Hidup Allah di Dalam Sekolah Minggu


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Secara umum, kerohanian adalah ciri yang terpenting dari sekolah minggu yang berhasil baik. Sebab itu, marilah kita mendefinisikan dan mempelajari bagaimana kerohanian dalam sekolah minggu dapat diperoleh dan dipelihara.

Kerohanian yang benar, tidak lain dan tidak bukan ialah hidup Allah sendiri. Dapat dikatakan, jika sebuah sekolah minggu berhasil dengan baik, itu berarti Allah hidup di dalam sekolah minggu tersebut. Karena itu, jikalau sebuah sekolah minggu tidak memunyai hidup Allah, maka sekolah minggu itu mati dan tidak berguna. Mungkin saja sekolah minggu itu masih merupakan suatu badan yang diorganisir dengan baik (seperti halnya dengan mayat) dan dengan kuasa tenaga manusia ia digerakkan seolah-olah hidup, sebagaimana percobaan dengan listrik pada mayat telah menyebabkan otot-ototnya menyusut dan mengembang, seolah-olah hidup. Tetapi satu kebenaran yang kekal ialah bahwa: "Barangsiapa memiliki Anak, dia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup" (1 Yohanes 5:12), melainkan "sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa" (Efesus 2:1).

Tetapi hidup Allah tidak dengan sendirinya ada dalam tabiat manusia. "Kamu harus dilahirkan kembali" (Yohanes 3:7), dan dengan jalan demikian "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Petrus 1:4). Jadi, memunyai pendidikan tinggi atau menjadi seorang pendidik yang terlatih belumlah cukup. Memunyai kecakapan memimpin atau menjadi orang yang berpengaruh tidaklah cukup. Seseorang dengan bakat apa pun yang tidak dilahirkan kembali, sama sekali tidak dapat dijadikan guru atau pengurus sekolah minggu. Orang yang demikian tidak menyalurkan hidup ilahi. Mereka bagaikan debu dalam mata, yang akan menimbulkan rasa sakit selama belum dikeluarkan. Tiap guru dan pekerja sekolah minggu harus sudah mengalami kelahiran baru dan perubahan hati oleh kuasa Allah. Melalui pengalaman kelahiran baru inilah hidup Allah masuk ke dalam hati seseorang, dan melalui orang-orang yang telah mengalami kelahiran baru itu, hidup Allah masuk ke dalam sebuah sekolah minggu.

Akan tetapi, mengalami kelahiran baru pada masa lampau dan tidak senantiasa "tinggal" di dalam Tuhan berarti berada dalam keadaan di mana kita tidak berbuah, dan dengan demikian tidak berbuat "apa-apa" (Yohanes 15:1-8). Seorang yang pernah menjadi penyalur hidup ilahi pada waktu yang lampau, mungkin saja sekarang tidak lagi menyalurkan hidup ilahi itu. Ketidakpatuhan pada kehendak Allah dan tidak memelihara hubungan dengan Dia melalui doa dan pembacaan Alkitab, akan memutuskan aliran hidup dari Allah sehingga mengakibatkan keadaan yang gersang dan tidak berbuah (2 Petrus 1:8). Dapatkah suatu carang yang mati menyumbang kepada hidup kerohanian sebuah sekolah minggu? Maka gembala dan pemimpin sekolah minggu hendaknya berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaga agar hidup Allah tidak hanya terdapat di dalam diri semua pekerja sekolah minggu, akan tetapi agar hidup itu tetap diperbaharui dan mengalir melalui mereka kepada orang-orang yang dilayaninya.

Akan sangat menolong kehidupan dan kuasa rohani sebuah sekolah minggu jika semua guru telah mengalami apa yang disebut Alkitab sebagai hidup yang "penuh dengan Roh" (Efesus 5:18). Pelayanan kita akan memiliki kuasa apabila ada perlengkapan dengan kuasa dari tempat yang mahatinggi (Lukas 24:49). Allah menandaskan bahwa Ia menghendaki semua pekerja-Nya memiliki dan memelihara perlengkapan kuasa itu (Kisah Para Rasul 1:8). Gereja-gereja yang mengajar dan mempraktikkan amanat-amanat Alkitab serta pengalaman rasuli akan memunyai sejumlah pria dan wanita yang penuh dengan Roh, dan dengan demikian mereka memenuhi syarat Alkitab dan dilengkapi secara ilahi untuk memberikan pelayanan Kristen. Alangkah bersukacitanya sekolah minggu yang para pekerjanya telah memunyai pengalaman rohani yang seperti itu, bagaikan sekian banyak waduk (saluran) kuasa dan hidup Allah.

Motivasi-motivasi para pelayan dalam melakukan pelayanan sekolah minggu merupakan hal yang penting bagi kerohanian suatu sekolah minggu. Beberapa orang merasa harus menolong pelayanan sekolah minggu hanya karena tidak ada orang lain yang melakukannya. Bagaimana pun juga, sekolah minggu harus tetap berjalan karena akan sangat memalukan dan merusak nama baik gereja apabila kegiatan sekolah minggu sampai terhenti hanya karena tidak ada yang mengerjakannya. Hal ini berarti hanyalah dorongan pelayanan secara lahiriah saja. Pada suatu saat, jika para pelayan ini mendapatkan kesempatan untuk melepaskan pelayanannya, mereka akan meninggalkannya tanpa merasa bersalah karena mengganggap ini bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Akhirnya, sekolah minggu akan dijalankan dengan tidak sungguh-sungguh, tanpa dorongan yang benar.

Ada juga yang secara sukarela memenuhi permintaan untuk menolong pelayanan sekolah minggu sebab mereka menganggap pelayanan tersebut sangat besar jasanya. Itu merupakan pekerjaan gerejawi yang tinggi derajatnya, dan dengan demikian tentu akan mendatangkan pujian bagi mereka pada hari kiamat. Mereka melakukannya agar menjadi bukti bagi dirinya dan bagi Allah, bahwa mereka adalah orang Kristen. Apabila mutu pelayanan yang diberikan atau alasan yang mendorong pelayanan itu demikian adanya, itu hanya merupakan "perbuatan yang sia-sia", yang harus disesalkan (Ibrani 6:1; Roma 10:3).

Ada juga sekolah minggu yang berjuang untuk mencapai "jumlah" anggota yang banyak, supaya melebihi sekolah minggu lain atau mendapat nama baik bagi badan pengurusnya dan bagi gerejanya. Karena alasan ini bersifat jasmani, untuk kemuliaan dan pujian bagi diri sendiri, acapkali ia tidak malu-malu membujuk anggota-anggota sekolah minggu yang lain, atau menawarkan hadiah yang merupakan sogokan. "Pertumbuhan" yang diperoleh dengan cara seperti itu acapkali menjadi pertumbuhan cepat yang dibuat-buat, dan biasanya bersifat sementara. Semangat seperti itu tidak bersifat rohani, melainkan semangat jasmani, dan karena itu tak akan tahan lama.

Tentu saja ada alasan atau dorongan yang murni dan benar dalam pekerjaan sekolah minggu, yaitu bekerja demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Pandangan dan semboyannya ialah kerohanian, penyelenggaraan yang baik, dan pertumbuhan. Sekolah minggu yang memunyai alasan yang benar, menyadari amanat Tuhan, "Pergilah dan mengajar", serta dengan sungguh-sungguh berusaha menaati amanat itu. Seluruh anggotanya dipersembahkan sebagai suatu korban yang hidup. Sekolah minggu itu sadar akan kehadiran dan kuasa hidup Allah di dalamnya, yang menjadi daya penggerak dan pendorong bagi semua pekerjaannya. Sekolah minggu itu senang bahwa sifat dan kuasa ilahi ada dan berusaha untuk berserah secara mutlak, agar sifat dan kuasa ilahi itu dapat dinyatakan sepenuhnya. Bagi sekolah minggu, "jumlah" berarti "jiwa." Dan jiwa-jiwa itu diperolehnya bukan untuk dipamerkan sebagai tanda kemenangan usahanya, melainkan sebagai "puntung" yang direbut dari dalam api (Zakharia 3:2; Yudas 23).

Kerohanian dalam sebuah sekolah minggu akan menghasilkan buah-buah yang baik dan hasil-hasil yang menggembirakan. Pekerja-pekerjanya akan memunyai sifat kesukaan, kedamaian, dan kerendahan hati. Sifat memikirkan diri sendiri, ambisi pribadi, dan sifat mudah tersinggung akan jarang dijumpai dalam sekolah minggu tersebut. Demikian pula tenggang rasa, kesopanan, dan keramahan akan nyata dalam hubungan satu sama lain. Tidak akan ada perasaan bahwa sesuatu pekerjaan dalam sekolah minggu itu menjadi milik seseorang. Pekerjaan Roh Kristus amat manis dan indah. Roh Kristus akan menyebabkan tiap-tiap pekerja merasa bahwa dia bekerja untuk Allah dan bukan untuk manusia. Karenanya, mereka semua akan berusaha dengan rajin dan bersemangat dalam menyiapkan pekerjaannya, setia dan datang tepat pada waktunya serta melakukan pekerjaannya dengan saksama dan tulus hati. Para guru tidak saja berusaha untuk memberi keterangan berdasarkan Alkitab, akan tetapi berusaha memasukkan hidup Allah sendiri ke dalam hati murid-muridnya. Pertobatan tiap-tiap murid sekolah minggu bukan hanya menjadi tujuan yang diucapkan saja, melainkan setiap guru dan pekerja akan berdoa dan berjuang dengan tekun untuk mencapai maksud itu. Semua pekerja akan senantiasa memerhatikan dan mengusahakan dengan hati-hati untuk membentuk kehidupan anak-anak Kristen yang masih muda itu.

Suasana sekolah yang rohani akan memunyai pengaruh yang nyata pada murid-muridnya. Rasa hormat yang sejati terhadap rumah Allah akan diperkuat oleh adanya kasih kepada guru dan pengurus, juga kasih kepada Alkitab dan kepada Tuhan sendiri. Roh Kudus, Guru Agung itu, akan mengepalai semua jam pelajaran dan juga melaksanakan pekerjaan-Nya yang telah ditentukan, yaitu meyakinkan tentang dosa (Yohanes 16:8).

Sekolah minggu dengan kerohanian yang benar tidak akan merasa puas dengan kesenangannya sendiri, meskipun kesenangan itu suci dan murni. Dan sekolah minggu yang benar-benar rohani akan mengusahakan, tidak hanya penyelamatan dan peneguhan rohani semua anggotanya, tetapi juga penyelamatan semua orang yang dapat dicapainya di daerah sekitarnya. Semangat pengabaran Injil juga akan mendorong perhatian dan pemberian untuk usaha pemberitaan Injil.

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Sekolah Minggu

Sumber
Judul Artikel: 
Hidup Allah di Dalam Sekolah Minggu
Judul Buku: 
Sekolah Minggu yang Berhasil
Pengarang: 
Ralph M. Riggs
Halaman: 
15 -- 19
Penerbit: 
Yayasan Penerbit Gandum Mas
Kota: 
Malang
Tahun: 
1978

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar