Teologi untuk Anak-Anak


Jenis Bahan PEPAK: Tips

Bahasa doktrin yang berbelit-belit merupakan bahasa yang sulit dipahami anak-anak karena mereka masih memiliki kemampuan memahami melalui apa yang didengarnya. Contohnya, anak akan mengatakan bahwa Allah itu tidak dapat dilihat karena Allah berada di surga, bukan karena Allah adalah roh. Seorang anak yang mendengar bahwa Roh Kudus menampakkan diri sebagai merpati secara alamiah, akan berpikir bahwa Roh Kudus adalah burung. Seorang anak yang ingin tahu mengenai kedatangan Tuhan Yesus akan sulit memahaminya karena anak-anak ini hanya hidup pada masa saat ini saja.

Bagaimana guru bisa membantu anak membangun dasar teologia yang benar, yang mendukung pembelajarannya di masa yang akan datang? Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan.

  1. Bantulah anak mengenali kuasa Allah melalui pengenalan alam.
    Rancanglah kegiatan yang memberi pengalaman langsung kepada anak. Buatlah percakapan yang menimbulkan pujian secara spontan. Gunakan semua panca indera. "Rasakan kehalusan bulu anak-anak kucing. Allah memberi bulu pada anak-anak kucing ini supaya mereka tetap hangat." "Lihatlah bagaimana Allah menciptakan jari-jari tanganmu, sehingga kamu bisa memegang krayon. Mari kita mengucap syukur untuk jari-jari tangan ini." (Luruskan konsep yang salah bahwa Allah atau beberapa kuasa Allah ada pada beberapa ciptaan-Nya).

  2. Yakinkan kembali anak-anak akan kasih Allah.
    Anak-anak membutuhkan keamanan. Ingatkan mereka tentang siklus musim yang terus berjalan yang Allah ciptakan dan Allah jaga terus setiap tahun. "Sekarang, Allah menurunkan hujan supaya tanaman bisa tumbuh di tanah. Kita akan melihat indahnya bunga, saat Allah menumbuhkan bunga-bunga itu di musim panas."

  3. Bantulah anak untuk memahami kehendak Allah.
    Ketika terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan bukan berarti itu adalah kehendak Allah, melainkan sering kali adalah karena kehendak manusia itu sendiri. "Kejahatan" manusia adalah satu alasan mengapa kita memerlukan kasih dan pengampunan Allah. Jika orang yang jahat tidak dihukum, itu karena Allah berkuasa memberikan hukuman dan ganjaran dan semua itu akan diberikan ketika Ia siap.

  4. Bagi anak-anak, orang tua dan guru merupakan bentuk dari kemahakuasaan.
    Bila orang tua memberi contoh dengan menaati perintah Allah, anak-anak bisa melihat bahwa Allah adalah pemegang kuasa yang tertinggi. Doa anak-anak bisa saja berisi permintaan, tetapi tidak pernah berupa perintah ataupun tawaran. Bahkan anak-anak bisa memahami bahwa tidak seorang pun perlu mengatakan apa yang harus Allah lakukan.

  5. Dalam pemahaman anak, gereja adalah suatu bangunan.
    Dengan menggunakan waktu dan tempat alternatif untuk bersekutu, guru bisa membantu anak untuk melihat betapa baiknya berada di suatu tempat khusus untuk bersekutu dan berdoa. Murid-murid yang lebih dewasa bisa dengan lebih mudah diperkenalkan bahwa "gereja" bisa juga berarti sebuah gedung atau komunitas orang- orang percaya dari seluruh dunia.

  6. Bantulah anak dalam merespons kasih Allah.
    Ingatlah bahwa seorang anak harus memiliki suatu pemahaman moral sebelum dia bisa menyatakan perlunya pengampunan. Guru bisa menanamkan pemahaman akan keadilan dengan berlaku adil dan konsisten dalam mendisiplin. Bagi anak yang berasal dari keluarga yang kurang disiplin, konsekuensi dari perilaku yang salah bisa menjadi pengalaman baru bagi mereka. Bagi anak-anak yang belum pernah menerima teguran karena ketidaktaatan, mungkin akan sulit memahami pengorbanan Yesus. Guru harus menunjukkan kasih kepada murid-muridnya ketika harus menegur mereka. Jangan pernah memberi kesan bahwa mereka bisa dikasihi hanya pada saat mereka taat.

  7. Sadari bahwa konsep anak mengenai Allah secara umum terbentuk melalui ayah mereka sendiri dan pria lain yang berkuasa di rumah.
    Seorang anak membentuk dan mengikat konsep yang abstrak sehingga konsep tersebut menjadi hal yang biasa baginya, menjadi contoh yang konkret. Berhati-hatilah dengan istilah "Bapa di surga" karena konsep ini mungkin memiliki arti yang negatif bagi anak-anak dari lingkungan keluarga tanpa ayah, atau yang ayahnya melakukan pelecehan.

  8. Anak-anak selalu mempunyai pertanyaan tentang Allah.
    "Berapa tinggi-Nya?" "Jika kita berdoa pada saat yang bersamaan, siapakah yang akan Allah dengarkan?" "Apakah Dia berjenggot?" Kemahakuasaan Allah mungkin menakutkan atau menyeramkan. Kematian atau ketidakberadaan orang dewasa yang mereka percayai bisa menyebabkan anak meragukan sifat keabadian Allah.

  9. Gunakan Alkitab untuk menjawab pertanyaan anak mengenai Allah:
    "Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah." (Amsal 90:2). "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). "Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia." (Kisah Para Rasul 17:24).

  10. Doronglah usaha-usaha murid dalam berdoa.
    Ikutilah apa jawaban doa mereka, sehingga murid-murid tahu bahwa Tuhan merespons doa mereka, meskipun respons itu negatif. Pada saat anak sudah siap merespons keselamatan yang Tuhan tawarkan, mereka seharusnya sudah terbiasa bercakap-cakap (berdoa) dengan Tuhan.

  11. Bantulah murid-murid dalam memahami janji-janji Allah tentang masa depan.
    Anak-anak yang masih kecil ini tidak memikirkan masa depan mereka, itulah sebabnya sulit bagi mereka untuk memikirkan apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kepekaan mereka dalam hal kronologi (urutan peristiwa) belum terbentuk, para orang tua bisa membuktikannya saat mengendarai mobil, orang tua akan terus mendengar anak-anak yang duduk di kursi belakang bertanya, "Apakah kita sudah sampai?"

  12. Yakinkan murid-murid Anda bahwa Alkitab itu istimewa, pribadi, dan benar.
    Gunakan cara-cara yang mudah dipahami untuk menyampaikannya di kelas, ataupun untuk ayat hafalan. Ajarkan kepada anak perbedaan antara cerita Alkitab yang sesungguhnya dan cerita-cerita aplikasi yang mengajarkan konsep Alkitab.

  13. Baptisan adalah suatu konsep yang sulit dimengerti oleh anak-anak.
    Mereka hanya akan memahaminya bila disampaikan melalui kata-kata yang paling mudah mereka pahami. Anak-anak ini harus sudah cukup dewasa untuk mengerti bahwa baptisan adalah suatu simbol perubahan dari dalam dan bukti dari perubahan perilaku. Beberapa anak mungkin takut dengan istilah "ciptaan baru" karena mereka mengartikannya dengan menjadi orang asing/aneh.

  14. Anak-anak bisa memahami penerapan karunia rohani.
    Kunjungan dari para pekerja gereja, misalnya para guru, karyawan, dan pemimpin gereja bisa menggambarkan kemampuan yang Tuhan berikan kepada umat-Nya dan bagaimana mereka menggunakannya.

Kedewasaan rohani anak-anak terbentuk pada tingkat yang tak dapat diperkirakan. Beberapa anak akan siap menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka sejak mereka masih kecil, sedangkan anak-anak yang lainnya akan terus bergumul dengan konsep dasar yang lebih banyak lagi. Guru memiliki tanggung jawab dalam pembentukan sikap dan meletakkan dasar utamanya. Guru yang lainnya bisa memimpin seorang anak yang sudah percaya Yesus menjadi keluarga Allah -- dengan membangun dasar utamanya itu sejak dini. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Artikel: 
Theology for Children
Judul Buku: 
The Complete Handbook for Children Ministry: How to Reach and Teach Next Generation
Pengarang: 
Dr. Robert J. Choun & Dr. Michael S. Lawson
Halaman: 
334 -- 337
Penerbit: 
Thomas Nelson Publishers
Kota: 
Nashville
Tahun: 
1993

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar