Mengajarkan Cara Berdoa Kepada Anak

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Ketika Ia mengajar murid-murid-Nya mengenai apa yang akan terjadi setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menyuruh mereka untuk berdoa kepada Bapa dalam nama-Nya (lihat Yohanes 15:16; 16:23-24, 26-27). Paulus juga berdoa dengan cara demikian (lihat Efesus 1:17; Kolose 1:3). Meskipun sebagian besar Kitab Suci mengatakan agar kita seharusnya berdoa kepada Bapa, sebagian lagi mengatakan bahwa kita harus berdoa kepada Yesus. Yesus adalah Allah. Ia bukan Allah Bapa, tetapi Ia adalah salah satu

Ketika Ia mengajar murid-murid-Nya mengenai apa yang akan terjadi setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menyuruh mereka untuk berdoa kepada Bapa dalam nama-Nya (lihat Yohanes 15:16; 16:23-24, 26-27). Paulus juga berdoa dengan cara demikian (lihat Efesus 1:17; Kolose 1:3). Meskipun sebagian besar Kitab Suci mengatakan agar kita seharusnya berdoa kepada Bapa, sebagian lagi mengatakan bahwa kita harus berdoa kepada Yesus.

Yesus adalah Allah. Ia bukan Allah Bapa, tetapi Ia adalah salah satu Pribadi dari Allah Tritunggal. Jadi apabila anak-anak kita berdoa kepada Yesus, mereka berdoa kepada pribadi yang memiliki otoritas yang sama. Namun dalam kita mengajar mereka tentang apakah doa itu sebenarnya dan bagaimana cara kita berdoa, sebaiknya kita mengarahkan mereka agar membuka dan menutup doa sesuai dengan pola yang ada di dalam Kitab Suci. Ini meliputi tiga hal yang mendasar, yakni (1) sapaan: "Bapa kami"; (2) otoritas: "di dalam nama Yesus"; dan (3) penutup: "amin". Elemen-elemen ini adalah pelajaran mendasar yang akan mengingatkan mereka setiap kali mereka berdoa.

SAPAAN

Setiap kali anak-anak kita menyapa Allah dengan sebutan Bapa, mereka diingatkan akan perumpamaan tentang seorang ayah. Allah ingin agar kita memanggil-Nya dengan sebutan Bapa supaya kita diingatkan akan kenyataan bahwa Dia-lah yang telah menciptakan kita, mengasihi kita, dan ingin selalu memelihara kita. Sapaan itu membentuk doa anak-anak Anda. Doa-doa mereka didengar oleh Bapa surgawi yang mengasihi dan memerhatikan mereka, Bapa yang ingin membangun suatu hubungan dengan mereka dan membantu membimbing, mengajar, dan memberikan kebijaksanaan kepada mereka.

Ajarilah anak-anak Anda untuk memulai setiap doa dengan menyapa Bapa surgawi mereka dan apa makna dari sapaan itu. Pada saat anak Anda mendengar kata "dokter gigi", ia tahu ke mana ia akan pergi, apa yang akan dilakukan oleh dokter gigi itu, dan mengapa. Pada saat ia mengatakan "Bapa" pada permulaan doanya, hal yang sama seharusnya berulang. Ajarlah anak Anda untuk mengembangkan sapaan itu seiring dengan berjalannya waktu: "Bapa kami di surga yang Mahapengasih dan yang memelihara saya ...."

Apakah kita harus menyapa Allah setiap kali kita berdoa? Tidak bisakah kita langsung saja berbicara kepada-Nya? Ia selalu mendengar dan tahu jika saya berbicara kepada-Nya, bukan? Benar, dan tentu saja Anda dapat berbicara langsung kepada-Nya. Tetapi seperti juga kita mengajar anak-anak kita tentang aturan-aturan percakapan demi terjalinnya komunikasi yang lancar dan juga untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, kita harus mengajar mereka untuk menyapa Allah setiap kali mereka ingin berbicara dengan-Nya. Ini membuat mereka mengerti siapa Allah sebenarnya, menunjukkan rasa hormat mereka terhadap Dia, dan membantu anak-anak Anda agar mereka tahu bahwa ia harus berpikir-pikir dahulu sebelum berbicara.

OTORITAS ATAU "DI DALAM NAMA SIAPA"

Otoritas itu adalah di dalam nama Yesus, jadi kita tidak perlu mengatakan "di dalam nama Yesus" setiap kali kita berdoa dengan tujuan agar doa kita didengar Allah. Allah tidak mengesampingkan kita apabila ketiga kata itu tidak diucapkan. Pada saat kita menjadi anak-anak Allah, saluran komunikasi telah terbuka antara kita dan Bapa surgawi kita, berkat kematian Yesus bagi kita dan bagaimana kita menerima kenyataan itu, karena Yesus atau "di dalam nama Yesus". Dengan kata lain, kita tidak perlu minta izin untuk berbicara kepada Bapa. Kita telah memiliki otoritas untuk berbuat demikian, berkat Yesus yang sekali dan untuk selamanya membayar utang dosa kita.

Namun demikian, kita percaya bahwa anak-anak kita seharusnya mengatakan "di dalam nama Yesus" pada saat berdoa. Pada saat kita mengajarkan kepada mereka makna dari kalimat tersebut, maka frasa "di dalam nama Yesus" dapat mengingatkan kita akan tiga hal.

  1. Kasih karunia Allah. Kita dapat berdoa dan yakin akan kasih dan pemeliharaan Allah bukan karena kita layak mendapatkannya, tetapi karena Yesus telah mati bagi kita. Mengucapkan "di dalam nama Yesus" mengingatkan kita akan kasih karunia tersebut.

  2. Allah mendengar dan menjawab. Tidak ada yang dapat menghalangi doa-doa kita didengar dan dijawab oleh Allah. Tidak ada! Kitab Suci menyatakan bahwa nama Yesus adalah "nama di atas segala nama" (Filipi 2:9).

  3. Kehendak Allah. Unsur ketiga yang mengingatkan kita adalah seumpama "penyaring". Kita tidak dapat berdoa memohon sesuatu di dalam nama Yesus apabila hal itu tidak sejalan dengan kehendak Yesus yang berarti juga kehendak Allah. Allah mendengar semua doa kita, menyaringnya melalui kehendak-Nya yang sempurna bagi kita, dan mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.

Sekali kita mengajarkan ketiga hal ini kepada anak-anak kita, maka kata-kata "di dalam nama Yesus" akan mengingatkan mereka akan kebenaran ini. Akibatnya, hal itu mengingatkan bahwa "Yesuslah yang membuat saya tahu bahwa Engkau mengasihi, mendengar, serta menjawab doa-doa saya. Saya tahu bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Mu dan tidak ada sesuatu apapun yang dapat menghalangi Engkau mendengar dan menjawab doa-doa saya. Dan saya tahu bahwa Engkau melihat segala yang terjadi dan akan menjawab doa-doa saya sesuai dengan kehendak-Mu yang terbaik bagi saya".

PENUTUP

Yang terakhir adalah penutup, "amin". Kata "amin" berarti "terjadilah". Kata itu dapat disamakan dengan betapa pastinya janji-janji Allah. Pertama apakah kita perlu mengucapkan "amin" setiap kali kita selesai berdoa agar doa-doa kita terkabul? Tidak. Namun sekali lagi kata "amin" sebagai bagian dari doa kita memiliki tujuan yang luas.

Yang pertama, kata itu membantu kita untuk berkonsentrasi. "Amin" membantu kita untuk memisahkan waktu yang kita luangkan untuk bercakap-cakap dengan Allah dengan waktu kita berpikir atau bercakap-cakap dengan orang lain. Sampai kata "amin" diucapkan, anak-anak kita tahu bahwa konsentrasi mereka haruslah ditujukan pada hubungan dan komunikasi mereka dengan Allah.

Yang kedua, dan mungkin yang terpenting, mengucapkan kata "amin" berarti kita mempercayai Allah dan tahu bahwa Dia telah mendengar dan menjawab doa-doa kita. Pada saat Anda mengajarkan anak-anak Anda mengapa kita mengucapkan "amin", suruhlah mereka (atau Anda yang melakukannya) menambahnya dengan: "Terima kasih Tuhan karena Engkau telah mendengar dan menjawab doa-doa saya. Saya tahu bahwa semua yang saya utarakan kepada-Mu telah Kaudengar sesuai dengan firman-Mu dan kehendak-Mu!" Singkatnya, kata "amin" senantiasa mengingatkan kita untuk mengakhiri doa kita di dalam iman, karena kita tahu bahwa Allah telah mendengar dan menjawab.

Kategori Bahan PEPAK: Doa - Musik - Ibadah

Sumber
Judul Artikel: 
Mengajarkan Detil-Detil tentang Doa Kepada Anak
Judul Buku: 
Cara Mengajar Anak Anda Berdoa
Pengarang: 
Rick Osborne
Halaman: 
229 -- 233
Penerbit: 
Gospel Press
Kota: 
Batam Centre
Tahun: 
2002