolakan pada anak-anak. Akibatnya, anak akan merasa diabaikan.

  3. Orang tua yang mendisiplin terlalu ketat atau terlalu berlebihan juga bisa membuat anak menjadi egois.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi sifat egois.

  1. Kita harus membesarkan anak dengan suatu pengertian bahwa anak itu membutuhkan dua hal yang hakiki. Yang pertama adalah anak-anak membutuhkan cinta kasih, yang kedua anak-anak juga membutuhkan disiplin.

  2. Yang sulit justru untuk menolong orang tuanya, apalagi kalau orang tua sudah terlanjur, misalnya, mencurahkan perhatian yang terlalu banyak kepada anak sehingga anaknya menjadi egois. Atau orang tua yang sebaliknya. Sebab ada kalanya memang orang tua memberi perhatian yang berlebihan kepada anak, atau kebalikannya, kurang memberi perhatian kepada anak karena mereka sendiri bermasalah dalam hubungan nikah mereka.

  3. Memang akhirnya dalam upaya menolong si anak, kita harus melibatkan si orang tua dan menunjukkan bagaimana si anak menjadi egois.

Anak-anak yang ditempatkan dalam situasi yang berbeda dan dibentuk lingkungannya dengan kuat, memunyai dua pilihan.

  1. Pilihan yang pertama adalah dia bersikukuh tidak mau berubah.
  2. Yang ideal adalah yang kedua, yaitu ketika dia akhirnya akan berubah.

Anak-anak yang dibesarkan oleh pengasuh dari kecil akan kehilangan kesempatan sebagai berikut.

  1. Kehilangan kesempatan untuk menerima kasih sayang langsung dari orang tua. Itu suatu kerugian besar bagi si anak.

  2. Kehilangan kesempatan melihat orang tua bereaksi atau bersikap dalam hidup, sedangkan anak-anak perlu melihat orang tua bereaksi dalam hidupnya sehingga dia bisa mulai mencontoh orang tuanya. Otomatis dia akan kehilangan waktu-waktu tersebut dan kehilangan model-model itu.

  3. Kehilangan kesempatan untuk berinteraksi atau bergaul dengan orang tuanya. Padahal sebetulnya hal itu adalah salah satu hal yang mutlak diperlukan oleh seorang anak.

1 Timotius 3:12, "Diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik." Saya garis bawahi kalimat mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. Tuhan meminta orang tua mengurus anak-anak dengan baik karena memang itulah tanggung jawab yang Tuhan embankan kepadanya. Mengurus berarti bukan saja mengelola supaya rumah tangganya itu berjalan dengan damai, tenteram, dan menerapkan disiplin yang seharusnya, tapi juga menyediakan kebutuhan emosional si anak.

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Anak Umum

Sumber
Judul Artikel: 
Bagaimana Menangani Anak yang Egois
Situs: