Yesus Mengajar di Atas Bukit

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Bacaan Alkitab:
Matius 5:1-16; 7:13-14

Ayat hafalan:
Matius 15:13-14

Tujuan khusus:
Menolong anak mengenal pengajaran yang Yesus sampaikan kepada mereka, dan juga untuk diaplikasikan dalam hidup mereka.

Tujuan pelajaran:
Di akhir pelajaran diharapkan murid dapat:

  1. memperlihatkan sukacita besar yang terjadi dalam hidup mereka;
  2. menyadari bahwa Tuhan memberkati dan menghargai orang-orang yang percaya kepada-Nya;
  3. mau melakukan apa yang Yesus ajarkan.

Persiapan guru:
Siapkan hati Anda ....

Sebagai orang Kristen, Yesus berkata bahwa kita adalah terang dunia. Dia mengingatkan kita bahwa terang yang diletakkan di bawah gantang itu tidak ada gunanya. Jika kita menyembunyikan fakta bahwa kita percaya kepada Yesus, itu berarti kita telah menyembunyikan terang yang ada pada kita dan membuat terang dunia itu tidak dilihat oleh orang lain. Kita harus hidup sebagai orang yang selalu menyatakan kepada orang lain bagaimana dia bisa menemukan Kristus dan membawa kemuliaan bagi Tuhan, bukan kemuliaan untuk diri kita sendiri.

Seberapa kuat terang Anda telah bercahaya? Apakah Anda menyembunyikannya di bawah gantang selama minggu ini dan hanya membukanya saat hari Minggu saja? Apakah Anda perlu memotong sedikit sumbu Anda dengan hidup seperti yang Yesus ajarkan tentang kebahagiaan sejati?

Hidup yang memancarkan terang Kristus akan diperhatikan dan diteladani oleh murid-murid Anda. Tandai hati Anda dengan terang dari Tuhan dengan mengisinya dengan firman-Nya hari lepas hari.

Pelajaran Alkitab:
Yesus dan murid-murid-Nya sedang berada di bukit di dekat Kapernaum. Kerumunan orang banyak yang ingin disembuhkan mengikuti Dia. Yesus tahu bahwa sebenarnya penyakit mereka adalah dosa dan mereka membutuhkan seorang Juru Selamat. Yesus menyembuhkan orang yang sakit dan yang lumpuh, Dia duduk dan mulai mengajar mereka. Salah satu khotbah Yesus yang terpenting adalah yang disebut Khotbah di Bukit. Bagian pertama dari khotbah itu disebut "ucapan bahagia" karena Dia menjelaskan bagaimana orang bisa diberkati atau menjadi bahagia. Ucapan bahagia memuat daftar sifat yang harus dimiliki oleh anak-anak Allah. Pada zaman Alkitab, kata "diberkati" berarti `bahagia`.

Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga." Miskin di hadapan Allah berarti rendah hati, tahu bahwa dirimu adalah orang berdosa dan bergantung pada keselamatan yang Allah berikan.

Kemudian Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." Ketika kamu menyesali dosa-dosamu, kamu benar-benar merasa sedih. Kemudian bertobat dan memohon agar Tuhan mengampuni dirimu. Karena dosamu sudah diampuni, kamu akan merasa terhibur.

Yesus menambahkan, "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." Menjadi lemah lembut berlawanan dengan menjadi bangga. Itu berarti kamu mengizinkan Allah memakai dirimu sesuai dengan kehendak-Nya. Lemah lembut juga tidak berarti "cengeng". Allah mengatakan bahwa Musa sangat lembut hati (Bil. 12:3), tetapi lihatlah bagaimana ia menghadapi Firaun yang marah, memimpin jutaan orang melalui padang gurun, dan menghancurkan berhala-berhala.

Yesus melanjutkan, "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." Banyak orang yang lapar atau ingin memenangkan suatu permainan atau ingin menjadi terkenal atau kaya. Tetapi hal-hal ini tidak akan memberikan kepuasan yang berlangsung lama. Jika kamu berhati lembut, kamu akan tahu betapa kamu membutuhkan Yesus dan lapar atau rindu untuk mengenal Dia lebih dalam lagi. Allah akan memuaskan kerinduanmu itu.

Selanjutnya, Yesus mengatakan kepada orang-orang itu, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." Bermurah hati berarti memiliki kerinduan yang kuat untuk menolong mereka yang membutuhkan bantuan dan melakukan sesuatu untuk menolong mereka, meskipun mereka tidak memintanya. Kamu tidak menerima atau melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri, tetapi memberi dan melakukan sesuatu itu untuk orang lain. Itulah yang Yesus lakukan untuk kita. Pada saat kita menjadi orang berdosa, kita menjadi musuh Allah. Tetapi Allah mengutus Yesus supaya mati untuk kita sehingga kita bisa berada di surga.

Yesus juga berkata, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." Mereka yang suci hati adalah mereka yang sudah meminta Yesus menyelamatkan mereka. Kita menjaga hati kita dari dosa dengan memohon ampun kepada Allah ketika kita melakukan kesalahan.

Kemudian Yesus mengingatkan mereka bahwa kebahagiaan tidak dapat diperjuangkan atau diminta. Dia berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Pembawa damai tidak mencoba untuk mengutamakan pendapatnya sendiri ataupun membalas mereka yang sudah melukai dia. Mereka tidak melakukan balas dendam, tetapi menyerahkan keadilan kepada Allah (Rm. 12:17-21).

Akhirnya, Yesus berkata kepada orang banyak itu, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga." Yesus tidak hanya mengatakan kepada mereka supaya berbahagia ketika dianiaya, Dia berkata, "Bersukacita dan bergembiralah."

Banyak orang Kristen yang pernah dipenjara, dipukul, dianiaya, dan bahkan dibunuh karena mereka melayani Allah. Yesus berkata bahwa kalau kita dianiaya oleh karena Dia, kita akan bahagia, bahkan akan mendapat upah besar di surga.

Yesus berkata bahwa ketika pengikut-Nya melakukan semua hal ini, mereka akan seperti garam dan terang bagi orang-orang yang belum diselamatkan. Garam membuat seseorang haus. Pada saat orang-orang yang belum diselamatkan ini melihat perbedaan perilaku orang Kristen, mereka akan tergerak untuk ingin tahu mengapa orang Kristen begitu berbeda.

Cahaya yang bersinar dalam kegelapan akan memberi keamanan, membantu memberi arah. Demikianlah orang-orang Kristen mengarahkan orang lain untuk datang kepada Kristus melalui cara hidup mereka. Yesus berkata bahwa ketika orang lain melihat orang Kristen hidup dengan benar, maka hidup orang Kristen itu menjadi seperti menara terang yang memberi petunjuk kepada orang lain bagaimana menghindari neraka dan menemukan hidup kekal di dalam Yesus.

Di akhir khotbah-Nya, Yesus mengatakan kepada orang banyak itu supaya membuat suatu keputusan. Akankah mereka percaya kepada-Nya dan mengikuti ajaran-Nya, atau sebaliknya, akankah mereka melakukan apa yang mereka inginkan? Yesus membandingkan dua hal ini dalam bentuk dua jalan -- satu sempit dan yang lainnya lebar. Dalam hidup ini, lebih banyak orang yang mengikuti jalan yang lebar karena jalan ini lebih mudah dilalui dan mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Mereka tidak ingin mengikuti jalan sempit yang susah dilalui dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Tetapi jalan yang lebar tidak menuju kepada kebahagiaan yang sejati. Jalan yang lebar ini menuju neraka.

Ujian yang sesungguhnya atas hidup seseorang adalah ketika dia mati. Meskipun orang itu sangat baik di luarnya, tetapi yang terpenting bagi Allah adalah hatinya. Hanya orang-orang yang sudah meminta Yesus masuk ke dalam hatinya sajalah yang akan masuk surga.

Doa:
Bapa, terima kasih Engkau telah memberi kami prinsip-prinsip dan harapan-harapan tentang bagaimana kami harus hidup. Kami berdoa agar murid-murid kami mampu mengikuti kebenaran-kebenaran ini. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Pengajaran - Doktrin

Sumber
Judul Artikel: 
Jesus Teaches on the Mountain
Judul Buku: 
The Early Life of Jesus
Pengarang: 
Sue Hoijer, Mary Nelson
Halaman: 
62 -- 66
Penerbit: 
Accent Bible Curriculum
Kota: 
Colorado
Tahun: 
1994