Membuat Anak Betah di Sekolah Minggu


Jenis Bahan PEPAK: Tips

Merasa diterima merupakan kebutuhan setiap orang, termasuk anak-anak Sekolah Minggu, baik anak baru maupun anak lama, karena hal tersebut akan membuatnya merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Bila seorang anak baru telah merasa "diterima", niscaya dia akan menjadi anak yang setia datang ke Sekolah Minggu, bahkan juga akan mengajak jiwa-jiwa baru untuk datang ke Sekolah Minggu. Bagaimana membuat mereka merasa diterima?

A. Membuat Anak Baru Merasa Diterima

Membuat Anak Batah Sekolah Minggu

Guru harus pandai-pandai "membaca" situasi. Ada anak yang sangat pemalu dan peka perasaannya sehingga saat perkenalan di depan orang banyak (apalagi bila ada teman yang menertawakannya saat acara perkenalan tsb.), dapat menimbulkan reaksi yang negatif pada anak tersebut untuk belajar menyukai SM. Sementara itu, ada pula anak yang senang dan merasa dihargai bila diminta tampil di depan orang banyak dan mungkin juga malah merasa senang bila ada teman yang tertawa karena "ulah"nya.

Oleh sebab itu, sekali lagi, guru harus pandai-pandai bersikap dan bijaksana dalam memutuskan apa yang sebaiknya dilakukan dalam menyambut anak-anak baru supaya mereka mempunyai pengalaman yang menyenangkan. Paulus Lie dalam bukunya yang berjudul "Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif" memberikan beberapa saran untuk acara perkenalan:

a. Pengalungan Medali

Tentu saja bukan medali sungguhan, guru bisa membuat kalung dari beberapa permen (atau benda-benda hiasan lain) yang dirangkai menjadi satu sehingga menyerupai sebuah medali. Anak yang baru hadir akan menerima pengalungan medali (kalung) dari seorang anak lama, selanjutnya semua anak lama memberikan salam kepada anak baru tersebut.

b. Wawancara Khusus

Guru dapat menjadi semacam "reporter" (seperti seorang wartawan). Dengan bergaya "lucu", guru dapat menanyai anak baru tersebut. Berikan pertanyaan yang unik tanpa menyinggung perasaannya, misal: "Maaf, boleh saya kenal nama Anda?" "Oh, jadi Anda ini yang bernama: Joko. Pak Joko, kami semua senang bertemu Anda di sini." Walau sederhana, wawancara santai ini menarik dan berkesan. Anda bisa meminta data anak itu dalam bentuk dialog. Namun, jangan ada kesan "menginterogasi" anak baru tsb. di depan kelas.

c. Jadikan Dia Tokoh Minggu Itu

Jika dalam suatu ilustrasi cerita diperlukan nama tokoh tertentu, guru boleh menjadikan nama anak baru tersebut sebagai nama tokoh yang akan diceritakan. Intinya, libatkan anak baru dalam acara hari itu, atau dengan sengaja meminta pendapatnya dalam suatu diskusi. Jangan sampai terkesan guru seolah-olah acuh, sebaliknya tunjukkan bahwa ia sangat diperhatikan.

B. Membuat Anak Lama Merasa Betah

Di samping mempersiapkan berbagai kiat menghadapi anak baru, guru juga harus mengatur strategi untuk mempertahankan anak-anak yang telah lama agar setia di SM. Beberapa hal yang dapat dilakukan:

a. Adakan Kunjungan

Pada kunjungan ini, selain guru memiliki kesempatan untuk memperkenalkan diri dengan lebih baik pada anak dan keluarganya, anak juga akan senang karena tahu bahwa gurunya memperhatikan dia. Guru juga dapat membuat program perkunjungan dengan bersama dan dengan beberapa anak-anak/teman-teman sekelasnya.

b. Libatkan dalam Acara


Saat seorang anak merasa diterima, dia akan setia datang Sekolah Minggu, bahkan dia akan mengajak temannya dengan pengalaman yang menyenangkan yang dia terima.

Saat seorang anak merasa diterima, dia akan setia datang Sekolah Minggu, bahkan dia akan mengajak temannya dengan pengalaman yang menyenangkan yang dia terima.

Facebook Twitter WhatsAppTelegram

Anda dapat melibatkan anak dalam kegiatan rutin Sekolah Minggu gereja, misalnya mengedarkan kantong persembahan atau tugas sederhana lainnya, seperti menghapus papan tulis, membantu menempelkan alat peraga, membantu membereskan kelas seusai kebaktian, menghitung uang persembahan, dsb.. Sebelumnya, berilah pesan pada anak yang bersangkutan, "Minggu depan, Kakak harap kamu datang lagi. Kakak mau minta tolong agar kamu membantu Kakak." Jika seorang anak merasa "dibutuhkan", harga dirinya akan terangkat. Ia akan "berusaha" sebisanya untuk hadir. Bisa juga Anda meminta anak untuk mengundang teman-temannya yang lain. Semakin banyak temannya, semakin senang ia di SM. Bila perlu, siapkan surat undangan SM untuk dibagikan kepada teman- temannya yang lain yang belum memiliki SM.

c. Tunjuk Seorang Penjemput

Guru juga bisa meminta 1 - 2 anak yang rumahnya berdekatan dengan anak yang perlu mendapat perhatian khusus -- misalnya: anak baru, anak yang baru sembuh dari sakit, anak yang telah lama tidak datang ke Sekolah Minggu -- untuk mengingatkan dan mengajaknya ke SM bersama (dijemput). Dengan demikian, si anak yang perlu mendapat perhatian ini dapat tertolong dengan "mempunyai kawan" untuk ke SM. Jika tidak ada anak yang bersedia (atau malu), guru dapat menjadi pelopor penjemputan. Usahakan guru tidak sendirian, melainkan menjemput bersama dengan 1 - 2 anak SM lainnya.

d. Libatkan Anak dalam Acara Kelompok

Cara termudah dan efektif adalah dengan membuat acara kelompok di kelas. Buatlah supaya setiap anak merasa "diterima" dan "punya kelompok" di SM. Cara ini akan membuat setiap anak kerasan dan rindu terus untuk hadir.

e. Berikan Info Acara Sekolah Minggu

Kebanyakan Anak Sekolah Minggu tidak tahu apa-apa tentang SM yang mereka ikuti, akibatnya walaupun acara minggu depan menarik, mereka tidak datang. Karena itu, berilah waktu untuk berbincang-bincang dan menjelaskan sedikit kepadanya tentang acara minggu depan di akhir pertemuan atau sesaat sebelum anak pulang. Jika surat undangan SM tersedia (untuk acara khusus), berikan surat undangan tsb. dan minta mereka untuk mengundang teman-temannya.

f. Doakan

Doakanlah setiap anak di kelas Anda dengan menyebut namanya. Perhatikan perubahan apa saja yang terjadi ketika anda berdoa bagi mereka.

Sumber

Judul Buku : Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif
Pengarang : Paulus Lie
Halaman : 75 - 77
Penerbit : Yayasan Andi
Kota : Yogyakarta
Tahun : 1997

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Sekolah Minggu

Sumber
Judul Buku: 
Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif
Pengarang: 
Paulus Lie
Halaman: 
75 - 77
Penerbit: 
Yayasan Andi
Kota: 
Yogyakarta
Tahun: 
1997

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar