Yang Yesus Ajarkan tentang Kasih:Kasih adalah Prinsip Utama dari Semua Hukum

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Injil menuliskan empat keadaan di mana Yesus mengajarkan bahwa kasih merupakan prinsip utama dari semua hukum. Dalam Khotbah di Bukit kita mendapatkan contoh pertamanya. Seperti yang telah ditunjukkan bahwa hukum yang berkaitan dengan kutuk, perzinahan, dan penganiayaan kepada orang lain tidak hanya sekadar kata-kata saja dan harus dihargai lebih daripada itu. Dia berkata, "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat. 5:43,44).

Ayat yang diambil-Nya dari Perjanjian Lama, Imamat 19:18, menyatakan, kasihilah musuhmu. Ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar memberikan interpretasi umum pada ayat ini, suatu interpretasi yang muncul dari konsep "sesama". Bagi orang Yahudi, "sesama" adalah orang yang tinggal di sekitar kita. Pada kenyataannya, bahasa Yunani untuk "sesama" berarti orang yang di dekat kita. Orang Yahudi jumlahnya sangat banyak sehingga yang dimaksud "sesama" hanyalah orang Yahudi. Dan karena hampir setiap orang lain menjadi musuh, mereka memberi celah permusuhan kepada orang lain. Yesus memerintahkan, "Kasihilah musuhmu." Pada waktu itu seseorang hampir tidak mungkin berpikir hal-hal yang lebih mengejutkan dan tidak masuk akal.

Yesus menegaskan hal ini untuk kedua kalinya ketika ada seorang muda yang kaya datang kepada-Nya. Pengikut muda ini menyebut Yesus, "Guru yang baik", dan bertanya bagaimana bisa mendapatkan hidup yang kekal. Yesus mengatakan kepadanya supaya mematuhi perintah Allah. Ketika dia bertanya perintah yang mana yang dimaksud Yesus, Tuhan berkata, "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 19:18,19). Perhatikan bahwa Yesus menghubungkan hukum kasih dengan tugas setiap orang.

Untuk ketiga kalinya Yesus menggunakan hukum ini sebagai acuan untuk menjawab pertanyaan ahli Taurat (Luk. 10:25-29). Orang ini menanyai Yesus hanya untuk mencobai-Nya. Pertanyaan itu diajukan oleh seorang ahli Taurat, "Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis di dalam hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Yesus membenarkan jawaban orang itu tentang kedua perintah ini. Tetapi ahli Taurat ini mencoba membenarkan dirinya sendiri, ingin tahu, "Siapakah sesamaku manusia itu?" Untuk hal ini Yesus menceritakan kepadanya tentang orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:30-35).

Pada kali yang keempat, Yesus menekankan hukum kasih ini di sepanjang minggu terakhir keberadan-Nya di Yerusalem. Pada saat ini juga, seorang ahli Taurat menanyai Dia untuk mendapatkan jawaban yang benar. Ahli Taurat itu menanyakan perintah apa yang terutama. Yesus menjawab bahwa perintah yang pertama adalah mengasihi Allah dan perintah kedua adalah mengasihi sesama (Mat. 22: 35-39). Yesus memberi kesimpulan pada ayat 40 dengan mengatakan, "Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa Dia menjadikan hukum kasih sebagai pusat dari seluruh hukum. Mengapa? Karena jika kita benar-benar mengasihi Allah dan sesama kita, dengan sendirinya kita akan memenuhi hukum-hukum lainnya. Kita tidak bisa mengasihi seseorang, namun kita mencuri atau iri hati terhadap apa yang dimilikinya. Kita tidak bisa mengasihi Allah dan mengkhianati-Nya atau menyembah berhala. Kasih Yesus tidak mengajarkan rasa sentimentil, tetapi kemampuan untuk berbuat baik. Karena kasih adalah prinsip utama dari semua hukum.

Prinsip ini Yesus gunakan untuk menyatakan bahwa murid-murid-Nya harus saling mengasihi sama seperti Ia yang juga mengasihi mereka. Yesus menyebut ini sebagai "hukum yang baru". Yesus juga menyatakan bahwa kasih kepada-Nya akan tampak dalam ketaatan kepada-Nya (Yoh. 15:12-17; Yoh. 14:15-23). Yesus mengatakan, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15). Kasih kita kepada Allah diukur berdasarkan ketaatan kita kepada-Nya dan dari kasih kita kepada sesama kita.

KASIH MERUPAKAN SIFAT ALLAH

Rasul Yohanes mengatakan kepada kita, "Allah adalah kasih" (1Yoh. 4:8). Meskipun pernyataan ini tidak dinyatakan langsung oleh Yesus kepada kita, tetapi kita bisa melihat kebenarannya melalui kebangkitan dan pelayanan-Nya. Kedatangan-Nya dijelaskan hanya dengan dasar kasih Allah dan perhatian untuk manusia. Yohanes menyederhanakannya dan menyatakannya demikian, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal" (Yoh. 3:16). Apa lagi yang masih kita perlukan untuk membuktikan kasih Allah?

Ajaran Yesus tentang pemeliharaan Allah sudah menjadi bukti dari kasih-Nya. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengajarkan kepada kita agar tidak khawatir karena kita dapat bergantung kepada Bapa. Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Bapa memelihara burung-burung, mendandani rumput di padang, dan memberi keindahan kepada bunga-bunga yang bermekaran, dan begitu juga Dia akan memelihara kita (Mat. 6:25-33).

Tindakan Yesus yang berbelas kasih itu sendiri menunjukkan betapa Allah itu kasih. Ia yang menyembuhkan orang sakit, menghidupkan kembali orang yang sudah mati, memberi makan orang banyak, dan melindungi murid-murid-Nya menunjukkan bahwa kasih adalah sifat Allah. Ia mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa setiap orang yang telah melihat Dia telah melihat Bapa (Yoh. 14:9). Tindakan Yesus yang menunjukkan kasih selama Ia hidup menjadi bukti yang paling nyata bahwa Allah itu kasih. Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa Ia mengajarkan bahwa kasih merupakan sifat Allah.

Ajaran-ajaran Yesus yang menggunakan perumpamaan juga menunjukkan hal ini. Kasih yang dimiliki seorang ayah dalam cerita anak yang hilang menggambarkan kasih Bapa di surga. Ketentuan untuk para pekerja juga merupakan ketentuan dari kasih, bukan dari kebaikan mereka. Dan pengorbanan dari seorang gembala yang baik juga merupakan kepedulian terhadap mereka yang dikasihi.

Petrus mengatakan kepada kita bahwa kehidupan Tuhan kita merupakan suatu "contoh" atau sebagai seperti yang disebut dalam bahasa Yunani "tupos", (atau dalam bahasa Inggris "type"). Dia meninggalkan "teladan" bagi kita, kata Petrus, "supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (1Ptr. 2:21). Inti dari contoh ini adalah kasih. Bagaimana kita bisa mengasihi seperti Ia mengasihi? Hanya dengan mengenal bahwa kuasa dari kasih itu adalah kuasa-Nya. Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Bila kita tinggal di dalam pokok anggur itu, kekuatan dari pokok anggur itu memberi kita hidup, dan sifat dari anggur (kasih) ditunjukkan dalam buahnya (Yoh. 15:1-13). (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Anak Umum

Sumber
Judul Artikel: 
Love is the Central Principle of All Law
Judul Buku: 
What Jesus Taught
Pengarang: 
George Alder
Halaman: 
96 -- 99
Penerbit: 
The Standard Publishing
Kota: 
Ohio
Tahun: 
1965