Masalah Pendengaran


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

DEFINISINYA

Biasanya dokter memakai ukuran desimal untuk menentukan ketajaman pendengaran seseorang. Angka "0" berarti normal, angka "25" ke bawah menunjukan kurangnya ketajaman pendengaran. Bila angka desibel menunjukkan angka yang lebih besar lagi, berarti orang tersebut mempunyai masalah pendengaran yang cukup serius. Seorang yang tuli mencapai angka tujuh puluh desibel sehingga sekalipun ia dibantu dengan alat bantu dengar, keadaan itu tidak akan banyak menolong. Namun, bila angka desibel mencapai antara 35 — 69, ia masih dapat dibantu dengan alat bantu dengar.

Masalah sakit tuli ada dua jenis, yaitu tuli sebelum berbahasa dan tuli sesudah berbahasa. Tuli sebelum berbahasa adalah tuli sejak lahir atau tuli sebelum belajar bicara, sedangkan tuli sesudah berbahasa terjadi setelah perkembangan berbicara. Orang yang menderita tuli sebelum berbahasa akan jauh lebih sulit dalam belajar.

DIAGNOSISNYA

Proses diagnosis pendengaran anak sangat rumit sebab ada kemiripan dengan anak yang memiliki masalah intelek atau mental. Dari hasil observasi, Stepens, Blackhurt, dan Magliocca mengusulkan pertanyaan berikut.

  1. Apakah ada kekurangan dalam telinganya?
    Adakah keluhan anak tentang telinganya yang sakit atau merasa kurang enak dalam telinganya, seolah-olah mendengar desisan atau bisikan? Perhatikan apakah ada cairan yang keluar dari telinganya ataukah ada terlalu banyak kotoran di telinganya. Sering mengalami flu dan tenggorokan sakit bisa menandakan anak diserang virus penyakit telinga.
  2. Jelaskah bunyi ucapan anak dalam berbahasa?
    Kemungkinan anak mengalami masalah dalam pendengarannya bila fonetik bahasanya kurang tepat. Biasanya anak tidak sanggup mendengar nada suara yang tinggi.
  3. Apakah ketika mendengar radio atau televisi, volume suaranya perlu dibesarkan?
    Masalahnya berbeda bila anak memang suka mendengarkan musik dengan suara keras. Guru dapat menyelidiki hal ini dengan memerhatikan apakah anak mendengar suara tape atau suara video dengan jelas.
  4. Apakah anak harus melihat kepada si pembicara setiap kali diajak bicara?
    Kadangkala hal ini ditambah lagi dengan gerakan menaruh tangan di belakang telinga, sekadar mengusahakan suara agar masuk ke dalam telinganya. Guru atau orang tua sering tidak tanggap dan mengira anak hanya ingin mengetahui persoalan orang lain.
  5. Apakah anak sering meminta guru atau orang tua mengulangi perkataannya?
    Bila tindakan demikian sering dilakukan anak, sebaiknya guru atau orang tua menyelidiki keadaan anak secara mendalam.
  6. Dengan volume suara yang normal, apakah anak sering tidak menunjukkan reaksi?
    Biasanya anak yang tidak memerhatikan perkataan guru atau kurang patuh dalam kelas sering dianggap anak yang bermasalah, lalu dihukum. Padahal anak memang tidak jelas dalam mendengar dan informasi yang diterimanya terputus-putus.
  7. Apakah anak sering menolak suatu kegiatan yang ada hubungan dengan berbicara?
    Ada kemungkinan seorang anak bersifat pemalu karena kurang percaya diri sehingga ia menolak untuk berbicara karena takut salah. Tetapi bisa juga hal itu terjadi karena kurangnya pendengaran sehingga anak berusaha untuk menghindari kegiatan yang berhubungan dengan berbicara.

JENISNYA

Karena bentuk telinga amat rumit, masalah pendengaran pun menjadi berbeda-beda. Masalah ini umumnya terbagi menjadi dua macam, yaitu pengiriman pendengaran yang kurang normal atau syaraf pendengaran yang kurang normal.

  1. Pengiriman pendengaran yang kurang normal Hal ini berarti suara yang disampaikan ke dalam telinga menjadi lemah. Suara mulai diterima oleh telinga luar, lalu getaran masuk melalui tulang-tulang yang ada di telinga tengah untuk mendapat penguatan, kemudian disampaikan ke telinga dalam. Penyampaian getaran mungkin terhambat di salah satu alirannya. Tuli konduksi adalah tuli yang disebabkan oleh kotoran penyumbat telinga. Kemungkinan tulang martil atau tulang sanggurdi pecah sehingga kehilangan daya getar dan menyebabkan telinga tengah tidak berfungsi. Akibat getaran untuk masuk sampai ke telinga dalam terhalang, timbullah kerusakan pendengaran, tetapi tidak sampai kepada gejala tuli.
  2. Syaraf pendengaran yang kurang normal Hal ini disebabkan adanya kerusakan di bagian telinga dalam, di mana terdapat alat keseimbangan tubuh yang berhubungan dengan syaraf pendengaran dalam otak. Kerusakan itu mungkin kecil, tetapi mungkin juga cukup serius. Kerusakan yang terjadi dalam syaraf pendengaran ini biasanya tidak dapat dibantu, sekalipun dengan alat pendengar.

PENYEBAB MASALAH

Menurut Moores (1982) ada enam unsur yang dapat menjadi penyebab tulinya seorang anak.

  1. Unsur keturunan — gejala kelainan
    Gejala-gejala kelainan yang disebabkan unsur keturunan akan mengakibatkan tuli pendengaran. Diperkirakan kurang lebih 30—60% anak tuli disebabkan karena turunan.
  2. Unsur penyakit — campak dari ibu
    Bila wanita yang sedang mengandung tiga bulan terserang penyakit campak atau cacar air, kemungkinan besar hal tersebut akan berdampak pada bayinya. Cacat yang ditimbulkan oleh penyakit campak kepada anak adalah 50% penyakit telinga, 20% penyakit mata, dan 35% penyakit jantung. Campak adalah penyakit yang umum terjadi pada setiap orang.
  3. Unsur kelahiran — lahir prematur
    Belum terbukti bahwa lahir prematur pasti mengakibatkan pendengaran yang tidak normal. Penyakit campak juga dapat menjadi penyebab kelahiran prematur. Namun, kelahiran prematur bila disebabkan oleh kekurangan oksigen, selain otak akan mengalami luka, pendengaran pun akan mengalami kerusakan. Dalam kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa kelahiran prematur lebih mengakibatkan timbulnya penyakit telinga daripada penyakit lain.
  4. Unsur darah — jenis darah berbeda
    Jenis darah Rh-Positif tidak dapat berpadu dengan jenis Rh-Negatif. Bila jenis darah ibu adalah Rh-Negatif, sedangkan bayinya memiliki jenis darah Rh-Positif, tubuh si ibu akan menghasilkan antibiotik yang masuk, menyerang, dan merusak sel darah Rh-Negatif sang bayi. Hal ini dapat mengancam nyawa si bayi; seandainya ia hidup, ia mungkin mengalami kelainan dalam daya pendengarannya.
  5. Unsur syaraf — penyakit pada otak
    Menurut pendapat Vernon, 8,1% anak yang menjadi tuli setelah lahir disebabkan oleh penyakit otak. Di antara unsur yang mengakibatkan tuli, penyakit otak merupakan masalah yang paling serius. Akan tetapi, penyembuhan melalui pengobatan kimia semakin maju sehingga masalah tuli yang disebabkan oleh penyakit otak sudah banyak berkurang.
  6. Unsur infeksi — infeksi telinga tengah
    Diperkirakan bahwa di antara delapan anak, ada satu yang akan mengalami infeksi telinga sebelum usia 6 tahun. Mengingat kondisi ini, seorang anak sebaiknya cepat memperoleh perawatan dan jangan diabaikan.

GEJALA MASALAH

Ada tiga gejala yang menunjukkan anak sedang mengalami kesulitan dalam pendengarannya.

  1. Gejala pertumbuhan
    Perhatikan apakah anak mampu mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya melalui perkataan. Ada dua pendapat yang berbeda mengenai hal ini. Furth (1966) mengutarakan bahwa proses pemikiran intelek tidak membutuhkan sistem tanda bahasa; bahasa bergantung pada inteligensi seseorang. Whorf (1956) berpendapat bahwa intelek anak ditentukan oleh pengalaman berbahasa. Penyelidikan lain dilakukan oleh Schlesinger Meadow (1972). Anak tuli yang teknik berbahasanya tinggi akan lebih berhasil dalam ekspresinya, sedangkan anak tuli yang mengalami hambatan dalam berbahasa lebih menunjukkan kelemahan atau hambatan dalam berpikir. Pada masa ini, banyak ahli pendidikan mengakui bahwa tanpa sistem bahasa, anak yang tuli pun dapat berpikir secara logis. Tentunya penguasaan berbicara akan banyak menolong dalam menyelesaikan masalah.
  2. Gejala hasil belajar
    Dapat dimengerti bahwa karena kesulitan dalam kemampuan berbahasa, anak yang tuli banyak menemui kesulitan dalam belajar. Jensema (1975), yang menggunakan hasil ujian Stanford, menganalisis hasil laporan dari 6.873 anak tuli yang berusia 6 — 19 tahun. Ia menemukan bahwa untuk anak usia tersebut yang kehilangan daya mendengar, tingkat kurangnya pendengaran sangat memengaruhi angka belajarnya. Anak yang kehilangan pendengaran pada usia tiga tahun akan lebih berhasil dalam keterampilan membaca daripada anak yang kehilangan daya pendengaran di usia bayi. Bila derajat kehilangan lebih ringan, umumnya hasil belajar akan lebih baik.
  3. Gejala penyesuaian pergaulan
    Masalah pendengaran sering memengaruhi pergaulan anak. Meski tidak menghalangi pergaulan atau pertumbuhan karakternya, tetapi masalah pendengaran mudah menimbulkan masalah. Sebagai contoh, saat bermain bersama, anak yang tuli tak dapat mengatakan, "Sekarang giliran saya!" Yang dapat dilakukannya hanya mendorong anak yang lain. Akibatnya, ia dianggap sebagai anak yang suka berkelahi dan tidak bisa bergaul dengan anak lain. Bila kejadian seperti itu terus terulang, akan menimbulkan masalah dalam penyesuaian pergaulan.

PENYELESAIAN MASALAH

  1. Memakai alat pendengaran
    Alat pendengar merupakan penemuan besar bagi mereka yang bermasalah dalam pendengarannya, meskipun alat ini juga dapat mudah rusak atau hasilnya tidak begitu memuaskan. Alat ini akan menolong mengatasi kurangnya tingkat pendengaran dan mengurangi kadar kesulitan dalam penerimaan suara.
  2. Memakai cara pergaulan yang sesuai
    Sekarang ini ada cara dalam pergaulan yang dapat digunakan oleh penderita cacat pendengaran, yaitu sebagai berikut:
    1. Cara Oral-Aural
      Melalui alat pengeras suara untuk mendapatkan sedikit pendengaran, kemudian memerhatikan ucapan pada bibir dan meningkatkan teknik komunikasi. Cara ini tidak menganjurkan penggunaan isyarat tangan atau isyarat jari sebab dikhawatirkan masyarakat tidak dapat menyesuaikan diri dengan isyarat tangan.
    2. Cara Rochester
      Cara ini ditemukan oleh sebuah sekolah tuna rungu di New York pada tahun 1878, yaitu dengan menggabungkan ucapan bibir dan isyarat tangan. Jadi, berita diterima dan disampaikan dengan cara yang sama.
    3. Cara Auditory
      Cara yang menekankan perkembangan teknik mendengar dan dikhususkan bagi mereka yang masih dapat dilatih melalui pendengarannya. Cara ini dipakai secara luas untuk anak yang hanya sedikit mengalami gangguan pendengaran.
    4. Cara komunikasi seutuhnya
      Cara ini menuntut anak dengan serentak menggunakan isyarat tangan/jari, membaca ucapan bibir, berbicara melalui pengeras suara. Cara ini paling umum dan banyak digunakan pada kelas yang lebih tinggi.

  3. Melatih keterampilan mendengar
    Selain cara berkomunikasi, anak yang mengalami hambatan pendengaran membutuhkan teknik lain.
    1. Membaca ucapan
      Membaca ucapan merupakan teknik penting untuk anak yang tuli atau yang menderita kerusakan pendengaran yang berat. Mereka menerima berita dengan membaca berita yang diterima. Teknik ini bermaksud untuk membangun jembatan komunikasi dengan dunia umum, seperti isyarat tangan yang perlu dipelajari secara khusus.
    2. Metode pendengaran
      Mendidik anak tuli untuk mampu mendengarkan suara yang berbeda-beda, kemudian membedakan suara itu. Dokter spesialis pendengaran berpendapat bahwa menurut kebutuhannya, selain anak tuli tersebut dilatih untuk meningkatkan pendengarannya, orang tua, anggota keluarga, atau guru juga perlu dilatih untuk menolong si penderita.

  4. Memupuk suasana belajar
    Kita mengetahui bahwa semakin parah penyakit tuli seorang anak, semakin sulit ia menjalani proses belajarnya. Bagi yang sudah parah, ada lembaga pendidikan tuna rungu, di mana ada para ahli yang menolong. Namun, bila telah diketahui anak menderita ketulian, yang terpenting ialah agar sedini mungkin pendidikan diberikan. Bayi dapat belajar melalui ayunan, pelukan, mimik muka, dan gerakan si ibu. Gelengkan kepala untuk mengatakan "tidak" atau "jangan" dan dengan anggukan kepala untuk menyatakan, "ya". Bayi dapat mempelajari gerakan bibir yang disertai dengan gerakan wajah dan sikap. Dengan gerakan-gerakan itu, orang tua berkomunikasi dengan anak, meskipun pada mulanya tidak dimengerti, tetapi sudah memberi kesan mendidik. Peranan orang tua dalam mengatur suasana belajar anak sangat penting.
  5. Memakai pertolongan komputer
    Dewasa ini pendidikan melalui komputer sudah sangat canggih, dimana ketajaman mata menjadi unsur utama dalam menerima atau menyampaikan berita. Pendidikan ini menuntut murid terlibat dengan aktif, selain meminta pertanggungjawaban murid untuk belajar dengan aktif. Diharapkan akan lebih banyak lagi program khusus untuk menolong anak yang rusak pendengarannya supaya mereka pun dapat menerima pendidikan yang sepadan. Pendidikan Kristen sebaiknya juga berusaha untuk mengembangkan program komputer untuk pendidikan agama.

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Buku: 
Menerobos Dunia Anak
Pengarang: 
Dr. Mary Go Setiawani
Halaman: 
82 — 88
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung
Tahun: 
2000

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar