Anak-Anak Membutuhkan Pujian

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Benjamin West menjelaskan bagaimana ia menjadi pelukis. Suatu hari, ibunya pergi meninggalkan dia dengan saudara wanitanya, Sally. Kemudian Benjamin menemukan beberapa botol tinta berwarna sehingga ia memutuskan untuk melukis Sally. Ketika mengerjakan hal itu, ia membuat dapur berantakan. Saat ibunya kembali, ibunya tidak berkata apa-apa tentang dapur. Sambil mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan, ibunya berkomentar, "Mengapa Sally yang digambar?" Lalu ibunya menghadiahkan ciuman untuknya. West mengakui, "Ciuman Ibu pada hari itu membuat saya menjadi pelukis."

William James menulis bahwa "prinsip terdalam pada kehidupan manusia ialah kehausan untuk dihargai." Saat kita dalam keadaan senang karena dipuji, kita ingin melakukan lebih banyak lagi untuk menyenangkan orang lain. Ketika kita tahu bahwa kita mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, kita ingin berbuat lebih baik lagi. Dr. George W. Crane, seorang pengarang dan ahli psikologi sosial, berkata, "Seni memuji ialah awal dari seni yang indah tentang menyenangkan orang lain."

Gagal memuji anak sendiri adalah kesalahan yang umum dianut para orang tua. Banyak anak jarang mendengarkan pujian. Namun, mereka diejek bila gagal. Nampaknya mudah untuk menghina, memandang rendah, menyalahkan anak, serta memusatkan perhatian pada kegagalan mereka, tingkah laku yang salah, dan apa yang mereka tidak kerjakan. Pikirkan tentang perbaikan tingkah laku dan rasa senang yang akan muncul bila saja kata-kata memberi semangat yang kita ucapkan pada anak-anak kita melebihi kritik yang kita lontarkan pada mereka.

Dalam suatu penelitian yang dilaporkan oleh American Institute of Family Relations, ibu-ibu diminta mencatat berapa kali mereka membuat komentar negatif dan positif tentang anak-anak mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka mengkritik sebanyak sepuluh kali lebih sering daripada memberikan pujian. Kesimpulan penelitian ini ialah diperlukan empat komentar positif untuk menghapuskan akibat yang ditimbulkan oleh sebuah komentar negatif. Anak yang tidak menerima pujian dan penghargaan yang wajar, akan mencari hal itu dengan cara yang aneh, kadang-kadang malah menyakitkan. Satu ons pujian akan memberi hasil lebih banyak dibandingkan dengan satu ton sikap menyalahkan. Dan, bila sungguh-sungguh dicari, ada sesuatu yang pantas dipuji dari setiap anak.

Martin Luther berkata, "Buang jauh-jauh cambuk dan manjakan anak ini betul. Tetapi di samping cambuk, sediakan juga sebuah apel yang dapat diberikan pada anak bila ia mengerjakan sesuatu dengan baik." Setiap hari, seorang anak perempuan datang ke sekolah dengan sangat kumal. Gurunya selalu melihat kotoran yang sama setiap hari. Mencoba bersikap baik dan penuh pengertian, ia tidak ingin melukai hati si anak atau pun mempermalukannya. Ia tahu bahwa anak itu tidak mendapatkan perhatian yang cukup di rumah. Barangkali orang tuanya tidak peduli, tapi sebagai guru, ia peduli.

"Kamu memiliki tangan yang sangat indah," kata si guru suatu hari. "Mengapa tidak kau bersihkan di kamar mandi sehingga orang-orang lain melihat betapa indahnya tanganmu?"

Dengan gembira, anak itu pergi mencuci tangannya dan cepat kembali. Ia mengangkat tangannya dengan bangga di hadapan sang guru.

"Oh, indahnya. Lihat tidak, apa yang dilakukan oleh sabun dan air terhadap tanganmu," ia menyatakan pada si anak sambil memeluknya mesra.

Sejak itu, setiap hari si gadis datang ke sekolah sedikit lebih bersih. Akhirnya ia menjadi salah satu siswa yang paling rapi di sekolah.

Mengapa anak kecil dapat berubah seperti itu? Karena seseorang memujinya. Dengan memuji hal yang baik, ia berubah.

Orang-orang jarang berubah karena kita hanya menunjukkan kesalahan mereka. Mereka juga tidak mencintai kita untuk hal itu. Mereka mungkin menolak. Bila kita ingin menolong orang lain menjadi orang yang indah, kita harus melakukannya dengan memberikan pujian dan semangat. Pujian yang tulus ialah kehangatan dan kelembutan yang kita semua perlukan untuk berubah menjadi lebih baik.

Bila kita memikirkan ulang, barangkali ada puji-pujian dan semangat yang dilontarkan oleh orang tua, guru, atau teman yang memberikan kita rasa percaya diri dan citra yang baik tentang diri kita sendiri. Kritik yang kita terima malah menyebabkan kita mengalami masalah identitas.

Dalam bukunya, "Pengalaman menjadi Orangtua", W. Taliferro Thompson membagi pengalamannya. Peraturan di rumah kami ialah sebelum seorang anak dapat pergi bermain pada hari Sabtu pagi, ia harus membereskan tempat tidurnya dan membersihkan kamar tidur. Pintu dari kamar tidur anak kami yang berusia sebelas tahun ada di ujung tangga. Biasanya pintu itu terbuka dan dengan mudah saya dapat masuk untuk memeriksa. Bila ia tidak mengerjakan tugasnya dengan baik, saya berbicara padanya.

Pada suatu pagi ketika saya sedang melangkah turun, saya melihat kamarnya sangat rapi; saya telah melirik dengan sudut mata dan membuat catatan. Kalau kamarnya kacau-balau, saya pasti masuk dan memarahinya.

Dengan agak malu, saya masuk ke kamarnya dan melihat dengan hati-hati. Tempat tidurnya sangat rapi. Saya dengan jujur dapat memujinya untuk kerapian itu. "Mengapa tidak," saya berkata, "kerapian ini akan menyenangkan inspektur kamp yang paling ketat sekalipun. Dan pasti lolos uji di West Point ...."

"Anda pernah melihat anjing yang mulai dewasa, menggoyangkan seluruh badannya bila Anda mengusap-usap atau berbicara dengan nada bersahabat? Anak saya bereaksi tepat seperti itu. Jawabannya langsung dan mengherankan. `Ayah,` katanya, `saya mau pergi dan mengambil surat-surat Ayah.` Kotak pos ada di ujung kampus. `Setelah kembali, saya mau gunting rambut.` Kami telah membicarakan rambutnya beberapa kali minggu itu, namun tidak pernah berhasil. `Setelah kembali, saya mau mencuci mobil.`"

"Saya memberikannya pujian yang memang layak ia terima, Tuhan ada di dekatnya dan semuanya berjalan baik. Dan sebelumnya, saya hampir-hampir melanjutkan tanpa mengatakan apa-apa tentang keberhasilannya yang memakan banyak waktu, tenaga, dan keterampilan!"

Memuji anak tidak akan membuatnya manja. Hanya anak yang tidak mendapatkan pujian yang sewajarnya ia perolehlah, yang akan bertingkah laku aneh. Jadi bila kelompoknya memuji dia karena menipu atau mencuri, ia akan menjadi ahli dalam hal itu.

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid