Anak yang Suka Khawatir


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

A. Pengertian Masalah Khawatir adalah reaksi emosi dari semua peristiwa yang menimbulkan efek rasa takut ke dalam diri. Dewasa ini, masyarakat hidup dalam persaingan yang hebat. Demikian juga anak, sejak kecil sudah hidup bersaing untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan belajar. Jadi, tidaklah mengherankan bila hal itu menambah tekanan bagi anak. "Kekhawatiran" sudah menjadi hal yang umum. Dua hal yang berbeda, yaitu kekhawatiran dan ketakutan, menjadi begitu erat. Ketakutan adalah objek yang

A. Pengertian Masalah

Khawatir adalah reaksi emosi dari semua peristiwa yang menimbulkan efek rasa takut ke dalam diri. Dewasa ini, masyarakat hidup dalam persaingan yang hebat. Demikian juga anak, sejak kecil sudah hidup bersaing untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan belajar. Jadi, tidaklah mengherankan bila hal itu menambah tekanan bagi anak. "Kekhawatiran" sudah menjadi hal yang umum. Dua hal yang berbeda, yaitu kekhawatiran dan ketakutan, menjadi begitu erat. Ketakutan adalah objek yang jelas dan itu mudah diatasi, akan tetapi kekhawatiran adalah suatu perasaan terancam yang menyerang jiwa anak. Anak yang terlalu khawatir biasanya dikarenakan hadirnya suatu ketegangan dalam syarafnya. Sigmund Freud membagi perasaan khawatir ke dalam tiga kategori.

1. Khawatir yang Sesungguhnya

Ketika seseorang menghadapi bahaya dan ancaman serta belum menemukan cara penyelesaiannya, pastilah dalam ketakutannya timbul perasaan khawatir. Sebagai contoh, saat anak menantikan pengumuman hasil ujian yang ia sendiri tidak yakin, atau saat anak baru pindah ke tempat yang baru dan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.

2. Khawatir Karena Ketegangan Saraf

Ada sebagian anak yang peka dengan kekhawatiran, apalagi menghadapi masa depannya. Bila anak tidak tumbuh dalam lingkungan dan keluarga yang memberi rasa aman kepadanya, maka ia akan merasa khawatir, tegang, dan terlalu peka terhadap setiap hal yang akan terjadi.

3. Khawatir Secara Moral atau Karena Dosa

Ragam kekhawatiran ini disebabkan adanya tuntutan yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri, sering menegur diri sendiri, dan sering merasa khawatir dengan kesalahan yang pernah dilakukan. Jikalau tuntutan orang tua terhadap anak sangat tinggi, anak akan mengalami kekhawatiran dan merasa tegang.

B. Pernyataan Masalah

Khawatir adalah perasaan yang dapat membuat seseorang menderita, cemas, dan ragu terhadap diri sendiri. Ciri-ciri seseorang yang sedang mengalami kekhawatiran yang serius ialah: menjadi agresif, histeris, menangis keras, berteriak, bermimpi buruk, kehilangan nafsu makan, dan sesak napas. Terlebih lagi bila anak mengalami gangguan fisik, seperti jantung berdebar keras, tekanan darah tinggi, muntah-muntah, keluar keringat dingin, ketegangan jiwa, kejang pada otot, dan lain sebagainya.

C. Penyebab Masalah

1. Sifat Pembawaan

H.J. Eysenack berpendapat bahwa masalah kekhawatiran sebagian dapat disebabkan karena keturunan dan sebagian lagi karena lingkungan. Beberapa pakar berpendapat bahwa kandungan seorang ibu termasuk satu lingkungan, oleh karena itu bila pembawaan si ibu sering cemas dan khawatir, ia akan melahirkan seorang anak yang suka khawatir atau anak yang melankolis.

2. Kurang Rasa Aman

Kurang rasa aman atau terlalu banyak mengalami frustrasi juga dapat menyebabkan seseorang menjadi khawatir. Seorang anak dapat merasa begitu cemas sebab ditolak oleh orang tua atau oleh guru, atau tidak diterima oleh teman-temannya. Tidak adanya pemeliharaan yang baik dari orang tua, kelemahlembutan, dan keharmonisan antara orang tua juga dapat menyebabkan timbulnya rasa khawatir dan cemas dalam diri si anak.

3. Rasa Ketakutan

Bagi anak, mendapat teguran yang keras atau tuntutan yang berlebihan dari orang tua atau guru merupakan suatu ketakutan yang besar. Juga ada ketakutan yang tidak perlu, yaitu khawatir pada hal yang akan datang. Jikalau anak bisa mengenal apa yang menjadi objek dari ketakutannya, maka hal itu akan menolong anak untuk mengurangi kekhawatirannya.

D. Penyelesaian Masalah

1. Mengintrospeksi Diri

Adakah orang tua bersikap terlalu keras atau mungkin suka banyak mengkritik? Apakah kebutuhan jiwa anak diremehkan sehingga mereka kehilangan rasa aman? Bila orang tua sendiri sering mengalami kekhawatiran, maka suasana hati ini akan menular pada anak. Oleh sebab itu, orang tua harus bersikap periang agar membantu anak memiliki pandangan yang tepat terhadap hidup di dunia ini dan melenyapkan rasa khawatir mereka.

2. Sering Berbagi Rasa dengan Anak

Kekhawatiran anak sering disebabkan karena anak tidak tahu apa yang akan terjadi. Bila orang tua atau guru mampu berbagi rasa dengan memberitahukan apa yang terjadi dan juga cara untuk mengatasinya, mereka akan menolong anak mengurangi rasa khawatirnya, terlebih lagi bila anak sampai mengalami ketakutan.

3. Hindarkan Didikan yang Keras

Anak akan mengalami kecemasan yang amat sangat apabila orang tua atau guru terlalu keras dalam mendidik. Diperlukan sikap memahami keadaan anak dan sikap penerimaan akan suatu kenyataan yang tidak dapat diubah, misalnya anak memang kurang berbakat atau lemah dalam hal-hal tertentu. Dengan demikian, orang tua tidak boleh menuntut secara berlebihan terhadap anak, dan membebaskan anak dari rasa khawatirnya.

4. Belajar Bersandar pada Allah

Firman Allah mengajarkan kita untuk jangan "khawatir tentang apa pun juga" (Mat. 6:26-27), bahkan Allah memberi janji-Nya melalui Paulus: "Jangan kamu khawatir tentang apa pun juga .... Damai sejahtera Allah yang melampaui akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Yesus Kristus." (Flp. 4:6-7)

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Anak Umum

Sumber
Judul Buku: 
Menerobos Dunia Anak
Pengarang: 
Dr. Mary Go Setiawani
Halaman: 
118 -- 120
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung
Tahun: 
2000

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar